"Aku tau kalau kamu juga mencintai aku" tanya ku kepada Ali yang duduk di sebelah ku agak jauh. "Iya,sebenarnya aku sudah memperhatikan kamu dari kelas 7" jawaban nya membuat hati ku semakin berdegup kencang. "Gimana nanti kalau kita berpisah? Kamu kan mau sekolah jauh" tanya ku. Pertanyaan yang mengganjal di hati ku,kini sudah aku ungkap kan. "Kalau kamu disini baik baik saja,aku akan baik baik saja. Kalau kamu disini tetap dengan pendirian mu,aku juga akan tetap dengan pendirian ku" jawaban nya membuat hati ku sesikit tenang. "Kalau nanti selama kita berpisah kamu mau mengakhiri ini, aku akan menerimanya. Tapi,aku tidak mau kembali lagi kepada kamu" lanjutannya yang membuat aku menetes kan air mata. "Kenapa kamu bilangnya begitu? Apa kamu nggak percaya" kata ku sambil menahan tangis ku. "Aku jauh dari kamu,aku tidak bisa langsung menjaga mu disini. Tapi aku akan menjaga mu lewat doa" perkataan itu membuat hati ku menjadi tenang kembali. Meskipun masih di liputi rasa takut. "Nanti kalau kamu pulang,jangan lupa ke rumah ku ya" tawar ku yang langsung di jawab oleh dia "kamu juga harus ke rumah ku" aku hanya mengangguk pelan. "Ya sudah, ini udah sore, ayo pulang." aku mengangguk iya.
-----
Perpisahan sekolah,acara yang paling aku tidak suka. Ya,ini adalah detik detik akhir yang akan memisah kan aku dengan Ali. Memang benar,setiap pertemuan akan ada perpisahan. Tapi aku belum siap. Gimana nanti kalau aku rindu? Kalau aku butuh dia, aku harus apa? Bernagai macam pertanyaan hinggap di kepala ku.
Ketika acara perpisahan telah usai,aku bertemu sebentar dengan Ali. Aku ingin bicara dengan dia. Aku masih takut berpisah dengan dia. "Aku takut kalau kamu jauh. Apa kamu nggak inget,waktu kamu liburan ke jogja 5hari aja,aku nangisnya juga 5hari" cerita ku yang hanya aku dan dia yang tau. "Kalau kamu rindu, ya doa kan aku saja. Kamu bisa peluk aku lewat doa. Kalau sekarang belum boleh" jawabnya sambil tertawa. "Lagi pula,se rindu rindu nya kamu kan,sekali ketemu aku aja udah hilang. Memang aku paling bisa membuat orang lain rindu,termasuk kamu" katanya yang membuat aku hampir memukulnya. "Ihh...enggak ya,kan ya gimana pun juga,kalau nggak ada kamu kan rasanya beda" jujur ku sejujur jujurnya. "Nggak ah,kamu aja yang baper an. Aku nggak bakal ngapa²in kok disana. Kamu juga" ungkapan nya yang membuat aku lega. "Ini udah siang banget,mau sholat dulu atau pulang aja?" tanya nya kepadaku. "Emmm..aku ikut kamu aja" jawab ku,karena aku masih ngga mau pisah dari dia. "Yaudah,sholat dulu terus pulang ya?" aku mengiyakan.
-----
Setelah selesai sholat, aku pulang bersama teman ku,lala. Rumah ku dan lala searah,jadi ya aku nebeng aja sama dia. Sementara Ali pulang sendiri mengikuti di belakang ku.
"Kenapa kamu ngga barengan sama dia?" tanya lala kepada ku. "Nggak ah,aku malu. Lagian juga belum boleh". Aku sesekali melihat dia ke belakang sambil sedikit tersenyum.10 menit di perjalanan,tiba juga di rumah ku. Aku mengatakan terimakasih ke lala. Dan dia juga segara pulang. Ali yang juga melewati depan rumah ku,hanya membunyikan klakson motornya sambil sedikit senyum.
Sampai di kamar, aku menjatuh kan diri ku di atas kasur. "Ya Allah, hamba lega" aku senyum-senyum sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Bersamamu (HIATUS)
Short StoryDua insan yang saling menunggu dalam sebuah doa. Di pertemukan kembali dengan skenario yang telah dibuat Allah.