25. Beloved🍂

2K 171 29
                                    

Renjun duduk sendirian di taman, menatap langit yang agak mendung. Boneka Teddy senantiasa menemaninya di sore yang lengang ini. Sebuah polaroid pun bertengger dengan manis dalam genggamannya.

"Kenapa dunia sejahat ini?" gumam Renjun.

Rasanya seperti dejavu. Renjun sedang menghafal kata-kata yang tidak sempat ia sampaikan pada Sharon sekitar 2 minggu yang lalu.

"Maaf ya.." Renjun menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Nggak gitu, Renjun."

Setelah berdebat dengan diri sendiri dan juga merangkai kata-kata dengan baik, akhirnya Renjun bangkit dari tempat duduknya dan segera menuju pemakaman.

Lelaki itu berjalan sendirian menyusuri trotoar bersama boneka Teddy kesayangannya sampai tiba di tempat pemakaman.

Renjun duduk bersimpuh di depan makam Sharon. Entah kenapa lidahnya menjadi kelu, kata-kata yang sudah dirangkai pun tak ada yang dikeluarkan satu pun.

Renjun mengusap lembut nisan bertuliskan nama Sharon kemudian mengecupnya dengan singkat.



"Maaf Natasha.."



Renjun menundukkan kepala, bahunya terlihat bergetar karena menangis.

"Kenapa lo pergi secepet ini? Lo nggak marah kan sama gue? Apa lo udah ketemu Rania disana? Gue kangen.."

Renjun mencoba untuk tidak menangis, tapi entah kenapa rasanya susah sekali untuk menahannya.

"Kak Renjun?"

Renjun tersentak ketika melihat gadis kecil telah berdiri di sebelahnya. "Shakila?"

Gadis itu menghambur ke pelukan Renjun dan menangis sejadi-jadinya.

"Jangan nangis," ucap Renjun sembari mengusap lembut kepala Shakila.

"Kakak udah pergi. Shakila nggak punya siapa-siapa lagi."

Lagi-lagi air mata Renjun lolos begitu saja mendengar ucapan gadis kecil yang ada di pelukannya.

"Shakila takut.. Shakila juga nggak tau Mama ada dimana."

"Jangan takut, kamu masih punya Kak Renjun. Shakila mau kan tinggal sama kakak?"

Gadis itu mengangguk kecil.

Renjun melepaskan pelukannya kemudian menatap Shakila lamat-lamat. "Kamu tau? Kakak kamu masih ada disini."

Shakila nampak kebingungan. "Dimana?"

Renjun meraih tangan kecil Shakila kemudian meletakkannya di dadanya, "Disini. Jantung kakak kamu masih hidup disini."

Gadis kecil itu tersenyum kemudian memeluk Renjun untuk kedua kalinya. "Kakak.."




🍂🍂🍂




Shakila tertawa lepas ketika bola plastik yang dilemparnya mengenai wajah Renjun.

"Aduh!" pekik Renjun. "Nakal kamu ya!!"

Shakila berlarian mengelilingi rumah yang tak begitu besar itu.

"Nah, mau kemana kamu?!" Renjun menghadang jalan adiknya.

"Kak, ada UFO!" seru Shakila.

Renjun spontan menoleh ke belakang, "Mana?"

"Nggak ada, haha!!" Shakila tertawa kemudian berlari menjauh.

Renjun berkacak pinggang menatap adiknya yang sedang bersembunyi di balik tirai. Perlahan ia menghampiri Shakila dan langsung menangkap gadis itu.

"Haha! Geli, Kak! Lepasin!!" Shakila menggeliat di pelukan Renjun karena pinggangnya yang digelitiki.

"Ini hukuman buat anak nakal," ucap Renjun.

"Shakila janji nggak akan nakal lagi!!"

Akhirnya Renjun berhenti menggelitiki pinggang adiknya. "Beneran janji?"

Shakila mengangguk kecil.

"Anak pinter. Mau beli es krim?"

"Mau!!" seru Shakila.

Renjun meraih jaketnya dan tak lupa juga memakaikan jaket pada sang adik. Setelah mengunci pintu, Renjun naik ke motornya terlebih dahulu kemudian diikuti Shakila.




"Udah, Kak. Jalan!" seru Shakila.

"Belum," ucap Renjun.

Shakila memeriksa kelengkapan jaket dan helmnya, "Udah kok."

"Belum." Renjun menarik tangan Shakila hingga melingkar di pinggangnya. "Nah, ini baru udah."

Gadis itu tersenyum kemudian memeluk pinggang kakaknya dengan erat.

Akhirnya motor Renjun melaju dengan kecepatan sedang di Minggu sore yang lengang ini. Bersama sang adik, lelaki itu bersenandung riang sembari mengendarai motornya.

"I love you. You love me. We're a happy family. With a great big hug and a kiss from me to you. Won't you say you love me too."

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di kedai es krim langganannya. Seperti biasa, mereka akan duduk di meja pojokan dekat jendela.

"Enak nggak?" tanya Renjun.

Gadis kecil itu mengangguk sembari memakan es krimnya.

Renjun tersenyum menatap Shakila, terlihat mirip sekali dengan Sharon. Andai saja gadis itu ada disini, pasti akan terasa sempurna. Tapi tak apa, ada Shakila di hidupnya sudah cukup membuat semuanya menjadi lebih baik.



~End~




Bonus!

Bonus!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang