nasi campur di kantin sekolahku adalah makanan terenak kedua setelah masakan rumah.
maka dari itu sekarang aku berada di kantin bersama kelima temanku, menunggu pesanan nasi campur kami datang.
seperti remaja perempuan pada umumnya, kita membicarakan banyak hal sampai tertawa terbahak-bahak. mulai dari saling melontarkan lelucon, sampai membicarakan orang lain (meskipun kita tahu itu tidak baik).
saat pesanan tiba, kami langsung mengambil piring kita masing-masing.
baru saja aku hendak menyantap makananku, tiba-tiba lia menyenggol tanganku.
"apaan!" desisku.
"ada haris, tuh!" bisik lia.
haris bersama teman-temannya berjalan ke kantin, kemudian duduk di meja yang berdekatan dengan mejaku.
tiba-tiba aku panik dan salah tingkah sendiri. jarak antara mejaku dan haris lumayan dekat. dari jarak sedekat ini, aku bisa melihat haris dengan jelas.
haris sedang tertawa. matanya melengkung ke bawah-seperti bulan sabit-ketika tertawa. sangat menggemaskan.
"cepet dimakan, keburu dingin."
"udah kenyang, tuh! baginya kan, ngeliat haris udah bikin kenyang!" celetuk dira lumayan keras.
mataku melebar. sontak aku langsung memukul lengannya.
"ngomong apaan, sih!" yang lain tertawa, sedangkan aku agak panik.
bagaimana jika haris atau salah satu temannya mendengarnya?
dengan ragu, aku melihat ke arah meja haris.
ternyata haris masih fokus dengan teman-temannya.
syukurlah kantin sangat ramai, jadi tidak ada yang mendengar celetukan dira barusan.
duh, aku tidak ingin siapapun (kecuali temanku) tahu kalau aku menyukai haris. terlebih haris. aku sedang menikmati fase-fase jatuh cinta dalam diam ini.
seperti apa, ya, seru saja menyukai seseorang diam-diam. mengagumi dari jauh.
aku lanjut menyantap makananku, tapi mataku selalu diam-diam mencuri pandang ke arah meja haris.
haris di mejanya sedang tersenyum. mana senyumannya, tuh, sangat manis. pandangannya pun hangat. tiba-tiba aku berpikir,
dia lagi ngelihat siapa?
haris menyikut lengan temannya pelan, sedangkan temannya menoleh sebentar ke haris, sebelum akhirnya ikut melihat kemana arah mata haris tertuju.
"apa, ris? yang itu?" celetuk temannya, mengundang tawa malu-malu dari haris.
mata haris tertuju padaku, ralat, belakangku.
aku pun menoleh ke arah belakangku, menemukan segerombolan perempuan dari kelas sebelahku.
"siapa?" tanya lia tiba-tiba. sepertinya dia juga tahu.
"iya, siapa yang ditunjuk haris?" giliran ara yang bertanya. kali ini dia berulang kali menoleh kanan dan kiri untuk mencari gadis mana yang dimaksud haris.
aku mengendikan bahuku. namun tidak butuh lama, aku menemukan siapa yang dimaksud haris.
"eh, jangan-jangan..." bisik dira.
aku mengangguk lemas. "iya, si kalem."
dugaanku dan teman-temanku, haris tertarik dengan sekretaris mpk sekolahku. panggil saja si kalem. hal itu karena dia memang terlewat kalem. kalau tertawa sangat anggun. jalan saja bak putri solo.
aku dibanding si kalem, sih, jelas tidak ada apa-apanya.
aku menghela napas panjang, sambil mengaduk-aduk es tehku. lia menepuk punggungku pelan.
"semangat, ya."
bagaimana bisa semangat, sih? posisinya sekarang, aku sedang menyaksikan secara langsung lelaki yang aku suka memandang gadis lain dengan tatapan penuh cinta dan kasih sayang.
right in front of my nasi campur.
tidak sopan.
tapi, ya, bukannya ini yang menantang dari jatuh cinta diam-diam? melihatnya jatuh kepada orang lain, padahal aku disini sudah terjatuh untuknya? seru.
haris sekarang masih menatap gadis itu dengan lembut. tatapannya penuh rasa kagum, senyumnya pun terlihat tulus. seolah-olah gadis itu adalah pusat dari tata suryanya.
oh, haris, bisakah aku menjadi gadis itu suatu saat?