٣٠ : SENYUMAN dan LUKA

666 16 2
                                    

Ali segera mengisi daftar tamu. Ketika ia ingin beranjak dari tempatnya berdiri,ia memperhatikan nama tamu di atasnya. Disana tertulis nama Sayyidah Khumairah Putri dan orang yang mengisi itu adalah Putri. Apa,jangan-jangan dia adalah Khumairah yang ia cari.

Aku menatap ke belakang,aku rasa dia juga sedang menatap ku. Aku hanya melemparkan senyum di balik niqab ku. Aku segera berjalan memasuki ruangan ini.

"Maira? Kamu Maira?" ucap Ali tiba-tiba menghentikan langkah ku.

Aku hanya mengangguk pelan.

"Mai... Kenapa kamu tidak bilang dari awal?" ucapnya dengan nada sedih.

"Sudah. Bukan waktu yang tepat membahas itu sekarang" ucapku pada Ali.

"Maira..." ucapnya sangat lemah.

"Dengan melihat Mas ada di hadapan maira, Maira sudah sangat bahagia" ucapku menegaskan perasaan ku.

"Hayoo...pasti maira" ucap seseorang mengagetkan aku dari belakang.

"Lala Enggar...." sontak aku sangat terkejut. Kami pun berpelukan.
"Kok tau kalau ini aku?" tanyaku pada mereka.

"Tau lah,orang sama pangerannya. Siapa lagi kalau bukan kamu" ucap enggar dengan jailnnya.

"Apaan sih,bisa aja"  jawabku malu-malu.

"Ayo ayo kesana. Aku pengen foto sama pengantinnya" ucap lala memaksa.

Kami segera naik ke pelaminan untuk memberikan selamat dan doa. Oh iya,enggar dan lala kesini sama pacarnya. Udah di bilang jangan pacaran juga.

"Ayo,Mas" ucapku pada Ali. Dia masih terdiam di tempatnya.

Ali hanya mengangguk dan ikut dengan kami. Kami naik untuk menyalami dan memberikan doa pada mempelai ini. Tidak lain tidak bukan adalah Evi. Aku tidak menyangka dia akan mendahului aku.

"Evi cie...pengantin baru" ucap kedua sahabatku menggoda evi.

"Jadi juga nih sana si azhar" ucapku.

"Jangan gitu, malu"

"Ehehe....selamat ya. Semoga jadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah ila jannah" ucapku pada evi.

"Makasih maira..." balas evi kemudian memeluk ku.

Dilanjut enggar dan lala di belakang ku. Sementara para lelaki yang bersama kita sudah asik ngobrol sama mempelai pria.

"Foto dulu fotoo...." ucap lala meminta.

Kami pun mengiyakan permintaan lala. Kami berbaris di sebelah evi, dan para laki-laki di samping Azhar,suami evi.

Setelah beberapa foto diambil,kami pun turun dari pelaminan. Masih banyak yang mau mengucapkan selamat.

"Ngobrol dulu yuk,sambil makan" ucap enggar. Yayaya,dia paling suka makan.

Kami pun ngikut saja. Sejujurnya aku juga sudah lapar.

Kami pun mengambil piring beserta lauk pauk nya. Kemudian kita duduk di meja sudut ruangan.

"Mas enggak makan?" tanyaku pada Ali. Aku perhatikan dari tadi dia hanya diam.

"Enggak mai. Kamu saja yang makan" jawab Ali pelan.

"Kalau nggak mau makan,maira juga nggak mau" ucapku sambil membelakangi dia. Tingkahku ini supaya dia mau makan. Dia paling susah kalau disuruh makan.

"Yaudah iya iya,aku makan" ucapnya pasrah.

"Makan berdua aja. Maira udah ambil sendok 2" ucapku senang sekali.

"Emang gak apa-apa?"

"Ya gak apa-apa lah. Kata RasulAllah,makanan satu bisa untuk berdua. Makanan dua bisa untuk berempat"

"Yaudah. Aku ikut aja"

Setelah kami makan-makan,kami berpamitan untuk pulang.

-----

"Maira..." panggil Ali pelan ketika di perjalanan pulang.

"Iya" jawabku.

"Maaf kan,saya" ujarnya. Terdengar sangat sedih.

"Mas tidak salah,tidak usah minta maaf".

Ali pun menceritakan semuanya semenjak ia pulang dari kuliah sampai saat ini.

Aku mendengarkan ceritanya dengan seksama. Dan aku baru sadar,suara imam yang dulu menggantikan abah adalah suara Ali.

"Maaf kan saya selama ini sudah menghilang dari kamu. Sejujurnya saya rindu sekali" ucap Ali membuat aku membukatkan mata ku.

"Mas.... Azam!!!" ucapku kaget melihat azam ada di depan pesantren.

"Kenapa dia disini?" tanya Ali.

"Maira tidak tau. Maira takut" ucapku hampir menangis.

"Kita keluar. Biar aku yang bicara sama azam" ucap Ali.

Kami pun keluar dari mobil. Azam dengan wajah yang penuh emosi,entah karena apa. Apa mungkin sedari tadi dia disini dan berdebat dengan keamanan. Aku tidak mau tau.

"Assalamualaikum zam. Kamu kenapa ada disini?" tanya Ali lembut.

"Kamu habis dari mana sama maira?" ucap azam dengan nada tingginya.

"Zam... Aku habis menghadiri undangan pernikahan sahabatku"

"Maira! Kenapa sih kamu masih mau sama dia? Dia udah ninggalin kamu lama banget. Sementara aku yang selalu disini tidak pernah kamu hiraukan" ucap azam terlihat sangat marah.

Aku diam membeku di balik tubuh Ali. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Karena memang aku tidak mencintai azam.

"Aku sudah melamarmu berkali-kali,sementara dia belum juga ada niat serius sama kamu"

"Diam azam! Jangan pernah kamu bicara seperti itu kepada Maira" ucap Ali membela ku.

Aku tidak tau lagi harus berbuat apa. Aku hanya bisa menangis untuk saat ini. Kepala ku pusing. Pandangan ku mulai kabur.

"Mas......." ucapku sangat lemah.

Tubuhku terjatuh dan aku tidak merasakan apa-apa lagi.

Takdirku Bersamamu (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang