Falling; 20

2.7K 252 3
                                    

Lay POV

Gue menyelesaikan syuting untuk episode pertama idol producer pada pagi hari. Dari sore hingga pagi, benar-benar melelahkan.

Setelah syuting, gue masuk ke dalam ruang tunggu lalu menghempaskan tubuh gue di atas sofa.

Gue memejamkan mata dan mengurut dahi dengan jempol dan telunjuk untuk menghilangkan rasa pusing yang mulai terasa. Mungkin karena terkena hujan tadi.

Btw, ngomong-ngomong tentang hujan, gue jadi teringat dengan ciuman gue sama Jihyun tadi.

Dan bibir nya benar-benar lembut sesuai dengan perkiraan gue. Dan rasa nya, gue jadi ingin dan ingin lagi untuk mengecap bibir nya kembali.

Jangan lupa ekspresi nya yang malu-malu dengan pipi merah padam setelah gue melepas ciuman tersebut.

Gemesin!

Eh?

"Stop, jangan di pikirin lagi!" gue memukul kepala gue pelan, berusaha menepis pikiran tentang bibir milik Jihyun.

Tak lama pintu terbuka, gue mendongak dan melihat Jihyun yang berdiri di depan pintu.

Reflek gue berdiri dan berdehem gugup.

"Nih."

Gue menerima gelas yang isi nya teh hangat dari Jihyun, "Thanks."

Jihyun mengangguk, lalu dia berbalik dan berjalan menjauh dari gue.

"Jihyun!"

Langkah nya berhenti dan ia menoleh, "Ya?"

Gue kembali berdehem karena merasa tenggorokan gue tercekat.

"G-gue mau minta maaf atas perilaku gue selama ini, gue janji ga bakal terlalu keras ke lo lagi. Dan terakhir.."

"Gue mau minta maaf tentang ciuman tadi."

Ekspresi wajah Jihyun langsung berubah menjadi terkejut dan pipi nya tiba-tiba memerah saat gue mengatakan perihal ciuman tadi.

"J-jangan di bahas lagi!" kata nya gugup lalu dia buru-buru keluar dari ruangan ini. Sementara gue terkekeh dengan tingkah laku nya tadi.

Gue meminum teh pemberian Jihyun.

GLEK!

"Apaan nih, pahit banget!" ucap gue sambil melihat ke dalam teh tersebut.

Njir, jangan sampe Jihyun punya dendam sama gue terus sengaja masukin sianida ke teh ini biar gue cepet mati.

-

Jihyun POV

Gue menengok ke arah Lay yang sedang tertidur di belakang. Dia kelihatan bener-bener cape. Semoga aja dia ga sakit setelah ini.

Pak Wang memberhentikan mobil nya saat kita sudah sampai tepat di depan hotel.

"Lay, bangun. Udah sampe." gue sedikit menggoyangkan badan Lay. Dia akhirnya bangun sambil mengusap mata nya.

Atmosfer kita sekarang terasa canggung. Kita cuma diam tanpa bersuara saat di dalam lift.

Apa mungkin gara-gara ciuman tadi ya?

Oh ayolah, jangan di pikirin lagi!

"Gue.."

"Gue.."

Anjir, pake barengan lagi!

"Lo duluan aja." ucap Lay.

"Nanti jangan panggil gue lagi tengah malem, gue ngantuk mau tidur." alibi gue.

Sebenernya ga sepenuh nya gue berkata jujur. Gue gamau aja ke kamar dia tengah malem lagi.

Selain karena ga mau di suruh-suruh lagi, alasan gue yang lain nya adalah KARENA GA KUAT LIHAT DIA SHIRTLESS!

Beneran, waktu pertama kali gue di suruh ke kamar nya tengah malam cuma buat beli makan, gue kaget setengah mati ngelihat dia tidur shirtless.

Badan nya kotak-kotak braw! Mana rambut nya berantakan lagi. Jantung gue selalu berdetak kencang saat ngelihat dia kaya gitu!

Mana tadi kita habis cium- ahh siall!

"Lo mau bilang apa tadi?" gue berusaha menepis pikiran gue yang kemana-mana.

"Ga jadi." jawab nya yang membuat gue mengerutkan dahi.

"Kenap-"

DUG!

Lift yang tiba-tiba bergoyang hampir saja membuat gue jatuh jika Lay ga reflek memegang lengan gue.

"Lo ga apa?" tanya Lay yang gue anggukin. Gue lalu merasa bahwa lift nya berhenti.

"Lay, ini lift nya.."

"Berhenti?" tanya gue ragu-ragu.

Lay mulai panik dan mencoba memencet beberapa tombol di sini.

memang lift nya bener-bener berhenti.

"Sial!" umpat nya lalu menekan tombol darurat.

"Lift nya bener-bener berhenti." kata Lay pelan sambil menatap gue khawatir.

"Jadi kita kejebak di sini?!" seru gue yang di anggukin Lay sebagai jawaban.

Gue menepuk dahi.

Shit!

Falling; Lay Zhang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang