Renjun melirik Sharon sekilas, gadis itu terlihat sangat gelisah. Kakinya tak berhenti bergerak dan keringat dingin membasahi dahinya. Padahal sedari tadi Renjun sudah berusaha menenangkannya, tapi entah kenapa gadis itu tetap saja terlihat ketakutan.
Mobil yang dikendarai Renjun berhenti di depan sebuah rumah minimalis, tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Sharon langsung turun, diikuti Renjun yang bingung harus ikut masuk ke dalam rumah atau tidak.
"Masuk nggak ya?" Renjun bermonolog.
Baru selangkah maju, Renjun berhenti ketika melihat seorang lelaki paruh baya yang keluar sambil menyeret seorang anak perempuan yang kira-kira berumur 7 tahun.
"Diem!! Kamu ikut Papa!!" bentak pria itu.
"Shakila nggak mau! Shakila mau sama kakak!" seru anak perempuan itu, berusaha memberontak.
Renjun hanya diam melihat drama keluarga itu. Tapi kemudian matanya membulat sempurna ketika melihat Sharon yang keluar membawa besi panjang. Tak perlu waktu lama, besi itu telah mendarat di punggung pria yang Renjun simpulkan bahwa itu adalah papa Sharon.
"LARI!!" Sharon berteriak sembari menarik tangan adiknya.
Renjun yang kebingungan pun hanya mematung di tempatnya. Lelaki itu tersentak ketika Sharon ikut menarik tangannya untuk berlari menjauh.
"Renjun, bantuin gue kabur ya?" ucap Sharon dengan napas terengah-engah.
"A-ah? I-iya.. buruan naik!" ujar Renjun.
Mereka bertiga pun masuk ke dalam mobil dan Renjun langsung saja menancap gas.
"Shakila n-nggak mau ikut Papa.."
Renjun melirik Sharon dan Shakila yang duduk di jok belakang melalui kaca depan. Bocah itu terus-menerus menangis di pelukan kakaknya.
"Tenang sayang, kamu aman sama kakak," ucap Sharon berusaha menenangkan.
"Ehm, kita mau kemana?" tanya Renjun.
"Hng.. ke rumah paman gue. Disana tempat paling aman," balas Sharon.
"Oke."
...
Saat ini, Renjun dan Sharon sedang duduk berdua di sebuah cafe. Selepas menitipkan Shakila di rumah paman, kedua remaja itu rencananya ingin kembali ke rumah Sharon untuk mengecek keadaan. Tapi sial, ban mobil yang dikendarai tiba-tiba pecah dan mengharuskan mereka untuk menunggu sejenak.
Tidak ada yang memulai percakapan, rasanya canggung sekali. Renjun menyedot iced americano yang ada di hadapannya kemudian kembali fokus pada ponselnya. Sementara Sharon hanya diam termenung menatap kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan.
"Habis ini, lo balik aja ke perkemahan," ucap Sharon memulai percakapan.
Renjun mengangkat dagu, "Terus lo gimana?"
"Nggak apa-apa, nggak usah pikirin gue."
Renjun terdiam, menatap Sharon sejenak sebelum akhirnya berbicara, "Oke."
Setelah itu, mereka saling diam lagi. Sebenarnya banyak hal yang ingin ditanyakan Renjun, tapi ia takut pertanyaannya itu justru membuat Sharon tidak nyaman. Akhirnya lelaki itu pun memutuskan untuk diam saja.
"Hng.. lo nggak marah kan?" tanya Sharon tiba-tiba, sepertinya ia tidak tahan dengan suasana canggung ini.
"Marah kenapa?"
"Itu.. yang gue nolak lo waktu itu," ucap Sharon hati-hati.
Renjun tertawa renyah, "Udahlah, lupain aja. Udah lewat jugaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
FanficAku sudah mencoba dengan yang lain, tapi hatiku tak bisa membantah jika aku masih mencintaimu hingga saat ini. Let's check this out! ©mahasantidevi, 2019 Start : 1 November 2019 End : 13 Februari 2020