Bab 4: Desas-Desus

1.2K 61 3
                                    


“Setiap tetes air mata, mempunyai alasannya tersendiri. Sedangkan menangis mengeluarkan  lebih dari satu tetes. Itu membuktikan kamu punya banyak alasan untuk menjawab pertanyaanku.”

****

“Bay,” panggil Nadir.

Hm,” balas Bayu singkat.

Nadir mengambil sebuah paperbag biru dari dalam tas besarnya, dan meletakkannya di hadapan Bayu. Bayu hanya diam, ia tak mengerti maksud dan tujuan Nadir, memberikannya paperbag yang cukup besar itu.

Bayu membuka isi tas kertas itu, tampak sebuah jaket hitam yang tak asing. Ia sangat yakin jaket itu adalah miliknya. Tapi bagaimana bisa jaket ini berada di tangan Nadir?

“Jaket?” tanya Bayu heran.

“Dari Lya tadi, katanya nitip,” jawab Nadir acuh tak acuh.

“Oh.”

Bayu mengambil jaketnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Entah kenapa jaketnya terasa harum, pewangi pakaian yang menyatu sangat cocok. Bukan bau wangi-wangian yang dibenci Bayu. Namun, bau dari salah satu pelicin pakaian ternama.

“Lo, nggak nanya gitu? Kenapa dia nggak kasiin jaketnya ke orangnya langsung, dan malah nitipin ke gue?” sindir Nadir.

“Emang kenapa?” tanya Bayu yang tidak tertarik sedikitpun dengan alasan Ilya, mengapa dia tidak memberikan jaketnya langsung. “Mungkin malu,” tebak Bayu.

“Bukan, bukan karena dia malu.”

“Terus?”

“Waktu itu Lya pengen ngasiin jaketnya langsung, tapi dia ngeliat lo lagi ngasih bunga ke Annasya. Lo tau nggak, habis itu dia ngapain?”

Bayu yang mendengar alasan Ilya dari Nadir, mulai khawatir dengan keadaan Ilya. Ketertarikannya akan cerita yang Nadir katakan muncul begitu saja. Rasa panik tiba-tiba menyergapnya dengan cepat.

“Emang habis itu dia ngapain?”

“Dia lari, terus nangis.”

“Aduh.”

****

Ilya duduk di kursinya seraya mengerjakan tugas dari dosen. Ia mencari referensi dari Google, untuk tugas makalahnya.

Jurusan Agroteknologi memang terlihat mudah jika dibandingkan dengan jurusan yang lain. Di jurusan ini mereka memperbanyak materi dengan berbagai praktek, untuk teori mungkin hanya beberapa saja. Hal inilah yang menuntut anak Agriteknologi untuk mencari teori dari berbagi media, mulai dari buku maupun situs web.

Tugas-tugas yang diberikan dosen pun lebih mengacu pada tugas lingkungan. Baik itu di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Seperti sekarang, tugas yang ia terima adalah membuat karya ilmiah tentang keberagaman tanaman pangan.

“Lya,” panggil seseorang dari ambang pintu.

Mata Ilya terbelalak melihat Sely yang berlari menuju mejanya dengan napas terengah-engah. Entah apa yang merasuki sahabatnya ini, sampai harus berlarian seperti anak kecil. Untung saja dosen yang terkenal garang itu sudah keluar 10 menit yang lalu.

“Kenapa?” tanya Ilya.

“Gue-gue, ada kabar baik dan kabar buruk buat lo. Lo mau denger yang mana?” Sely mencoba mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.

Ilya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ternyata Sely hanya ingin memberikan kabar baik dan kabar buruk. Pantas saja sahabatnya ini seperti ingin mati mendadak, penyebab utamanya ya itu, kurangnya suplai oksigen yang disalurkan ke otak.

Hijrah Bersama ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang