selesai aku bercerita sedikit dengan Mas Ali,aku segera turun untuk membantu ibu menyiapkan sarapan. aku dan ibu sibuk berkutat dengan peralatan dapur. kemudian para kakak-kakak ku menyusul ke dapur turut membantu aku dan ibu.
"mbak bantu apa niii?" tanya mbak putri yaitu kakak kandungku pada aku dan bunda.
"tauuu deh...." jawab ku.
"eeee pengantin baru biasa aja dong" sahut kakak ku itu dengan sewotnya.
"bu...nurin bantu maira saja ya?" tanya mbak nurin pada ibu.
"iya...mbak putri beres-beres di depan aja" ucap ibu kepada mbak putri,yang kemudian langsung diiyakan dan di kerjakannya.
kami dengan kompak mengerjakan semuanya dengan seksama. Ku lihat ayah, Mas Muchtar(suami kakak ku), dan Mas Ali tengah ngobrol di belakang rumah. Rasanya aku bahagia sekali.
Jangan lupakan cadar ku. Aku kalau di rumah memang tidak pakai cadar, hehe.
Pekerjaan kami ini selesai kira-kira jam 9 pagi. Aku yang sudah mulai berkeringat pun segera mandi. Aku berjalan menuju kamar ku, dan ku dapati suamiku tengah duduk di meja belajarku.
"Mas... Ngapain?" Ku lihat dia tengah membaca sebuah buku, yang tak lain adalah buku diary ku.
"Kamu ini... Segitu cintanya sama mas, haha" Ucapnya sambil tertawa kecil.
"Masss... Udah" Ucapku sambil mengambil alih buku itu.
Tak ku sangka, Tiba-tiba Mas Ali menarik tanganku dan duduk lah aku di pahanya. Dia melingkarkan tangannya di pinggangku.
"Mas..... " Ucapku berusaha melepaskan dekapannya.
"Kenapa? Sayang... Mas ingin kita seperti ini terus hingga kita menua bersama. Mas begitu mencintaimu, kamu pun tahu itu. Maira ku, kamu adalah jawaban dari do'a yang selalu mas munajatkan. Kamu adalah hal terindah yang mas miliki. Tetaplah menjadi Maira yang dulu, Maira yang senantiasa menjaga kehormatannya" Ucap suami ku sambil mengelus pipi ku.
"Mas ngomongin apa sih... " Jawabku berlagak tidak tahu.
Dalam hati aku menangis harus, menangis bahagia. 'Mas... Maira tidak mau berpisah dengan Mas Ali lagi' ucapku dalam hati.Sontak saja suamiku langsung memeluk aku dengan erat. Aku membalas pelukan itu pula.
Ya Rabb... Terimakasih, terimakasih, terimakasih... Engkau menganugerahkan kepada hamba suami yang terbaik seperti Mas Ali."Maira.... Kamu bau dapur sayang" Ucap Mas Ali sambil melepaskan pelukannya.
"Mass... Ya Maira tadi kesini mau mandi. Tapi jadi gini gara-gara Mas Ali sih" Jawabku.
Aku bergegas beranjak dari pangkuan suamiku. Aku segera menuju kamar mandi untuk mandi.Selesai mandi aku berdandan sedikit. Mau bagaimanapun, kini aku sudah menjadi istri dari seorang dosen di kampusku. Seorang istri harus tampil menarik di depan suaminya bukan. aku agak tertawa sedikit melihat aku yang seperti ini.
Setelah itu, aku dan mas Ali menuju ke bawah ke ruang makan.
"Mbak nurin kok nggak ada bu?" Tanya ku pada ibu, yang tengah merapihkan makanan di atas meja.
"Tadi di jemput suaminya, katanya mau diajak jalan-jalan" Jawab ibu padaku.
"Kok mbak nurin tidak pamit ke Ali ya bu? " Tanya mas Ali ke ibu.
"Tadi buru-buru perginya, jadi nggak sempet pamitan sama kamu, Gus" Jawab ibu, sedikit menggoda di akhir.
"Ibu... Jangan panggil Ali seperti itu" Ucap mas Ali salah tingkah.
kami semua pun segera sarapan bersama. sayang sekali mbak nurin tidak bisa ikut makan bersama kita. kami makan dengan tenang. selesai makan aku dan mbak putri cuci piring. setelah itu kami merapikan pirinya di rak piring. sudah...selesai.
"assalamualaikum" terdengar suara salam dari luar.
"waalaikumsalam" jawabku dan kakak ku.
"bukain dek" ucap kakak ku itu. kemudian ia pergi meninggalkan aku.
what? maksudnya apa gitu udah nyuruh tiba-tiba pergi lagi. aku menggerutu.
aku pun menyahut cadar tali ku yang aku gantungkan di ruang keluarga. aku memakainya cepat-cepat dan segera membuka pintu.
"assalamualaikum"
"waalaikumsalam...................."
aku membuka pintu dan aku sangat terperangah melihat siapa yang datang. kaki ku mundur sedikit demi sedikit. orang itu memanggil-manggil namaku. aku menggelengkan kepalaku. 'tidak-tidak...pasti ini hayalan ku'
"mas aliiiiiiiii.....mas......." ucapku cukup keras. aku terus memanggil mas ali.
dan orang itu terus memanggi-manggil namaku dan perlahan menuju ke arahku.
"ada apa?" ucap mas ali yang menepuk punggungku.
aku langsung berbalik den sembunyi di pelukannya. aku benar-benar takut sekali. nafasku seakan terengah-engah.
"kamu kenapa?" ucapnya padaku.
"ituuuuuuuu" ucapku sambil tanganku memberi arahan.
"kenapa? kamu kenapa mai?" tanya mas ali padaku.
"maira ngga mau........maira takut......" ucapku lirih di dalam pelukannya.
mataku terus terpejam ketika mas ali berusaha melepaskan pelukan ku. aku memaksa tidak mau lepas dari pelukannya. hingga... mas ali berhasil membalikkan badanku. mataku masih terpejam.
"buka matamu mai...." ucap mas ali.
perlahan-lahan aku membuka mataku. sedikit demi sedikit aku mulai nampak cahaya. dan... seorang wanita berdiri di depanku. aku terus menatap mata wanita itu.
"kamu kenapa?" tanya wanita itu padaku.
"hanuuuummmm" ucapku sangat bahagia dan langsung ku peluk wanita itu. kami pun berpelukan dengan erat.
seketika aku melepaskan pelukan ini ketika tak ku sengaja mataku melihat seseorang yang berdiri di belakang hanum. aku berbalik dan bersembunyi di balik tubuh mas ali.
"ayo masuk...silahkan duduk" ucap mas ali.
kami pun duduk berdampingan dalam satu sofa panjang,aku tetap bersembunyi di balik tubuh mas ali.
"maira..." ucap orang itu padaku.
aku langsung bergidik dan mengeratkan peganganku pada tubuh mas ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Bersamamu (HIATUS)
Short StoryDua insan yang saling menunggu dalam sebuah doa. Di pertemukan kembali dengan skenario yang telah dibuat Allah.