Bab 12: Pindah

1K 47 0
                                    

"Mas, mendingan pergi aja dari sini, Lya nggak mau liat Mas dulu."

....

Nuri dan Adam sedang berbincang-bincang dengan seru, sedangkan Ilya dan Bayu hanya makan dengan tenang. Setelah makanan yang di sajikan tak tersisa, Ilya menyenggol bahu Bayu untuk membicarakan soal keinginan mereka, untuk pindah rumah.

"Bunda, Abi, ada yang mau Bayu sama Lya omongin," ucap Bayu hati-hati.

"Ada apa?" tanya Nuri ramah.

Bayu melirik ke arah Ilya, Ilya hanya mengangguk. Mempersilahkan Bayu untuk bicara. Semua ini adalah keputusan mereka untuk bisa hidup mandiri. Tak ada salahnya mencoba memulai hidup yang baru.

Bayu menarik napas panjang, "Bayu sama Lya pengen pindah dari sini. Bukan karena apa-apa. Cuma kita nggak enak, kalau harus tinggal di sini lama-lama." Bayu berbicara dengan penuh kehati-hatian agar tidak membuat mereka salah paham dengan kata-katanya barusan.

Nuri hanya mengangguk mengerti maksud dari perkataan Bayu. Nuri pun meminta persetujuan Adam untuk mengizinkan puterinya tinggal bersama Bayu. Adam pun tak bisa berkata apa-apa lagi. Kalau memang ini sudah menjadi keputusan mereka, siapa yang bisa menghentikannya.

"Kalau itu udah jadi keputusan, kita bisa apa. Kalian, kan udah dewasa. Kalau mau pisah rumah sama kami, ya itu keputusan kalian," ucap Adam seraya mengangkat senyum.

"Makasih Abi, Bunda," ucap Ilya.

"Tapi Lya harus janji jangan ngerepotin Bayu."

Bayu hanya terkekeh, wajah Ilya padam memerah menahan rasa malu.

"Iya Bunda," ucap Ilya seraya menahan rasa malu.

****

Ilya segera mengemasi barang-barangnya ke dalam sebuah kardus berukuran besar, dibantu Bayu yang akan membawa kardus itu masuk ke dalam bagasi mobil. Setelah semua beres, tak lupa Ilya berpamitan kepada Nuri, Adam dan Sheva.

"Bunda, Lya pamit dulu ya." Ilya mengecup punggung tangan kedua orang tuanya.

"Hati-hati ya Nak, sering-sering main kesini, kan rumahnya juga nggak terlalu jauh."

Ilya hanya mengangguk, Bayu pun ikut menyalami kedua orang tua Ilya. Sejujurnya Nuri masih enggan melepas Ilya, tetapi inilah yang terbaik untuk puterinya, inilah salah satu cara agar Ilya bisa berpikir dewasa dan berubah menjadi lebih baik.

"Lya, jaga diri baik-baik. Jangan ngerepotin Bayu, jadi istri yang baik, jangan lupa jadi chef buat Bayu," ucap Sheva panjang lebar.

Ilya hanya tersenyum dan mengangguk, "Pasti Kak, nanti kalau dedenya udah lahir calling-calling ya," goda Ilya.

Sejujurnya Ilya sangat senang karena sejak 2 bulan yang lalu, Sheva memberi kabar kalau dirinya hamil. Dan semua orang sangat bahagia saat itu.

Sheva membentuk simbol oke pada tangannya, dan memeluk adik satu-satunya itu erat, Ilya merasa sangat bahagia telah terlahir dalam keluarga ini. Semua orang menyayanginya dengan tulus.

"Assalamualaikum," pamit Bayu seraya membawakan tas kecil milik Ilya.

"Wa'alaikumsalam."

****

Rumah dengan desain minimalis, dan cat tembok yang berwarna biru muda menambah kesan alami. Rumah yang Ilya dan Bayu tempati memang tak sebesar rumah orang tuanya, tetapi kalau hanya untuk tiga sampai 4 orang, rumah itu masih menampung.

Hijrah Bersama ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang