5. Something Wrong

34 2 0
                                    

Malam ini, pertama kalinya kita makan malam dengan seluruh anggota keluarga lengkap. Setelah mama gue sama papanya Lay menikah, kita nggak pernah makan malam bareng kayak gini. Mereka biasanya pulang kerja paling cepet jam sembilan. Sekalinya pulang cepet, si Lay yang nggak ada di rumah. Cuma gue yang stay di rumah kalau malem hari.

Posisinya sekarang mama sama papa duduk berdampingan, berhadapan sama gue dan Lay. Ketika mamah ngambilin nasi untuk gue, Lay langsung nyalip dan ngambil piring itu yang seharusnya untuk gue.

"Makasih, mah." kata Lay dan nggak lupa sama senyum capernya. Sedangkan mama hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Kamu kenapa mukanya masem banget?" tanya mama ke gue sambil ngasih piring yang udah ada nasinya.

"Nggak papa, ma." jawab gue pelan.

Hari ini mood gue udah cukup rusak karena ulahnya Hani tadi siang, dan sekarang Lay membuat mood gue tambah rusak karena tingkahnya dia yang nyebelin. Wajarkan kalau muka gue lecek?

"Oh ya, Lay. Tadi, tetangga depan rumah kita bilang sama mama katanya ada perempuan yang dateng nyariin kamu." kata mama sambil menuangkan air di gelas.

"Siapa, ma?" tanya Lay bingung.

"Mama juga nggak tahu. Tapi katanya perempuan itu rambutnya pendek, terus bawa mobil sedan warna merah." jelas mama yang lebih siknifikan.

"Oh... Itu si Hani, pacarnya Lay." kata papa tiba-tiba.

Seketika gue inget sama ucapannya Hani yang ngaku kalau dia pacarnya Lay. Pantesan aja dia agak lebay, nuduh-nuduh gue mau ngerebut Lay dari dia. Hani emang udah ada tempat di keluarga ini. Papa aja udah kenal banget sama dia.

"Oh.. pacar kamu? Lain kali kalau mau jalan, janjian dulu lah, Lay. Kasian kan pacar kamu, jauh-jauh kesini tapi kamunya nggak ada." mamah kayak ngasih nasehat gitu ke Lay, dan Lay hanya senyum menanggapi ucapan mamah.

Gue kira itu cuma omong kosongnya Hani yang ngaku kalau Lay itu pacar dia. Ternyata bener. Buktinya nggak ada sanggahan dari Lay. Soalnya gue nggak yakin kalau Lay punya pacar seribet Hani.

Ini kenapa malah bahas soal Hani, sih? Bikin mood gue makin rusak!

Akhirnya gue putusin untuk menyudahi kegiatan makan malem gue, meskipun belum habis. Tapi gue udah kenyang duluan sama topik pembahasan ini.

"Mau kemana?" tanya papa.

"Cuci tangan, udah kenyang." gue pun langsung menuju wastafel yang ada di dapur.

Saat gue melihat ke kaca, gue kaget karena kedatangan Lay yang tiba-tiba dari belakang. Gue reflek memutarkan badan gue. Kapan dia datengnya?

Lay perlahan melangkah maju ke arah gue. Gue bingung sama apa yang bakal dia lakukan? Apa dia nggak tahu kalau badan gue undah mentok ke washtafel?! Jarak diantara kita semakin menipis, badan gue sampai condong kebelakang! Ini orang kenapa suka banget mepet-mepet kayak gini, sih? Kalau kayak gini terus, kesehatan jantung gue bisa di ragukan.

Fix! Udah nggak ada space di antara kita. Gue hanya bisa memejamkan mata, berharap kalau Lay nggak bakal ngelakuin hal yang macem-macem.

"Lo kenapa tutup mata? Berharap pengen gue cium?" kata Lay yang membuat gue membuka mata.

Ternyata dia cuma mau matiin keran yang lupa gue matiin.

"Lo mau ngapain, sih?!" bentak gue.

"Gue mau nanya sama lo." Lay mulai menjauhkan badannya dari gue.

"Sorry, gue sibuk!" jawab gue ketus dan mencoba untuk pergi dari tempat itu.

"Gue nggak nyuruh lo pergi!"

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang