Khumairah
Ketika aku dengan tenang membaca sebuah buku sejarah islam dalam kamar,tiba-tiba kedatangan hanum mengehentikan pekerjaan ku ini.
Hanum bilang ada yang mencariku. Dan yang memcariku adalah Gus Ali. Seorang Gus yang sering hanum ceritakan kepada teman-temannya,juga kepadaku.
Aku pun mengiyakan panggilan itu. Aku mengikuti hanum dari belakang. Dengan sangat terkejut,ada seseorang yang bertriak padaku,bahwa aku tidak memakai niqab ku.
Dengan malunya,aku menutup wajahku menggunakan telapak tangan ku. Aku berlari kecil untuk kembali ke kamar memakai niqab ku. Setelah selesai,aku kembali keluar menemui hanum dan Gus Ali.
Hanum mengenalkan aku kepada Gus Ali. Hanum bilang,kalau Gus Ali ini adalah penerus abah. Dan Gus Ali inilah yang akan mengurus pesantren ini.
Aku pun memberikan salam pertama ku kepada Gus Ali. Ku ucapakan "Assalamualaikum" untuk pertama kalinya kepada seseorang yang akan membimbing kami,semua santri disini.
Ku arahkan pandangan ku kepada Gus Ali. Sebagai rasa hormatku kepadanya.
Deg...
Aku memandang mata itu. Sebuah mata yang menjawab akan semua kerinduan yang aku pendam selama ini. Aku menatap dalam matanya. Menelisik kedalam matanya. Hingga tak sampai hati aku untuk terus menatap mata yang kurindukan itu.
Aku kembali menunduk dengan perasaan menggebu-gebu dalam hatiku. Apakah dia juga tau,bahwa aku adalah Khumairah pemilik nama belakang Putri itu?
Ketika hanum nempersilahkan aku dan Gus Ali pergi,aku mengikuti langkah kakinya dari belakang. Aku berjalan sambil menunduk.
Rasanya hatiku belum siap untuk mengatakan yang sesungguhnya. Ada sebuah rasa bahagia,dimana aku dapat dipertemukan kembali dengan seseorang yang selalu ku rindu. Namun,rasa kecewa yang besar pun hinggap di hatiku. Itikat baik untuk meminangku setelah kelulusannya,belum juga ia laksanakan. Sampai sampai azam berkali-kali melamarku. Dan berkali-kali aku tolak juga.
Dari lamunan ku itu,berhasil membuat ku sangat malu.
Bruk...
Aku menabrak Gus Ali yang tiba-tiba mengehentikan langkahnya di depan ku. Ah,betapa malunya aku. Aku lalu meminta maaf kepadanya.
Detik selanjutnya,hanum datang dan ikut bersama kami. Ternyata hanum ikut,karena ingin bertemu ummi laila.
Oh ya,kenapa ummi laila memanggilku ya? Biasanya,beliau datang sendiri kalau ingin memanggil ku. Tapi sekarang,malah Gus Ali yang memanggilku.
Aku dan hanum berjalan beriringan. Sementara Gus Ali berjalan dibelakangku dan hanum. Dalam perjalanan dari asrama menuju kediaman ummi laila dan abah zahid,Gus Ali lebih banyak diam. Padahal,hanum dan Gus Ali sudah seperti saudara sendiri.
Aku dan hanum pun tidak banyak berbicara,sekali dua kali saja hanum menanyakan padaku sesuatu.
-----
Sampainya di kediaman ummi laila,kami bertiga pun masuk dengan mengucap salam.
"Assalamualaikum" ucap kami bertiga.
Kemudian abah zahid keluar menemui kami.
"Waalaikumussalam""Abah..ini tadi ummi nyari santri ini" ucap Gus Ali pada abah zahid.
"Oh ya sudah. Kalau begitu masuk saja. Ummi ada di dapur. Hanum antar dia ya" ucap abah zahid.
"Baik abah" balas hanum.
Kemudian aku dan hanum masuk kedalam dan menuju dapur. Ternyata ummi laila masih sibuk memotong bahan-bahan untuk masak.
"Assalamualaikum ummi" ucapku dan hanum.
"Waalaikumussalam" ucap ummi laila berbalik kearah ku dan hanum.
"Ummi ada apa memanggil maira? Eh,Putri saja manggilnya" ucapku pada ummi laila. Aku menggunakan nama belakang ku supaya Gus Ali tidak menyadari keberadaanku.
