16. Past in The Dream

24 2 0
                                    

Author's pov

"Ini di mana?" tanyanya kebingungan.

Seorang gadis berusia sekitar tujuh tahun terlihat sedang berjalan sendirian di pinggir jalan. Langkahnya sedikit terhambat kerena luka di lutut kanannya. Sepertinya gadis ini tersesat?

"Hiks...mama...hiks..." gadis kecil itu mulai menangis. Ia takut jika ia tidak bisa kembali ke rumahnya. Ia khawatir kalau nanti ia tidak bisa bertemu dengan ibunya lagi.

Hari ini ia dan ibunya baru pindah ke rumah baru. Saat itu ia sedang berjalan-jalan di sekitar rumahnya untuk sekedar ingin bermain. Namun gadis itu tidak sadar jika ia telah berjalan terlalu jauh sampai ia lupa jalan pulang. Ia belum pernah sekalipun ke tempat ini. Bagaimana caranya ia pulang sedangkan tidak ada seorang pun yang bisa ia hubungi.

"Aku hiks..ingin pulang.." gumamnya lagi.

"Hei, kau kenapa?" tiba-tiba seorang anak laki-laki datang menyapanya. Anak laki-laki itu sepertinya sepantar dengan gadis tersebut.

"Aku ingin pulang." jawab gadis itu lirih.

"Apa kau tidak ingat jalan pulang ke rumahmu?" gadis itu menggeleng sebagai jawaban.

"Sudah ku duga, kau pasti tersesat. Tapi aku tidak bisa membantumu jika kau saja tidak ingat jalan pulang." ujar anak laki-laki itu lalu hendak pergi.

Dengan cepat gadis itu meraih lengan anak laki-laki tersebut lalu menatapnya dengan penuh harapan.

"Bantu aku. Aku ingin pulang hiks..."

"Bagaimana caranya? Kau saja tidak tahu jalan pulang?"

"Tapi aku ingat rumahku. Pagarnya berwarna putih dan ada lampu jalan di depannya." jelas gadis itu.

"Rumah yang seperti itu banyak."

"Kumohon. Jangan tinggalkan aku hiks.."
Anak laki-laki itu pun menatapnya iba. Sepertinya gadis ini benar-benar membutuhkan pertolongannya.

"Iya, baiklah. Aku akan mengantarmu pulang." akhirnya anak laki-laki tersebut mau menolong si gadis kecil.

Gadis kecil itu pun langsung memeluk orang di depannya tanda jika ia sangat senang dan berterima kasih karena mau membantunya.

Perasaan aneh timbul seketika di tubuh anak laki-laki tersebut. Seperti ada aliran listrik yang menimbulkan rasa kehangatan di tubuhnya. Rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Sontak anak laki-laki itu pun mendorong pelan tubuh si gadis agar menjauh.

"Ayo kita temukan rumahmu!"

Mereka berdua pun berjalan menyusuri jalanan.

"Kakimu terluka!" ujar anak laki-laki tersebut ketika menyadari jika gadis kecil di sampinnya berjalan dengan sedikit pincang.

Anak itupun berjongkok membelakangi gadis itu. Memberi isyarat pada gadis itu untuk menaiki punggungnya.

Setelah beberapa waktu mereka lewatkan untuk menelusuri komplek, akhirnya rumah gadis itu pun ditemukan. Rumah yang tidak terlalu besar, namun terlihat nyaman dan ada pohon sakura di halamannya.

"Terima kasih." gadis kecil itu membungkukkan badannya.

"Sayang, kamu kemana aja, nak? Mama khawatir sama kamu." seorang wanita parubaya keluar dari dalam rumahnya.

"Aku tadi melihatnya sedang menangis di pinggir jalan. Lalu ia meminta bantuanku untuk membantunya pulang ke rumah. Sepertinya ia tersesat."

"Terima kasih, nak sudah membantu Erika pulang. Kamu baik sekali. Mau mampir ke rumah tante? Tante masak sup ayam hari ini, ayo kita makan dulu." tawar wanita parubaya tersebut dengan ramah.

Jadi gadis ini bernama Erika?

"Hem, tidak usah tante. Terima kasih. Aku harus segera pulang karena hari sudah mulai gelap." tolak anak laki-laki itu.

"Oh begitu, ya? Baiklah, tante akan mengantarmu pulang."

"Tidak perlu, tante. Rumahku juga dalam lingkungan ini. Aku hanya harus melewati empat rumah lalu rumah kelima adalah rumahku." jelasnya dengan antusias.

"Benarkah? Jadi kita bertetangga. Tante senang punya tetangga baik sepertimu." wanita itupun mengelus pucuk rambut anak laki-laki tersebut.

"Aku juga senang, tante. Aku pamit pulang, ya?"

"Iya, hati-hati anak manis! Salam untuk kedua orang tuamu."

"Ok, tante!"

Keesokan harinya...

"Satu, dua, tiga, empat.... Lima! Ini pasti rumahnya!" tebaknya.

Ia memandang bingung rumah di depannya. Terlihat banyak orang yang sedang sibuk mengangkat kardus besar ke dalam mobil truk.

"Apa benar ini rumahnya? Kenapa banyak sekali orang dewasa?"

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Gadis itu pun tersenyum. Orang yang ia cari kini ada di depannya.

"Aku ingin mengajakmu bermain. Kau mau?"

"Hem... Tapi hari ini aku akan pindah rumah. Maaf..." ujar anak laki-laki itu tak tega.

Terlihat raut kekecewaan di wajah Erika. Ia baru saja bahagia karena telah menemukan teman yang baik.

"Jangan sedih. Aku akan tetap menganggapmu sebagai teman. Jika kita sudah dewasa, kita bisa saling mencari. Kita pasti akan bertemu." anak laki-laki itu berusaha menghibur.

Erika's pov

Kring!! Kring!! Kring!!

"Hoam....!" suara alarm memaksa gue untuk bangun.

Gue membenarkan posisi rambut gue yang berantakan. Gue kembali teringat tentang mimpi gue semalem. Lebih tepatnya kisah masa kecil gue yang diulang dalam bentuk mimpi. Itu udah lama banget, dan tiba-tiba datang ke mimpi gue.

Karena mimpi itu gue kembali penasaran sama anak laki-laki yang udah nolong gue. Di mana dia sekarang? Seperti apa wajahnya? Dan... apa dia masih mengingat gue?

Satu hal yang bikin gue menyesal pas bersama dia adalah....
Gue nggak nanya siapa namanya? Bahkan sampai sekarang. Boro-boro nyari di sosmed, namanya aja gue nggak tau!

Akankah gue bisa bertemu lagi dengannya?








To be continue....

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang