Ujian

11.6K 2.8K 582
                                    

ujian nasional tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ujian nasional tiba.

tapi alih-alih merasa gugup atau bagaimana, aku justru santai-santai saja.

aku mengambil biologi sebagai mapel pilihan. itu saja terpaksa karena tidak ada pilihan lain.

kimia? tidak mungkin. aku tidak pernah paham dengan pelajaran itu. terima kasih kepada guruku yang sangat handal saat mengajar kelasku.

fisika? uh, tidak. tidak mungkin. nilai ulangan harianku diatas 60 saja sangat jarang. belum lagi kepalaku mendadak migrain ketika berkutat dengan latihan soal fisika.

ya, pilihan yang tersisa hanya biologi. padahal saat pelajaran biologi aku sering tidur.

aku inginnya memilih geografi sebenarnya.

tapi aku anak ipa.

"banyak sambat kamu," celetuk haris dari seberang telefon.

"aku gak bisa biooooo!" keluhku.

"anak ipa karbitan. mending masuk ips kan, biar bisa kenal aku daridulu."

"emang kenapa kalo kenal duluan?"

"ya biar kita bisa pacaran daridulu, lah."

"dih, sekarang aja belum pacaran." balasku, kemudian sedikit menyesal.

tidak, aku tidak berharap apa-apa dari haris. termasuk meresmikan hubungan tanpa status kita ini.

bisa dekat dengan haris saja aku sudah senang, dan menurutku itu cukup.

aku bukan tipe orang yang menganggap sebuah 'status' dalam hubungan itu penting. asal ada pengakuan dari kedua belah pihak, kurasa itu cukup.

"eneng mau pacaran?"

"eh, chelsea menang, tuh." aku memilih untuk mengalihkan perhatiannya.

"eh iya! yesss! mu kalah!!!"

kemudian haris kembali berceloteh tentang sepak bola.

tiba-tiba ada suara anak kecil.

"hayo, telfonan sama siapa itu, mas?"

"kenalan sini, sama pacarku."

aku hampir tersedak jus manggaku.

"heee, udah pacaraaaan! ini orangnya?" tanya anak itu.

"iya, cantik ya?"

haris apaan, sih!

anak kecil itu mengiyakan, kemudian berbicara kepadaku.

"halo, kakak ini siapanya mas ayis?"

"pacarnya." balasku singkat.

haris tertawa dengan kencang di belakang, sedangkan anak kecil itu nampak terkejut.

"sorry, saudaraku itu."

"hehe, gapapa, lucu."

"besok un-nya semangat, yaaa!" serunya sambil tertawa renyah.

"semangatin langsung, lah."

selanjutnya kami lanjut membahas tentang hal lain.

jadi bingung juga, aku ini siapanya haris?

pertanyaan itu terus menghantuiku rasanya.

sampai keesokan harinya, aku baru saja sampai di lobby sekolah. karena sesi dua, jadinya aku berangkat siang.

"anak sesi satu udah kelar." ujar lia.

aku mengangguk. kemudian aku melihat haris bersama teman-temannya berjalan ke arah tempatku berada.

pandangan kami bertemu, haris langsung saja menghampiriku.

"gimana persiapan un-nya? hari terakhir, nih! semangat dong!" ujarnya.

aku tersenyum kecil, sedangkan lia dan teman-teman haris sudah ricuh.

"BUSEET, MASIH PAGI UDAH MEMBINA RUMAH TANGGA AJA!"

"mau-maunya sama haris, kena pelet, nih!"

"anjir, malah diapelin. yaudah, gue ke atas duluan!"

haris hanya tertawa saja. anak ini kerjaannya cuma tertawa deh, heran. kan, aku jadi makin suka!

"loh, ris, cewe kemarin gimanaa? HAHAHA!"

aku melirik haris. "ooh, siapa yaa?"

haris meringis, kemudian menutup kedua telingaku, dan menarikku agar menjauh dari teman-temannya.

"jangan didenger ya, itu bisikan setan."

aku belum bisa bereaksi sebenarnya.

masalahnya, posisi kami sekarang berdiri dengan jarak yang sangat dekat. wajahku berhadapan langsung dengan wajahnya, sedangkan tangannya masih menangkup sisi kanan dan kiri wajahku.

kami terdiam sebentar, sebelum akhirnya haris salah tingkah sendiri dan menjauhkan tangannya dariku sambil tertawa canggung.

"pokoknya jangan didengerin, yaa?"

aku hanya mengangguk. masih sibuk mengatur detak jantungku. sialan memang si haris, bisa saja dia memporak-porandakan hatiku seperti ini.

"marah?" tanya haris tiba-tiba.

"hah? engga?"

tiba-tiba haris tertawa, kemudian menggenggam tanganku.

"udah, kamu aku culik aja ya? nggak usah ikut ujian, kamu ikut aku aja. gemes aku sama kamuuu!"

otomatis aku tertawa. "mana boleh! penting, nih, un!"

haris mendengus. "kelar un kita harus kencan lagi pokoknya, oke?"

"siap, bosss!"

haris mengacak rambutku, "semangat ujiannya, cantik!"

"iyaa, makasih ganteng."

"udah sana naik ke atas."

aku menggeleng, kemudian memasang wajah sedih.

"anterin, takut jalan sendirian."

haris mendesah pasrah. "untung aku bucin. ayo,"

halo? disini gue yang lebih bucin, ya!

sesampainya di depan kelasku, haris berkata,

"cewekku cuma kamu, kok. jangan cemberut lagi, aku culik beneran kamu nanti."

kemudian haris meninggalkanku sambil melambai-lambaikan tangannya.

oh, haris, kalau suatu hari kamu mempunyai cewek baru, aku juga tidak bisa marah. memangnya, aku siapamu? jadi jangan terlalu khawatir.

 memangnya, aku siapamu? jadi jangan terlalu khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
oh, harisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang