٣٢ : COBAAN

669 14 0
                                    

Ali Ahzami

"Ali...saya ingin bicara berdua sama kamu" ucap ayah Maira.

Aku swgera menghapus sisa air mata bahagia ini.
"Baik ayah" ucapku.

Kemudian ayah Maira beranjak dari tempat duduknya.
Aku mengikuti langkah kaki ayah Maira.

Kami menuju ke serambi belakang rumah ini. Aku melihat hamparsn taman yang tidak terlalu luas. Namun, banyak sekali bunga-bunga yang tumbuh di taman itu.

Kami duduk di kursi dengan meja kecil di tengahnya. Kami sejenak melihat bumga-bunga itu kembali.

"Ali... Mungkin kali ini saya merasa sangat bahagia. Putri saya sebentar lagi akan menikah. Menikah dengan laki-laki baik lagi soleh seperti Ali ini" ucap ayah Maira. Beliau mengambil nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya.

"Bagaimana dengan Azam?"

"Azam?" diriku cukup kaget mendengar nama Azam yang baru saja dikatakan ayah Maira.

"Azam sudah berkali-kali kesini. Dia berniat untuk mengkhitbah Maira juga. Tapi saya juga belum memberi jawaban apa-apa. Yang saya tahu,bahwa Maira takut sekali kepada Azam" jelas ayah Maira.

"Sebelumnya saya minta maaf. Saya ingin menyampaikan sesuatu, tapi saya tidak sampai hati mengatakannya" ucapku lirih.

"Katakan saja,Ali"

"Maira sekarang tengah sakit" ucapku benar-benar sangat sedih.

"Sakit? Sakit apa? Bagaimana Ali bisa tahu kalau Maira sakit?" ucap ayah Maira sangat terkejut.

"Saya sekarang tinggal di pesantren dimana Maira berada. Saya di berikan amanat untuk meneruskan mengurus pesantren itu. Dan tadi sepulang saya dan Maira menghadiri undangan pernikahan,tiba-tiba Azam ada di depan pesantren. Maira yang sangat takut hanya mampu menangis,berdiri di belakang saya. Azam memaksa ingin membawa pulang Maira. Namun saya tepis tangan azam. Mungkin karena ketakutan Maira itu, tubuhnya lemas dan Maira pingsan"

"Bagaimana keadaan anak saya sekarang?" ayah Maira sepertinya sangat terpukul.

"Maira ada di rumah abah zahid pemilik pondok pesantren itu" jawabku.

"Jaga maira baik-baik. Saya tidak ingin terjadi apa-apa kepada putri saya" ujar ayah Maira.

"Saya akan menjaga Maira semampu saya"

"Terimakasih Ali"

"Hmmm... Yang tadi,bagaimana dengan azam. Jika Ali dan Maira menikah,pasti azam akan merasa dibohongi. Bukan begitu,ayah?"

"Saya fikir juga begitu. Namun,bagaimana lagi. Maira juga tidak menyukai azam"

Skip...

AuthorPov

"Mas... Mas Ali..." suara rintihan dari mulut Maira akhirnya muncul. Mata sayunya perlahan terbuka.

"Maira... Kamu istirahat dulu ya..." jawab ummi laila halus.

"Mas Ali" ucap Maira masih mencari Ali.

"Ali sedang pergi sebentar" jawab ummi laila pelan-pelan.

"Kenapa Mas Ali tidak ada di samping Maira, ummi?" air matanya tiba-tiba menetes.

"Dia tadi ada urusan sama abah. Jadi Ali harus pergi" ummi laila berusaha menenangkan Maira.
"Kamu istirahat saja disini sampai sehat"

"Terimakasih ummi"

Lalu ummi Laila keluar dari kamar tersebut. Beliau berniat menemui suaminya.

"Abah...apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya ummi Laila pada Abah Zahid.

Takdirku Bersamamu (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang