Bab 18: Perjalanan Baru Dimulai

1K 45 0
                                    

"Memakai hijab, bukan karena siap atau tidak. Tapi karena kewajiban kita sebagai seorang muslimah."

....

Dengan langkah gontai Bayu memasuki rumah. Rumah tampak dikunci rapat, seperti tak ada seorang pun di sana. Namun, Bayu yakin bahwa Ilya sudah pulang. Memang kemana lagi dia akan kembali, kalau bukan pulang ke rumah.

Tok-tok-tok

"Assalamualaikum, Lya." Bayu mengetuk pintu seraya memanggil nama Ilya.

Tak ada sahutan apa pun dari dalam. Bayu mencoba menarik kenop pintu, tanpa disangka pintu terbuka begitu saja. Hatinya berkecamuk, apa mungkin Ilya sudah di dalam, tapi kenapa tak ada sahutan sedikitpun.

"Lya," panggil Bayu.

Bayu menyelusuri semua ruangan, tetapi tak ada tanda-tanda apa pun dari Ilya. Semua ruangan sepi tak berpenghuni. Tapi kenapa pintu rumah tidak dikunci, melainkan hanya di tutup saja.

Bayu menyenderkan punggungnya di sebuah sofa, hingga tak sengaja ia melihat secarik kertas tergeletak begitu saja di atas meja. Awalnya Bayu tak memperdulikannya dan tetap diam tak melakukan apa-apa. Namun, ia semakin dibuat penasaran oleh isi di dalam kertas itu.

Bayu membuka amplop itu dan membacanya dengan seksama. Dadanya sesak, air matanya jatuh dari pelupuk mata. Apa benar ini tulisan yang dibuat Ilya? Setelah satu masalah selesai timbul lagi masalah lain.

Apa yang harus ia lakukan, keputusan Ilya yang tiba-tiba membuatnya tak berdaya. Apa kebahagiannya hanya bertahan beberapa hari saja. Hatinya hancur, ia terus menjambak rambutnya, entah sudah beberapa helai rambut yang terlepas. Kepalanya pening, masalah datang bertubi-tubi menghantam semua yang ia punya.

****

Berhari-hari setelah kepergiannya dari rumah Bayu, Ilya selalu menyendiri di kamar. Makan pun jarang, hatinya masih belum bisa mengikhlaskan semuanya. Pertanyaan demi pertanyaan terus menghantui dirinya. Apa suratnya terbaca? Apa keputusannya benar? Apa ini semua takdir dari Allah?

Menikah muda memanglah hal yang mudah dan tentu juga sulit. Karena menikah muda, ikatan cinta yang terjalin tidak akan menjadi sebuah zina di mata siapa pun. Namun, menikah muda juga mengaruskan diri untuk terus berpikir dewasa, masalah demi masalah akan terus menghantam jiwa dan raga. Terkadang juga cinta yang timbul bukan cinta sejati melainkan hanya cinta angan-angan.

"Lya," panggil seseorang lembut.

"Kak Sheva." Ilya mengapus air matanya mencoba tersenyum di hadapan Sheva.

Sheva mendengus panjang, setelah berhari-hari ia hanya melihat Ilya termenung sendirian. Disuruh makan selalu menolak, kuliah juga sudah tak mau. Sudah berapa kali pula ia menasihati Ilya. Namun, sepertinya Ilya masih belum bisa merelakan semuanya.

"Makan ya, Kakak ambilin," tawar Sheva.

"Enggak usah Kak, Lya enggak laper."

"Mau sampai kapan Lya kayak gini. Lya sayang, kan sama Bunda sama Abi. Kalau Lya sayang, seharusnya Lya makan jaga kesehatan, belajar yang rajin."

Lagi-lagi Ilya hanya terdiam tak menanggapi perkataan Sheva. Ilya memang mendengarkan, tetapi ia tidak melaksanakannya. Seakan-akan semuanya telah hancur. Hatinya sudah tak bergeming lagi. Sekuat apa pun ia membenci semua orang apa lagi Bayu itu sama saja membuang tenaga secara sia-sia. Sampai kapan pun itu tidak akan pernah terjadi.

Hijrah Bersama ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang