"aduh, neng, males banget puasa-puasa keluar." keluh haris.
aku memutar bola mataku malas. kemudian menatapnya datar.
"yaudah sana balik."
haris menyengir. "gamau lah, disini aja aing mah. menemani sang putri, asek."
aku bergidik ngeri, kemudian mencubit perutnya pelan.
hari ini kami berada di sekolah untuk mengambil buku album tahunan. sebenarnya sih, boleh diambil kapan saja. tapi aku inginnya sekarang.
"gurunya nggak ada mbak, kapan-kapan, ya?"
aku tersenyum paksa ke ibu guru penjaga ruang tata usaha, kemudian melangkah mendekati haris yang sedang bermain dengan kucing sekolah.
"lhoo, udah?"
aku menggelengkan kepalaku.
"walasku nggak ada. gak bisa diambil."
"yaudah, ambil habis wisuda aja."
"wisudanya masih lama."
aku akhirnya duduk di samping haris, ikut bermain dengan kucingnya.
aku meraih kucingnya, kemudian mendudukkannya di pangkuanku. haris tersenyum ke arahku.
"kita kalo nikah, adopsi kucing, yuk?"
aku melotot, kemudian memukul pelan lengannya sambil tertawa. "apaan, sih!"
"ih, lucu tau! nanti kita punya 11 anak cowok sama kucing persia!"
aku menggeleng-gelengkan kepalaku sambil tertawa.
"11 anak? kamu mau bikin tim sepak bola?"
"iyalaah. haris united namanya entar."
kalau haris bukan pacarku, pasti sudah aku tinggal sedari tadi.
"ogah ah, nikah sama kamu. dikira gampang apa ngelahirin 11 anak?"
"astaga, bercanda sayaaangg. aku mah, ga muluk-muluk. pokoknya bisa sama kamu, hehe."
"sampis haris, sumpah."
sedang asik-asiknya bergurau, tiba-tiba ada dua guru lewat di depan kami.
"loh, haris sama kamu toh?" tanya guru geografiku.