"denger-denger, sih, uks kita angker."
aku mendengus, kemudian menatap lia dengan tajam.
"kalo ngga mau nemenin, nggak usah nakut-nakutin!" gemasku.
"hehe, maaf. ada ulangan bahasa inggris, yakali bolos?"
dari pagi badanku sudah tidak karu-karuan rasanya. kepalaku pusing, mataku berat, belum lagi perutku yang mual. namun aku paksa masuk sekolah saja karena katanya ada try out.
namun ternyata, try out dibatalkan.
padahal aku sudah mati-matian berjuang untuk masuk sekolah hari ini.
sesampainya di ruang uks, lia langsung membaringkan tubuhku diatas ranjang uks.
"pacar haris katanya anak smk perawat." celetuk lia tiba-tiba.
aku menatap lia tajam. apa itu informasi yang penting?
"gak penting."
"dih, galak amat. gue buatin teh, ya?"
aku mengangguk lemas, kemudian memejamkan mataku sejenak.
sakit apa, sih, gue ini? kenapa rasanya kayak mau dicabut nyawanya? udah sakit, tau haris udah punya pacar, sial bener hidup gue!
ara harusnya juga ikut menemani temannya yang tergeletak tak berdaya di ranjang uks hari ini. namun si bucin sialan itu lebih memilih untuk menemani gebetannya yang sedang sakit di kelasnya.
heran, masih gebetan, loh? bukan pacar?
kepalaku makin pening jika mengingat betapa bucinnya si ara yang padahal sedang digantung oleh gebetannya.
sebentar, biar kuingat lagi, siapa nama gebetan ara? jinendra? aji?
ugh, aku ingin saja melabrak aji dan memarahi lelaki itu. berani-beraninya dia menggantung perasaan sahabatku!
tapi sebelum melabrak, aku harus sembuh dari penyakit misterius ini terlebih dahulu.
tak lama, aku mendengar pintu uks terbuka.
"liaaa, bilangin ke ara, dong, jangan bucin banget sama si aji!" celotehku.
"bucin gimana?"
tiba-tiba jantungku berhenti berdetak sejenak.
sejak kapan suara lia jadi dalem gini?
aku membuka mataku, hanya untuk melihat haris sedang berdiri di depan ranjang uks dengan tatapan bingung.
ah, demamku sepertinya tinggi, deh.
"lia, termometer, dong. kayaknya panas gue nyampe 40 derajat, nih. yakali gue ngeliat haris januar?" racauku sambil tertawa.
haris, atau lia (ck, aku masih yakin kalau ini cuma efek demam) justru tertawa sambil berjalan menghampiriku.
"ini haris beneran, bukan lia. tadi lia nitip teh ke gue. nih, diminum."
aduh, haris jadi-jadian ini bicara apa, sih? sepertinya benar, deh, rumor kalau ruang uks berhantu. buktinya ada makhluk lain yang menyerupai haris di hadapanku sekarang.
kan, sangat tidak masuk akal haris berada disini?
"kalo lo hantu, tolong jangan apa-apain gue, ya? gue cuma sakit, mau tidur."
haris jadi-jadian menetawaiku lagi. hantu jaman sekarang receh juga, ya?
"jahat amat, neng. ganteng gini dibilang setan. kayaknya lo demam beneran, ya?"
kemudian sebuah telapak tangan dingin menyentuh dahiku.
sebentar, kalau hantu kan, mana mungkin bisa menyentuhku? itu artinya yang didepanku ini?
"ini beneran haris januar anak kelas 12 ips 4?"
haris jad-asli mengangguk sambil tersenyum manis.
ya Tuhan, barusan aku bicara apa saja di hadapan haris?!
dan apa, haris baru saja menyentuh dahiku dengan tangan dewanya itu?!
panik. panik.
"lo sakit beneran. pulang sekolah langsung ke dokter aja."
persetan dengan dokter, ris. aku lebih mengkhawatirkan kebodohanku sekarang.
kemudian haris berbaring di atas ranjang yang berada di sebelah ranjangku. lelaki itu hanya memejamkan matanya.
wah, haris dengan mata terpejam saja masih terlihat tampan.
mungkin karena aku menatapnya terlalu lama, tiba-tiba saja haris membuka matanya dan menghadapkan tubuhnya ke arahku.
pergerakan haris terlalu cepat, jadi aku sama sekali tidak bergerak dari posisi awal, masih menatapnya.
"cepet sembuh," haris berujar singkat.
kemudian kita bungkam. aku sibuk mengatur hati, sedangkan haris sibuk entah, mungkin sedang terpejam?
"cita-cita gue jadi dokter, loh," celetuk haris tiba-tiba.
oh, pantesan cewek lo anak smk perawat! dasar!
"oooh, gapapa, bagus." jawabku sekenanya. astaga, kenapa aku sangat membosankan?
haris menoleh ke arahku. jadi posisi kita sekarang berhadap-hadapan. wah, seperti adegan uks di drama korea saja!
"kalo gue jadi dokter, lo harus sakit terus ya, biar jadi pasien gue terus."
mataku memicing, kemudian tertawa.
"penyakitan, dong? ogah."
"yaudah, gak jadi. kan, gue jadi dokter buat ngerawat lo doang." kemudian haris memejamkan matanya.
haris januar yang tampannya tidak manusiawi, kamu tidak harus menjadi dokter untuk bisa merawatku. ada cara lain, kok.
misalnya menjadi suamiku nanti.
"eh, lo sakit apa?" tanyaku memecah keheningan.
"sakit hati. cewe gua ketahuan selingkuh."
oh.
jadi rumor haris memiliki kekasih itu benar, ya?
tapi selingkuh? wah, gila. dunia gila. bagaimana seseorang bisa menyelingkuhi seorang haris?
"sabar, ya."
oh, haris, kalau kamu butuh seseorang yang dapat membuatmu bahagia dan tidak akan meninggalkanmu, maka aku akan berada di garis terdepan.