20. "I Don't want to, but I Can't"

4.2K 671 159
                                    


"Mungkin seharusnya aku tidak menangis ketika kau pergi dan memberitahuku untuk tidak menunggu. Ada hal yang paling mematikan untuk mengatakan bahwa ternyata aku masih peduli pada perasaan mu"

▪▪▪▪▪

Gadis itu duduk dipinggir ranjang menghadap langsung Cahaya Mentari pagi yang berasal dari Jendela dihadapannya.
Gadis berparas cantik itu menatap keluar dengan tatapan yang sangat sayu dan penuh sebuah kesakitan yang terpendam.

Berkali-kali ia menghela nafasnya untuk membuang rasa kalut dan perasaan yang tidak mau pergi dari tempat sebelumnya.

Ia kini berada ditempat yang berbeda dan cukup asing bagi dirinya yang kini sedang beradaptasi dengan ingatan nya yang belum seratus persen pulih.

Semalam setelah ia lari dari tempat penuh kepedihan itu, Mingyu membawanya ke kediaman keluarganya. Irene sempat terkejut ketika kedua orang tua Mingyu ikut terharu, bahkan sangat menyambut bahagia kedatangan Irene yang sempat menghilang dan dikabarkan meninggal dunia.

Irene masih gugup dan begitu asing dengan semua hal baru ini.

"Joohyun.. "

Irene menoleh ketika panggilan lembut itu mengalun dari pintu kamar yang terbuka. Disana ada Mingyu yang membawa senampan Roti panggang beserta Segelas Susu, dan entah mengapa hal itu justru mengingatkan ia pada seseorang, dan tanpa sebab mengiris hatinya yang masih terluka.

Mingyu ikut duduk disamping irene, pria itu tersenyum hangat memandang wajah gadis cantik dihadapan nya.

"Selamat pagi". Sapa Mingyu ramah dengan tangannya yang membelai lembut rambut panjang irene.

Irene diam, bahkan matanya sama sekali tidak menatap mingyu. Tatapan gadis itu masih Setia melihat nampan yang Mingyu bawa.

"Eoh kau pasti sudah lapar ya, sarapan dulu ya. Aku memberi selai strawberry karena kau menyukainya"

Irene masih diam saja menatap Roti yang kini mingyu ulurkan untuknya.

Tidak ada selai strawberry disini

Sekelebat suara itu muncul diingatannya, dan membuat gadis itu mengingat sebuah kenangan kecil yang terasa manis namun sangat menyakitkan jika dikenang kembali.

Senyum Mingyu perlahan meredup ketika melihat gadis dihadapannya mulai menangis terisak.

Mingyu dengan cepat menaruh nampan itu diatas kasur, pria itu menatap khawatir kekasih nya yang masih menangis terisak dengan kedua  tangannya yang menutupi wajah basahnya.

"Joohyun, kenapa menangis?". Mingyu dengan lembut mengelus kedua pundak irene agar gadis itu tenang.

Kenapa sangat sulit sekali menghilangkan nya dari pikiran ku?

Kenapa ia harus memberiku rasa dan juga luka?

Kenapa aku harus menangisi kenangan nya ketika aku tau dia hanyalah pembuat luka.

Kenapa aku sudah merindukannya secepatnya ini?

"Joohyun..? Hey jangan menangis lagi, katakan padaku apa yang membuat mu menangis hmm?". Mingyu membawa tubuh gadis itu kedalam dekapan nya.

Purpose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang