Bab 13: Kita satu

1K 42 0
                                    

"Iyalah, emangnya Mba. Udah jelek, dekil, kumel."

....

"Lya, jangan ngambek gitu dong, karena di sini Mas yang salah, Lya boleh minta apa aja deh sama Mas, Mas janji bakal turutin apa kata Lya." Bayu sangat yakin bahwa Ilya  akan keluar dari kamarnya, walaupun setelah ini Bayu harus menanggung semua resiko dari kata-katanya barusan.

Tak disangka Ilya membuka pintu dengan mata sembab, hidung memerah, Ilya benar-benar menangis, membuat Bayu semakin bersalah.

"Apa aja?" tanya Ilya dengan suara lirih.

Bayu hanya mengangguk , selama permintaan Ilya masih dalam batas wajar ia akan menurutinya. Semua ini ia lakukan untuk membuat Ilya senang, dan mau memaafkannya.

"Lya, mau jalan-jalan," pinta Ilya.

"Jalan-jalan?"

"Iya, jalan-jalan ke kota, nonton, makan, belanja."

Bayu mengerutkan keningnya, ia merasa tak ada bedanya Ilya dengan perempuan-perempuan lain yang suka berpergian kesana kemari. Sejujurnya ia benar-benar malas untuk berpergian, tetapi demi mendapatkan maaf dari Ilya, Bayu tetap mengiyakannya saja.

"Oke," jawab Bayu singkat.

"Sekarang," kata Ilya.

"Iya sayang."

Ilya kembali memasuki kamar untuk bersiap-siap. Sedangkan Bayu hanya menunggu di depan seraya merapihkan beberapa barang. Bagi Bayu sifat Ilya yang baru ia ketahui adalah sifat manjanya, tapi itulah yang menjadi daya tarik dari Ilya.

****

Perjalanan ditempuh dengan keheningan tak ada yang bersuara sejak keberangkatan tadi. Hanya alunan lagu Wali-lah yang terdengar. Tak berapa lama kemudian mereka berdua sampai di sebuah bangunan terkenal di kota Cirebon.

Siapa yang tidak tahu tempat ini, tempat ini biasa disebut dengan Grage Mall Cirebon. Kalau orang Cirebon belum pernah mengunjungi tempat ini, itu menandakan bahwa dia bukanlah orang Cirebon asli.

Kini Bayu mengajak Ilya ke tempat ini, tempat yang terkenal selalu ramai oleh para remaja yang ingin melepaskan segala kepenatannya.

Ilya berjalan mendahului Bayu, hatinya masih belum bisa memaafkan Bayu yang dengan sengaja menakut-nakutinya. Memangnya seperti itu lelucon, apa ketakutan seseorang digunakan sebagai kelemahan?

Ilya menaiki tangga ekskalator tanpa memperdulikan Bayu yang masih tertinggal di bawah. Sesaat setelah sampai, antrian bioskop begitu panjang. Membuatnya enggan untuk mengantri dan berdesak-desakan.

Ilya berpikir sejenak, bagaimana caranya ia bisa mendapatkan tiket impiannya tanpa harus bersusah payah mengantri panjang. Sekelebat ide terbayang begitu saja.

Ilya membalikkan badannya, tak disangka Bayu sudah berada di belakangnya. Ilya kebingungan mencari cara untuk menyuruh Bayu membeli tiket itu. Ilya menampilkan muka khas orang-orang manja.

"Lya, mau nonton film Dilan 1991," pinta Ilya dengan mata berbinar-binar.

Bayu tersenyum kecut, ia bahkan baru sampai di sini dan langsung disuguhkan oleh wajah imut milik Ilya. Bayu menatap ke arah para remaja yang sedang mengantri untuk film yang sedang naik daun ini.

Antriannya cukup panjang, mengapa Ilya tertarik pada film romantis seperti itu? Mengapa tidak menonton film action atau horor agar dirinya juga bisa menikmati filmnya.

Hijrah Bersama ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang