Bab 16: Klimaks

1K 40 0
                                    

"Kalau menurut gue si ya, mending tuh cewek nggak usah dateng. Kalau cuma buat, ngerusak hubungan orang."

....

"Jangan mendekat atau aku bakal loncat sekarang," teriak Annasya tanpa ada ketakutan sedikitpun.

"Sya, apa dengan kamu loncat bakal nyelesain semua masalah? Enggak Sya. Kamu harus tenang, kita bicarain ini baik-baik ya," ucap Ilya lembut.

"Kamu bisa aja bilang tenang, apa kamu nggak tau perasaan aku hah! Ilyana Shumaila Nayyara orang munafik yang pernah aku kenal."

Jleb

Bayu yang mendengar nama Ilya disebut segera bergegas menuju rungan itu, ia yakin sekarang Annasya dan Ilya sedang beradu mulut dan siap bertengkar. Bayu pun tak tau mengapa Annasya yang mempunyai ilmu agama begitu luas, bisa bertindak bodoh hanya karena dirinya.

****

"Sya, ia gue tau gue munafik, gue tau gue jahat. Tapi gue mohon Sya, lo jangan ngelakuin hal gila kayak gini." Amarah Ilya sudah mencapai ubun-ubun, tetapi ia tetap tak mau meluapkannya. Ia mencoba bersabar menanggapi kata-kata Annasya, ia mengubah panggilan aku-kamunya dengan Lo-gue.

"Mau lo apa hah! Mau ngasiin Bayu ke gue? Enggak, kan?"

Ilya terus mengelus dadanya pelan, kata-kata Annasya sungguh menyakitkan. Hatinya berkecamuk, pikirannya kacau. Ia tak bisa menjawab pertanyaan dari Annasya.

"Sya, gue mohon Sya. Jangan lakuin itu," ucap Ilya lirih.

Annasya menghapus air matanya dan bersiap untuk terjun, luka di hatinya sudah tak dapat dibendung lagi. Hidup ini serasa tak adil, dia terus berpikir negatif tentang dirinya sendiri, mengapa dia yang berusaha, dan dia juga yang harus terjatuh.

"Annasya," panggil seseorang dari arah belakang.

Annasya melirik ke arah belakang dan terkejut melihat Bayu yang sudah ada di belakangnya. Dadanya sesak, melihat Bayu yang sekarang. Rasanya benar-benar berbeda, tidak seperti Bayu yang dulu. Bukan lagi Bayu yang akan tersenyum karenanya, tapi Bayu yang akan kecewa karenanya.

"Sya, jangan lakuin hal bodoh, masih banyak orang di luar sana yang sayang sama Annasya," ucap Bayu lembut.

"Percuma Bay, percuma kalau orang yang aku sayang, lebih milih orang lain. Padahal secara materi dan fisik aku lebih unggul. Mending sekarang aku mati."

"Syaaa!"

Grep

Bayu menarik tubuh mungil Annasya, dengan sigap sebelum dia terjun ke bawah. Ia membawa Annasya ke tempat yang lebih aman, sementara Ilya hanya bisa diam tak berkutik. Amarah, kekecewaan, belas kasihan tercampur aduk menjadi satu. Semuanya seakan seperti sebuah mimpi, mimpi buruk baginya.

Ilya mencoba mendekati Annasya dengan hati-hati, mencoba membicarakan ini dengan baik-baik. Tanpa harus meluapkan segala emosi atau bahkan sampai nekat melakukan hal-hal gila seperti tadi.

"Sya," panggil Ilya.

"Mau ngapain lo, pergi dari sini!" bentak Annasya.

Nyali Ilya mendadak ciut, perasaannya kacau saat melihat Bayu hanya diam, tanpa menolongnya sedikitpun. Apa Bayu memiliki perasaan untuk Annasya, sehingga dia tak membela Ilya.

"Lo boleh marah sama gue, terserah gue peduli lo sebut gue munafik, jahat atau apalah, tapi gue mohon kita selesain semua ini dengan kepala dingin."

"Enggak, gue nggak mau. Sekarang juga lo pergi dari hadapan gue!"

"Oke fine, gue pergi dari sini. Assalamualaikum."

Hijrah Bersama ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang