Epilog

1.7K 59 3
                                    

Ilya tersenyum senang melihat Bayu yang sudah bersiap untuk pergi ke kampus. Sementara ia sudah sedari tadi menunggu Bayu di depan cermin. Dengan hijab panjang, yang Insya Allah sudah diniatkan di dalam hati. Ilya siap berangkat dengan senyum yang mengembang.

"Lya, ayuk berangkat," panggil Bayu yang sudah bersiap dengan tas punggungnya.

Ilya mengangguk, hatinya sudah siap untuk kembali pada kampus tercinta. Walaupun ia akan dimarahi dosen habis-habisan karena tidak pernah masuk kelas, akhir-akhir ini. Jangankan masuk kelas, sekedar menginjakan kakinya di depan kampus saja terasa enggan.

Sekarang sudah berbeda, ia tidak akan lagi merahasiakan pernikahannya pada siapa pun. Ia tak peduli apa kata orang. Yang ia pedulikan hanya apa kata dirinya sendiri. Jika diri sendiri berkata akan baik-baik saja, maka yang akan terjadi akan baik-baik saja.

Ilya memasuki mobil bersama Bayu. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, menerobos padatnya lalu lintas. Hidupnya seakan telah mengalami perubahan sejak pertengkaran yang membuatnya harus berpisah sekitar 3 minggu. Namun, semua itu terbayarkan dengan Bayu yang masih bertahan di sampingnya.

Sesampainya di kampus tercinta, Bayu memarkirkan mobilnya. Ilya berjalan keluar mobil didampingi oleh Bayu. Senyumnya merekah, seakan tak akan pernah luntur.

"Lyaaaaa ...," panggil seseorang dari arah belakang.

Ilya membalikkan badannya, tanpa disangka dirinya langsung disuguhkan dengan pelukan hangat dari sahabatnya. Ilya sangat merindukan Sely, ia begitu rindu dengan senyuman manis dari gadis ini.

"Lya, lo berubah ya, jadi kayak ukhti," ucap Sely terang-terangan.

"Kalau Sely kapan nih mau jadi ukhti."

Sely hanya terkekeh, mendengar pernyataan dari Ilya. Perubahan Ilya yang sangat drastis membuatnya sedikit pangling. Apa benar ini seorang Ilya? Ilya yang dulu menjadi sahabatnya. Penampilannya sungguh di luar dugaan. Namun, Ilya tetap terlihat cantik seperti biasanya, bahkan bisa dibilang lebih cantik.

"Baik-baik ya lo sama Lya, jangan sampe kayak waktu itu, sampe nelpon gue malem-malem," ucap Sely pada Bayu.

Bayu hanya mengangguk mendengar perkataan Sely. Sedangkan Ilya sudah tertawa lepas, melihat tingkah laku Sely yang super ajaib. Itulah yang membuatnya tetap bertahan bersahabat dengan Sely.

"Gue mau nemuin dosen dulu ya, bye," pamit Ilya.

Bayu hanya mengikuti Ilya dari belakang, ia berjanji akan membantu Ilya ketika memasuki ruang dosen. Membantu menjelaskan semuanya, agar mendapat sedikit rasa toleransi dari dosen tersebut.

****

Setelah menghadapi beberapa dosen, pikiran Ilya menjadi lega. Dosen masih memberinya kesempatan untuk belajar di kampus ini. Dan mentolerir semua kesalahan Ilya. Kini Ilya dan Bayu bisa tersenyum lega, ya walaupun ini semua berkat Bayu yang membantunya.

"Lya," panggil Bayu.

"Apa?" balas Ilya singkat.

"Kita jalan-jalan yuk," ajak Bayu.

Sepertinya Bayu benar-benar lupa, baru saja dirinya dimarahi habis-habisan karena tidak masuk kuliah selama 3 minggu. Dan sekarang Bayu malah mengajaknya untuk jalan-jalan, yang benar saja.

"Kan, Lya baru dimarahin sama dosen. Ini malah ngajakin jalan-jalan."

"Ya enggak papa, kan yang dimarahin Lya bukan Mas."

Hijrah Bersama ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang