study campus.
dugaanku sih, hanya akan membuatku bosan dan kelelahan. tapi karena pihak sekolah memaksa semua murid untuk berpartisipasi dalam acara ini, mau tak mau aku harus ikut.
kampus yang kami kunjungi berlokasi di kota sebelah, jadi memerlukan waktu yang lumayan panjang untuk sampai di tempat.
di kampus pertama, kita hanya disuruh berkumpul di aula, kemudian mendengarkan pembawa acaranya mengenalkan kampus mereka dan bagaimana cara kerja snmptn, sbmptn, ataupun mandiri.
membosankan. aku sudah mendengarkan hal itu selama seminggu ini. maka dari itu aku tidak begitu memperhatikan, malah asyik berbincang-bincang dengan teman-temanku.
setelah itu, kami semua disuruh ke masjid untuk sholat dhuhur.
dan yang benar saja, didepanku sekarang ada haris januar. sedang melangkah ke masjid.
"haris didepan kita, lho." bisik lia. aku mengangguk.
"kayaknya haris emang jodoh gue dari Allah, deh. kebukti kan, tiap gue ke masjid selalu ketemu dia." ujarku.
ara mengangguk setuju, sedangkan lia terkekeh.
tapi itu serius. terkadang aku berpikir kalau haris memang petunjuk dari Tuhan kalau dia jodohku. bagaimana tidak? setiap kali aku di masjid, aku selalu bertemu dia. selalu.
"aamiin, semoga, ya." ujar lia.
aku suka temanku yang suportif.
setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke kampus kedua.
lagi-lagi kami diarahkan ke aula kampus.
ugh, kapan ini berakhir?
pintu masuk aula sangat ramai. hal itu karena aula kampus ini lebih sempit dari yang sebelumnya.
aku menoleh ke belakang, memeriksa apa temanku sudah berada di belakangku atau tidak.
"lia? buruan!"
"iya! lo duluan!"
ketika aku membalikkan badanku, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh punggung lebar seseorang. wajahku menabrak punggungnya lumayan keras, membuatku sedikit terhuyung ke belakang.
"aduh!" pekikku pelan.
orang yang kutabrak itu langsung menoleh.
"eh, lo nggak papa?" tanyanya.
aku meringis. "iya, nggak pa-"
sial. itu haris.
haris januar, lelaki yang kusukai selama ini, kini berdiri dihadapanku. dia menatapku dengan khawatir. dahinya berkerut, sedangkan tangannya kebingungan antara ingin menyentuhku atau tidak.
"yakin? tadi lumayan keras, lho."
"i-iya, maaf ya, gue nggak sengaja,"
aku tersenyum tipis, kemudian meninggalkan haris cepat-cepat dan berlari kecil untuk menghampiri teman-teman kelasku berada.
demi Tuhan, jantungku berdetak tidak karuan saat haris mengajakku bicara tadi.
saat aku menabraknya tadi, kepalaku langsung membentur punggung atasnya. itu artinya, tinggiku hanya sampai bahunya saja.
hm, bukankah perbedaan tinggi aku dan haris sangat ideal? ketika haris memelukku, aku bisa langsung tenggelam di dadanya.
astaga, pemikiran apa itu?!
tapi, biar kuingat-ingat. haris mempunyai punggung yang lebar dan kuat, tatapan mata yang teduh, senyum yang luar biasa manis, dan astaga,
bau parfumnya yang benar-benar membuatku kehilangan akal.
gila, sehebat ini dampak seorang haris januar terhadapku?
oh, haris, sepertinya aku harus menuntutmu karena kamu telah berhasil mencuri hatiku sepenuhnya.