"Ini.. Badan ummi rasanya lelah sekali. Bantu ummi ya,kamu yang masak. Kasian Abah dan Ali belum makan siang" ucap ummi laila kepadaku.
Kutatap wajah ummi laila. Tampak rasa lelah menyelimuti tubuhnya.
"Iya ummi. Ummi istirahat saja. Biar Putri yang memasak" ucapku.
"Iya ummi. Biar hanum pijitin ummi di kamar" ucap hanum pada ummi laila.
"Nanti kamu biar di bantu Ali" ucap ummi laila dengan tiba-tiba.
'Apa? Dibantu Gus Ali?' semua rasa dalam hatiku berkecamuh menjadi satu. Ada perasaan greget,namun bagaimana lagi. Ini permintaan ummi laila. Dan aku tidak bisa menolaknya.
"Baik ummi" jawabku.
Kemudian ummi dan hanum pergi meninggalkan aku di dapur. Aku segera menyambung pekerjaan yang sudah di kerjakan ummi laila sebelumnya.
Aku melanjutkan memotong bahan-bahan yang ada. Tak lama aku sendiri dengan kegiatan ku di dapur ini,rasanya ada seseorang yang datang menghampiri ku.
Aku mencoba tenang, itu pasti Gus Ali. Aku berusaha menetralkan perasaan ku. Aku ingin dia menjauh dari tempatnya sekarang. Tidak baik jika hanya berdua saja.
"Mau masak apa?" ucapnya tiba-tiba.
"Cah kangkung sama ayam goreng" jawabku singkat.
"Ada yang bisa saya bantu?" ucapnya lagi.
Oh Ya Tuhan. Ingin rasanya aku pergi dari tempat ini. Situasi ini sangat tidak baik untuk kesehatan jantung ku.
"Tidak usah" jawabku.
"Lalu aku harus ngapain disini? Ummi nyuruhnya aku bantu kamu. Tapi kamu gak bolehin. Terus apa aku harus ngeliatin kamu masak sampai selesai?" ucapnya.
"Sudahlah,biar aku saja!" ucapku dengan nada sedikit tinggi.
"Putri?" ucapnya.
Membuat aku kaget. Bodohnya aku,berbicara keras di depan Gus Ali.
"Maaf" ucapku menyesal.
"Biar saya bantu" ucapnya yang tiba-tiba berdiri di sampingku.
Ia mengambil ayam yang tengah aku potong dengan susah payah. Ia mengambil alih ayam itu,lalu aku melanjutkan pekerjaan ku membuat cah kangkung.
Ketika ia selesai memotong dan membersihkan ayamnya,giliran ayam itu untuk di masak. Pekerjaan ku yang sebelumnya telah selesai,sekarang giliran Gus Ali yang akan menggoreng ayam itu. Aku sudah memanaskan minyak goreng di wajan. Ia pun segera memasuk kan ayam itu ke wajan.
Dan...satu ayam sudah tercebur dalam minyak panas itu. Namun,gelagat lucu Gus Ali ketika ketakutan memasuk kan ayam itu ke wajan membuat aku puas tertawa.
"Siapa suruh juga buat ngrepotin aku masak" ucapku sambil tertawa.
"Terserah aku" jawab Gus Ali cepat.
Satu ayam lagi masuk kedalam wajan. Namun,ia bertriak dan berbalik kepadaku ketika cipratan minyak mengenai kulitnya.
"Aaaaa" ucapnya tepat di hadapanku.
Tubuhku menegang di hadapannya. Aku sekilas melihat wajahnya. Matanya masih terpejam karena tingkahnya memasukkan ayam tadi.
"Gus" ucapku sambil menunduk.
"Eh..eh.. Maaf" ucapnya kemudian mundur satu langkah.
"Biar saya saja yang memasak. Silahkan ditunggu di meja makan saja Gus" ucapku ramah.
Aku pun melanjutkan pekerjaan Gus Ali itu. Hingga selesai semuanya. Ketika semua telah selesai,segera ku hidangkan makanannya di meja makan. Gus Ali masih setia di meja makan karena perintahku.
Ayo vote dan komen ceritanya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Bersamamu (HIATUS)
Short StoryDua insan yang saling menunggu dalam sebuah doa. Di pertemukan kembali dengan skenario yang telah dibuat Allah.