Semakin hari hubungan Renjun dan Sharon semakin jauh saja. Sebenarnya Sharon yang menjauh dan menghindar secara terang-terangan.
Beberapa kali Renjun mencoba untuk berbicara dengan Sharon, tapi gadis itu selalu saja menolak dengan berbagai macam alasan.
Tapi Renjun tidak pantang menyerah, ia pun membuat surat sebagai permintaan maafnya.
Sharon yang baru saja masuk ke dalam kelas terlihat kebingungan ketika di atas mejanya terdapat sebatang coklat dan secarik kertas. Ragu-ragu ia pun mengambil kertas itu dan membacanya.
Hai Natasha, ini Renjun.
Maaf ngomongnya harus pake perantara surat, karna lo selalu aja menghindar kalo gue mau ajak ngomong.
Dan gue juga mau minta maaf sebesar-besarnya sama lo. Maaf gue nggak peka sama perasaan lo, harusnya gue nggak sebodoh itu.
Lo tau? Sebenarnya gue nggak suka sama Herin, waktu itu gue masih sakit hati sama penolakan lo dan akhirnya gue nyari pelampiasan supaya perlahan gue bisa ngelupain lo.
Dan apa? Seperti yang lo bilang, "Takdir itu lucu." Mungkin usaha gue waktu itu belum seberapa. Tapi gue udah terlalu sakit sama penolakan lo dan akhirnya gue memutuskan untuk mundur.
Natasha, mau ketemu gue nggak? Sepulang sekolah, gue tunggu di toko es krim yang waktu itu. Aku menunggu kedatanganmu.
Miss you.
Sharon menghela nafas kemudian mengambil cokelat yang ada di atas meja. Apakah ia harus senang? Entahlah, rasanya pada Renjun sudah mati sejak malam yang menyedihkan itu.
"Woi, ngapain ngelamun pagi-pagi?" tanya Yiren.
"Enggak kok."
Yiren merangkul pundak Sharon, "Galau amat sih temen gue, kenapa hm?"
"Renjun ngajakin ketemu."
"Terus gimana? Lo mau?"
"Entahlah, gue masih bingung."
"Nggak ada salahnya nyoba, Ron."
Sharon menghela nafas pelan.
"Bukannya lo suka sama dia? Apa sih yang lo takutin?"
Sharon mengangkat bahu, "Nggak tau."
"Jangan terus-terusan lari, Ron. Percaya deh, semua pasti baik-baik aja."
"Semoga.."
...
Ragu-ragu, Sharon melangkahkan kakinya menuju toko es krim yang terletak di pinggir jalan. Entah kenapa ia merasa gugup ketika membuka pintu toko. Gadis itu melihat sekeliling dan tidak menemukan Renjun dimana-mana.
Akhirnya, ia pun memutuskan untuk duduk di salah satu meja dekat jendela. Sembari menunggu, Sharon pun menghabiskan waktunya untuk bermain game di ponselnya.
"Maaf, udah lama ya?"
Sharon mengangkat dagu dan melihat Renjun yang sudah berdiri di hadapannya sembari merapikan rambut.
"Enggak kok," balas Sharon.
"Sebentar ya, biar gue pesenin dulu."
Belum sempat Sharon berbicara, Renjun sudah pergi meninggalkannya.
Sharon menatap Renjun dari kejauhan, jujur saja hati kecilnya rasanya senang sekali saat ini. Sudah lama sejak ia jalan berdua dengan lelaki itu.
Sesaat kemudian, Renjun pun kembali dengan dua cup es krim di tangannya. Ia meletakkan satu cup es krim di hadapan Sharon. "Kesukaan lo kan?" tanya Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
FanficAku sudah mencoba dengan yang lain, tapi hatiku tak bisa membantah jika aku masih mencintaimu hingga saat ini. Let's check this out! ©mahasantidevi, 2019 Start : 1 November 2019 End : 13 Februari 2020