Falling; 26

2.5K 276 2
                                    

Lay POV

"Yixing-ah."

"Hm."

Manager Chow menoleh ke arah gue. "Kenapa sih akhir-akhir ini lo murung terus?"

Gue mematikan sambungan telepon yang tetap ga di angkat dari sebrang lalu menghembuskan nafas sambil menggeleng.

"Ga apa."

"Jangan gitu, lo harus tetap kelihatan ceria seperti biasa nya dong. Lo tau ga, tadi seluruh staff Idol Producer tanya ke gue lo kenapa, gue jawab aja lo ga enak badan."

"Hm." lagi-lagi gue hanya mengeluarkan sebuah deheman yang membuat Manager Chow menghela nafas berat.

"Yixing, kalau besok lo bener-bener masih murung kek gini, gue bakal minta pihak SM buat batalin debut lo di Amerika nanti." ancam nya yang membuat gue terkekeh dan melirik ke arah Manager Chow sekali.

"Yaudah batalin aja, tapi ijinin gue ke Korea setelah itu."

"Yixing!" bentak Manager Chow.

Persetan dengan debut lagi, saudara gue lebih penting di banding itu semua!

Ponsel gue tiba-tiba bergetar, dengan malas gue merogoh saku jas gue.

Wanita mata duitan is calling..

Gue melotot dan segera mengangkat panggilan tersebut.

"Jihyun, lo kemana sih? Gue udah telepon lo berkali-kali bahkan beratus kali, kenapa ga lo angkat?!" cerocos gue sedetik setelah telepon tersambung.

Hening, Jihyun ga menjawab satu pun pertanyaan gue.

"Jihyun, please jangan buat gue khawatir." ucap gue mulai melemah.

'Gue ga apa kok. Maaf kalau gue baru bisa ngabarin lo, gue sibuk di sini.'

"Kalau gitu gimana keadaan di sana? Berita tentang Chanyeol udah ga keluar lagi, jadi gue gatau."

'Polisi masih nyelidikin, sementara para media dilarang meliput dulu.'

Gue menghela nafas lega. Setidak nya keluarga mereka ga keganggu dengan para awak media dulu.

'Lay..'

"Hm?"

'Maaf, gue malah kabur waktu itu tanpa seijin lo dulu. Gue panik.'

'Dan soal kontrak itu, gue bersedia ngebayar utang dan denda gue.'

Gue tersenyum, "Ga usah, ga apa."

'Jangan, gue kan udah ingkar-'

"Gue bilang ga apa ya ga apa, Jihyun."

Jihyun kemudian terkekeh di sebrang, 'Ok deh, makasih.'

Dengan bodoh nya gue menjawab nya dengan anggukan.

"Jihyun.." panggil gue.

'Ya?'

"Gue.."

"Kangen lo." ucap gue pelan.

Lagi-lagi hening, ga ada balasan dari Jihyun. Sementara gue meneguk ludah kasar dan merutuki diri.

Ngapain lo ngomong gitu sih, Lay!

"Ehm, yaudah, kalau gitu-"

'Gue juga kangen lo.'

Ucapan gue terpotong, Jihyun membalas perkataan gue sebelum nya.

'Gue juga kangen lo, Zhang Yixing. Gue janji, setelah ini selesai gue bakal jadi manager lo yang cerewet lagi. Dan gue bersedia di hukum karena ngelanggar kontrak.'

"Serius?"

'Hmm, bahkan gue rela lo jadiin gue babu lebih lama lagi.'

Senyum jahil gue keluar, "Enggak, ga bakal kok."

"But i will give you hard punishment."

'Hahaha, whatever Mr. Zhang!' suara gelak tawa terdengar dari sebrang.

'Oh iya, kalau udah selesai syuting lo istirahat ya. Jangan lupa minum vitamin yang gue taruh di laci.'

"Lo juga jaga kesehatan di sana, jangan terlalu nekan diri lo sendiri."

'Siap, pak! Udah ya, gue ada perlu nih. Nanti kalau ada waktu gue call lagi. Bye!'

"Bye, cerewet!"

Gue lalu menutup telepon.

Setidak nya gue bisa tidur malam ini karena udah mendengar kabar dari Jihyun.

-

Jihyun POV

Gue berdiri di depan sebuah rumah megah, di mana dulu ini adalah tempat gue dan keluarga manis gue tinggal.

Tapi itu dulu, dulu sebelum keluarga gue hancur menjadi keluarga pembunuh seperti sekarang.

Gue menekan bel, lalu keluar lah orang yang selama ini gue hindari.

"Jihyun," panggil nya lirih lalu memeluk gue, sementara gue menahan nafas.

Bau alkohol.

Nyokap gue melepas pelukan nya. Dia tersenyum lebar saat melihat gue berdiri di depan nya sekarang.

"Akhirnya kamu dateng lagi ke sini setelah tiga tahun. Ayo masuk dulu!"

Gue pun menuruti nya, masuk ke dalam rumah yang sudah agak asing karena sudah lama juga gue ga menginjakan kaki di sini.

Setelah itu gue mendudukan bokong gue di salah satu sofa yang berada di ruang tamu ini.

"Jihyun, mau makan ap-"

"Kenapa anda melakukan semua ini?!" tanpa menjawab pertanyaan nya, gue langsung memotong perkataan nyokap gue.

"Eomma? Waeyo?"

"Kenapa anda melapor ke kantor polisi bahwa kakak saya yang membunuh ayah sekaligus suami anda?" gue bertanya sekaligus menekan kan tiap kata.

Nyokap gue terdiam. Lalu tiba-tiba dia terkekeh hingga tertawa terpingkal-pingkal.

"Mama ga salah. Kakak kamu sendiri yang bilang ke mama kalau dia yang nabrak papa mu waktu itu. Jadi apa salah nya mama melaporkan pelaku yang sebenarnya?"

Gue menggeram, mengepal erat tangan gue hingga kuku jari gue memutih.

"Memang anda punya bukti apa sehingga dengan mudah nya melaporkan seseorang, apalagi itu anak anda sendiri!"

"Mau itu anak mama sendiri atau bukan, kalau memang salah ya tidak bisa di bela!" sahut nyokap gue langsung sambil berdiri.

Omongan nyokap gue tadi berhasil ngebuat gue menggebrak meja dan ikut berdiri.

"Jika saja saya bisa mengingat kejadian yang terjadi waktu itu dengan jelas. Pasti saya akan melaporkan anda ke kantor polisi!" bentak gue.

Perasaan menyesal terasa lagi sekarang. Kenapa ingatan gue tentang hari itu sedikit pudar? Yang gue inget cuma ada nya nyokap gue di dalam mobil bersama dengan seorang lelaki.

"Jihyun, tolong sadar. Yang salah di sini bukan mama, tapi Chanyeol. Tolong rubah sifat mu itu ke mama." ucap nyokap gue yang tiba-tiba melembut.

Gue terkekeh sembari bergeleng. Enggak, ga semudah itu.

"Kita tunggu dulu kebenaran nya, baru saya akan memaafkan anda!"

Setelah itu gue keluar dari rumah ini tanpa menoleh sekalipun ke arah nyokap gue.

Falling; Lay Zhang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang