"Sya, turun Sya. Jangan lakuin hal gila, semua udah ada takdirnya."
....
Hari-hari berjalan seperti biasa, setelah mengambil izin selama kurang lebih 1 minggu. Ilya dan Bayu akan kembali melewati rutinitas seperti biasa, yaitu belajar di kampus tercinta. Walaupun kampus ini terkenal swasta, tetapi dalam berbagai kelengkapan, kampus ini sudah bisa tergolong ke dalam kampus negeri.
Isu tentang Bayu dan Ilya, masih tertutup rapat. Hanya segelintir orang yang tau, dan mereka masih menyimpan rahasia itu demi Ilya. Mengapa demi Ilya? Karena pada saat Bayu melamar Ilya, Ilya mengajukan sebuah syarat. Bayu tidak boleh memberitahukan kepada siapa pun tentang pernikahan ini. Itu Ilya lakukan demi kebaikannya dan Bayu. Karena jika semua orang tau, dikhawatirkan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Ilya.
Mereka berdua berjanji untuk tidak bertemu satu sama lain, walaupun sering pergi dan pulang bersama.
"Lya," panggil seseorang dari ujung koridor.
Langkah Ilya terhenti karena sebuah panggilan. Ilya membalikkan badannya, seraya mengerutkan kening. Kebiasaan buruk Sely membuatnya tak habis pikir, mulai dari berlarian di koridor, berteriak-teriak seperti anak kecil.
"Apa?" tanya Ilya datar.
"Gu-gue mau na-nya," ucap Sely terputus-putus.
"Nanya apa?"
Sely mengatur napas, napasnya sedikit tak beraturan, karena sedari tadi mengejar Ilya. Ada rasa penasaran dalam benaknya yang harus ia tanyakan pada Ilya.
"Kemarin, sekitar satu minggu yang lalu, kalau enggak salah. Gue dapet telpon dari nomor nggak dikenal, kayak suara cowok. Dia nyariin lo, tapi gue nggak kenal siapa dia."
"Terus?"
Ilya sedikit penasaran dengan apa yang dibicarakan Sely, walaupun sebenarnya ia sudah tau kalau yang mencarinya adalah Bayu, suaminya sendiri. Namun, Ilya ingin mendengar cerita itu lagi, tapi dari pemikiran yang lain.
"Ya gue jawab aja enggak tau, dia telpon gue malem-malem. Suaranya parau, bikin merinding. Lo tau nggak siapa?" tanya Sely.
Ilya hanya mengangkat bahunya dan menggelengkan kepalanya berpura-pura tidak tau. Ia hanya tersenyum penuh kerahasian. Sely, sahabatnya sendiri memang belum mengetahui tentang pernikahannya. Bukannya Ilya tak mau memberitahu, tetapi mulut ember Sely bisa saja membuat isu yang tidak-tidak.
"Lya," teriak seseorang dari arah belakang.
Ilya dan Sely mencari asal suara itu, perempuan dengan hijab panjang berlarian di koridor. Hari ini benar-benar aneh, dua orang memanggilnya seraya berlari, seperti mengejar mangsa yang selalu terlepas. Padahal sedari tadi Ilya hanya diam, dan hanya berjalan pelan.
"Suci kenapa?"
"Ly-ya aku mau minta bantuan kamu," ucapnya tersenggal-senggal.
"Tenang dulu, tenang, tarik napas buang."
Suci pun menuruti apa kata Ilya. Ia mengatur napasnya sejenak, untuk bisa kembali berbicara dengan tenang.
"Lya, bantuin aku, Annasya-Annasya ...."
Ilya mengerutkan kening, tak mengerti dengan perkataan Suci. Walaupun Annasya adalah musuhnya dalam bidang mendapatkan hati Bayu, tetapi dia tetap merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada Annasya.
"Annasya kenapa?" tanya Ilya berpura-pura untuk panik.
"Annasya mau bunuh diri."
"Hah!" ucap Ilya dan Sely bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Bersama Imamku
General FictionTamat (Part Masih Lengkap) Mungkin aku terlalu egois dalam memendam sebuah perasaan. Perasaan yang sebenarnya tak pantas aku miliki. Aku yang begitu suram bisa-bisanya menyukai cahaya terang. Kini apa yang bisa kulakukan, menggenggam angin dan memba...