Falling; 15

3K 273 3
                                    

Author POV

Pak Wang menatap Jihyun dan Lay bergiliran. Aura pagi ini serasa berbeda.

Rasanya kemarin mereka masih ngobrol dan sedikit adu bacot. Tapi hari ini mereka diem-dieman semenjak masuk ke dalam mobil.

Apa jangan-jangan kemarin malam...

"Pak, tolong berhenti di cafe depan sana dulu, ya." ucap Lay yang akhirnya membuka mulut. Pak Wang mengangguk dan memberhentikan mobil di depan sebuah café.

Lay turun dari mobil, sementara Jihyun memilih ga mengikuti dan tetap berada di tempat duduk nya.

Jihyun masih kepikiran dengan kejadian semalam. Kenapa Lay bisa ada di kamar nya? Kenapa Lay ada di atas nya waktu itu? Lalu, kenapa dia bisa nangis-nangis di pelukan Lay?

Jihyun menggelengkan kepala nya. Gila, semua pertanyaan itu memenuhi kepala nya dari tadi pagi.

Bahkan saat Lay bilang kalau dia ga akan ninggalin Jihyun lalu setelah itu langsung keluar dari kamar.

Jihyun makin bingung.

"Kamu kenapa? Kok diem-dieman sama Yixing?" tanya Pak Wang saat melihat Jihyun yang kek nya daritadi sibuk sama pikiran nya sendiri.

"Ehm, ga apa kok, pak. Hehe." cengir Jihyun.

Ga lama setelah percakapan singkat mereka, Lay masuk ke dalam mobil sambil membawa tiga gelas ice coffee.

"Ini buat kalian." Lay menyerahkan dua gelas kopi setelah mengambil milik nya. Setelah itu dia kembali menyibuk kan diri dengan ponsel.

Sementara Jihyun hanya menatap Lay dari kaca spion mobil tengah.

-

Lay POV

'Gue ga akan ninggalin lo!'

Sial, kata-kata apa yang gue ucapin tadi malem? Kenapa gue reflek ngomong kek gitu?

Kenapa seolah-olah gue kasih harapan ke dia?

Niat gue kan cuma buat dia supaya tenang, tapi kenapa sekarang gue yang ga tenang.

Sial, gara-gara kejadian itu gue ga bisa tidur kemarin malam. Dan kepala gue sedikit nyeri sekarang.

"Yixing-ah!"

Gue menoleh, Xiao Zhu atau yang lebih di kenal dengan nama Show Luo memanggil gue. Gue lalu menghampiri nya yang udah gue anggap sebagai saudara sendiri sejak acara variety ini ada.

"Kenapa, ge?"

"Lo kenapa? Kok kelihatan galau gitu?" tanya nya lalu menyuruh gue untuk duduk di sebelah nya.

"Ga apa kok, ge."

Zhu ge memberi gue satu kotak yogurt yang emang jadi brand sponsor untuk acara ini.

"Kalau ada apa-apa, cerita ke *gege, okay? Siapa tau gege bisa kasih masukan."

Gue tersenyum dan mengangguk. Semua gege di sini baik banget sama gue, tapi terkadang gue lebih sering curhat ke Zhu ge karena umur kita yang ga beda jauh-jauh banget.

"Ayo, syuting akan di mulai dalam lima menit lagi!" teriak produser.

"Ayo!" Zhu ge menepuk bahu gue dua kali dan menarik gue untuk berdiri.

Seketika itu juga rasa pusing menjalar hebat di kepala gue.

Gue pun duduk bersama kelima orang lain nya. Rasa pusing dan lemas mulai terasa di badan gue.

Shit, ayolah jangan sekarang. Gue harus syuting dulu!

Syuting pun akhirnya di mulai. Yang kita harus lakukan di awal adalah memilih sarapan.

'Tahan Yixing, tahan..' batin gue.

Gue mencoba untuk tampil seperti biasa nya.

Tapi sial, gue makin pusing!

"Ehm, permisi. Saya mau ke toilet dulu!" ijin gue kepada produser dan beberapa staff di sana. Mereka menginjinkan.

Beberapa langkah, rasanya kepala gue makin berat, kaki gue juga rasanya makin susah untuk di ajak melangkah.

Sampai akhirnya gue merasa semua nya gelap.

-

Jihyun POV

Gue panik bukan main saat ngelihat Lay terjatuh.

Dia pingsan!

Beberapa staff sama terkejut nya dengan gue. Salah satu dari mereka lalu lekas menggendong Lay dan membawa nya ke kamar. Btw kita syuting di sebuah hotel.

Saat Lay sudah terbaring di sebuah kasur, gue menghampiri nya dan memegang kening nya.

Hangat, dia demam.

"Ada yang bawa P3K?" tanya gue, tetapi semua orang di sini malah menatap gue aneh.

Sial, gue lupa kalau lagi di negeri orang.

"Ini." seorang staff datang dan membawa sekotak P3K. Kayak nya dia dari Korea, dia bisa bahasa Korea tadi.

"Makasih, kalian bisa pergi. Biar saya yang jaga." ucap gue kepada staff yang tadi memberikan gue sekotak P3K tersebut.

Dia mengangguk, lalu setelah itu keadaan kamar ini berubah menjadi sepi.

Gue berjalan ke dalam kamar mandi dan keluar dengan membawa ember berisi air hangat dan handuk.

Perlahan, gue menaruh handuk yang sudah gue peras dengan air hangat ke atas dahi Lay. Lalu menyelimuti badan nya agar tetap hangat.

Gue menyalakan penghangat ruangan yang berada di pojok kamar. Setelah itu gue duduk dan mengamati Lay yang masih setia menutup mata nya.

Serius, muka dia pucet banget. Tapi dia masih kelihatan ganteng!

Muka nya pas tidur bener-bener kalem dan terkesan tenang.

"Gila, ganteng banget." gumam gue pelan.

"Akh!"

Gue terkejut saat Lay merintih dan mengerutkan dahi nya.

"Kenapa? Lo ga apa?"

Gue membenarkan posisi handuk yang hampir jatuh di dahi nya. Tapi, Lay tiba-tiba menggengan tangan gue dan menaruh nya tepat di atas dada bagian jantung nya.

DEG.. DEG..

Gue bisa merasakan detak jantung nya yang normal.

Gue sedikit menggeleng dan berusaha melepaskan genggaman tangan Lay. Tapi nihil, ia makin mengeratkan genggaman nya.

Lay menggeleng pelan di sela tidur nya. Seolah tau gue akan beranjak.

"Ok, gue ga akan pergi." ucap gue final sambil menghela nafas.













*gege (bahasa mandarin): kakak laki-laki

Falling; Lay Zhang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang