mataku tidak kunjung lepas dari layar ponselku.
"anjir, ganteng banget..." gumamku.
"sumpah, stop. gue udah denger kata-kata itu 21 kali!" seru lia gemas.
ara mengangguk, dia setuju dengan pernyataan lia.
"dasar bucin. haris bikin story langsung lo ss, diulang ratusan kali, pake nangis juga."
aku mendelik. "sembarangan! lo juga bucinnya aji, kan?!" geramku.
ara menyengir, lia tertawa.
aku kembali terfokus ke layar ponselku. di instastorynya, haris nampak sedang di tempat billiard bersama teman-temannya. tangan kirinya memegang rokok, sedangkan tangan kanannya memegang tongkat billiard.
haris tersenyum mengejek ke arah kamera sambil menunjuk temannya, sangat menggemaskan.
ah, tapi ada sejarahnya, loh, aku dan haris bisa saling follow di sosial media.
jadi seminggu setelah aku mengetahui eksistensi seorang haris januar, aku diberi tahu akunnya oleh lia. tentu saja aku langsung melihat isi akunnya.
hanya ada empat foto, dan dia terlihat luar biasa tampan di setiap fotonya.
"ganteng juga, ya," ujarku.
"follow, lah." celetuk lia.
aku menggeleng cepat. gengsi, dong, follow haris duluan?
"liat dong, fotonya!" ujar ara. kemudian aku memberikan ponselku.
"jangan sampai ke like, ya. aw-"
"eh, sorry, kepencet!"
dasar ara sialan.
"IH, ARA! GIMANA, SIH?!" panikku.
setelah kejadian itu, tidak butuh waktu lama, muncul notifikasi haris mengikuti akun instagramku.
jelasnya langsung aku followback.
tapi, ya, walaupun kita saling mengikuti di instagram, bukan berarti kita pernah saling bertukar pesan lewat direct message.
kembali ke hari ini, aku masih menangisi betapa tampannya haris dengan rokok dan tongkat billiardnya.
rambutnya berantakan, seragam dikeluarkan, ditambah senyum tengilnya yang menurutku menggemaskan.
"listrik di rumah lo kapan nyalanya, sih?" gerutu lia.
kami bertiga sekarang berada di rumahku. namun naasnya, mereka kemari disaat listrik di rumahku sedang mati.
"nggak tau, lah? emang gue petugas pln?" sahutku sedikit sewot.
sudah panas, lia marah-marah pula.
akhirnya seperti remaja pada umumnya, aku membuat story tentang keluhanku.
'siang-siang, panas, lampu mati juga. ngapain ya enaknya?'
kemudian aku mematikan ponselku, dan ikut berbaring di samping ara yang sedang mengipasi dirinya sendiri. aku tidak mau dekat-dekat dengan lia, sedang pms dia!
tidak lama, layar ponselku menyala, tanda ada notifikasi baru.
dan,
"HAH?!"
lia dan ara sontak terbangun dari posisi berbaringnya, kemudian menatapku dengan panik.
"KENAPA?"
"i-itu, anu, ITUU!"
lia langsung merebut ponselku, sebelum akhirnya ikut heboh.
"ANJIR! APA-APAAN?!"
ara membulatkan matanya ketika melihat layar ponselnya.
harisjanuar replied to your story
"HUAAAAA, INI MAH TEMEN GUE DINOTIS MAS GEBETAN, YA?!"
"sstt, diem, diem, gue mau bales dm dari calon suami dulu,"
oke, ini gila. aku bahkan hampir yakin jika aku berada di dimensi berbeda sekarang.
maksudku, ini haris? berinteraksi dengan orang sepertiku? berinteraksi dimana tidak ada unsur ketidaksengajaan? ini haris tidak dibajak, kan?
harisjanuar
tidur terus
terus bangun ada yang bisikin man robbuka
takdir deh
dih, jangan dong
yaudah, jangan
itu tadi lo ngerokok yaa
di storyhah? kagaak
itu rokok temen gue
gue cuma bantu peganglo ngga ngerokok?
ngga lah, kasian calon istri gue nanti
dia ga doyan asap rokoklah sok tau
kalo dia suka gimana?gue tanya deh
lo suka asap rokok nggak?ngga sih
nah kan bener dia ga doyan asap rokok
sebentar, calon istri yang dimaksud oleh haris itu, aku?
hah?
oh, haris, kamu dan perkataanmu selalu saja manis. tapi sepertinya, kamu seperti itu juga dengan semua perempuan.