kantin ramai seperti biasa.
melihat keadaan kantin dari jendela kelasku saja sudah membuatku malas untuk berjalan kesana.
"anterin ke kantiiiin!" ini sudah kelima kalinya ara merengek kepadaku.
"kan ada lia."
"lia tidur di belakang, gue gak mau ganggu."
aku mendecak, kemudian mengiyakan ajakan ara. karena jika tidak dituruti, gadis itu akan merengek terus. lagipula aku lebih memilih berhenti mendengar rengekan ara karena itu menyebalkan.
entah takdir macam apa, tapi saat aku berjalan ke arah kantin, aku berpas-pasan dengan haris dan teman-temannya.
tatapan kita sempat bertemu, tapi tidak ada satu dari kita yang menyapa. mungkin kita memang tidak sedekat itu.
"emang ya, lo ini terverifikasi jodohnya haris januar." celetuk ara disampingku.
aku terkekeh ringan. aamiin, semoga aku benar-benar jodohnya haris januar.
sesampainya di kantin, aku hanya mengikuti kemana pun ara berjalan. bukan karena aku tidak punya uang, aku hanya tidak ingin membeli apa-apa.
saat kami sedang mengantri, tiba-tiba aku tidak saja mendengar pembicaraan,
"gue kemarin pulang sama haris lagi."
mendengar nama 'haris' disebutkan, aku langsung mencari sumber suara.
ah, sial, ternyata itu mantannya haris.
yang primadona sekolah, itu, loh."dia, kan, pingin jadi mantan yang baik. jangan kepedean, deh." balas temannya.
aku tertawa dalam hati. iya, jangan kepedean. kamu hanya mantan.
eh, tapi lebih baik mantan, ya. setidaknya pernah bahagia bersama. nah, aku? kenal dekat saja tidak.
tapi aku, kan, calon pacarnya haris.
kalau semesta setuju, sih.
"biarin. pokoknya haris nganter gue pulang. jangan kaget kalo lo denger kabar gue balikan sama haris."
aku membelalakkan mataku.
apa katanya? balikan?
enteng banget rahangnya kalo ngomong.
jangan balikan, dong! beri kesempatan manusia biasa sepertiku untuk merasakan rasanya dekat dengan haris juga.
"balikan? lo gak denger kabarnya, apa?"
mantan haris memicingkan matanya, begitu juga dengan aku.
masa bodoh dengan omongan 'mendengar pembicaraan orang lain itu tidak baik', aku perlu tahu hal ini.
"apa emang?"
"katanya haris udah punya cewek. anak smk sebelah katanya."
mungkin ekspresiku dengan mantannya sekarang sebelas dua belas, kecewa berat.
apalagi aku. belum juga berjuang, tapi sudah kalah telak.
oh, haris, aku hanya berharap kabar itu salah. tapi kalau benar, semoga kamu bahagia.