٣١ : SETITIK CAHAYA

711 14 4
                                    

Ali Ahzami

Ketika aku baru menyadari,bahwa gadis bernama Putri itu adalah Khumairah,aku benar-benar merasa sangat bersalah.

Aku masih tidak menyangka,bahkan dengan bodohnya aku pernah mencintai wanita lain dengan nama betbeda,tapi dengan orang yang sama.

Aku merutuki kebodohan ku ini. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku benar-benar menjadi seorang pengecut. Sebegitu bodohnya aku?

-----

Kudapati azam tengah ada di depan pesantren. Apa yang dia lakukan disini?

Maira bilang bahwa dia takut sekali dengan azam. Kenapa maira takut? Apa luka yang dulu masih membekas hingga saat ini?

Ketika aku tengah bersitegang dengan azam,Maira hanya diam di belakang. Dia terus menangis. Lagi-lagi air mata itu jatuh.

Aku melindungi maira dari tangan jahat azam. Azam berusaha membawa pulang Maira. Aku terus menepis tangan azam.

Maira yang berdiri dibalik badan ku terus menangis,hingga suara rintihannya memanggil ku membuat aku tersadar. Aku berbalik,dan Maira sudah tidak sadarkan diri.

Aku segera membawanya ke rumah abah zahid. Aku menidurkan dia di kamar yang aku tempati. Ummi yang khawatir segera mengompres Maira karena suhu badannya naik.

Aku hanya berdiri dan membisu. Aku melihat Sang Khumairah yang terkulai lemas. Air mata ku mulai berjatuhan.

"Sudah Ali...Maira pasti baik-baik saja" ucap ummi menasehati.

"Tapi ummi,kasian Maira. Ali tidak tega" ucapku sangat terpukul.

"Assalamualaikum Ali,ummi" suara abah zahid memasuki ruang kamar ku.

"Waalaikumussalam abah" jawabku bersama ummi.

"Boleh abah bicara sebentar bersama Ali?" ucap abah zahid.

"Baik abah" jawabku.

Aku kembali memandangi dirinya yang masih memejamkan matanya.

"Syafakillah Bidadari" ucapku berbisik di telinganya.

Aku segera keluar dan berargumen bersama abah di ruang tengah.

"Ali...sebenarnya apa yang terjadi?" tanya abah zahid pelan.

"Maira adalah Ali. Maira yang telah lama bersemayam di hati Ali. Dan Ali baru bertemu Maira setelah 3 tahun lebih tidak bertemu. Ali merasa sangat bersalah. Ali menjanjikan sebuah peenikahan diantara kita,tapi Ali bahkan belum ke rumah Maira untuk meminta izin kepada orang tua Maira" ucapku sangat terpukul.

"Apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

"Ali ingin mengkhitbah dan menikahi Khumairah"

"Sekarang kamu cepat pulang dan pergi ke rumah orang tua Maira. Laksanakan janji itu. Abahmu dan saya tidak pernah mengajarkan kamu untuk tidak menepati janji"

"Sekarang abah?"

"Kalau lebih cepat lebih baik,kenapa harus di tunda?"

"Tapi abah,Ali minta Maira jangan diberi tahu dulu. Biar nanti Ali sendirj yang bicara sama Maira" pintaku pada abah zahid.

"Iya"

"Terimakasih abah,Ali pulang dulu. Assalamualaikum" ucapku sambil mencium tangan abah zahid.

"Waalaikumussalam. Fii amanillah Ali"

"Syukron abah"

Setelah aku berpamitan dan mencium punggung tangan abah zahid, aku segera masuk mobil dan pulang.

Takdirku Bersamamu (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang