10. Who Your Firts Love?

26 4 0
                                    

Besok adalah hari terakhir gue ulangan dan lusa bakal di adakan acara perpisahan anak kelas dua belas. Acara ini juga berbarengan dengan festival sekolah yang diadakan setiap tahun dan sekalaligus menjadi festival terakhir gue sebelum masuk universitas. Akan ada banyak acara yang di isi oleh anak kelas sepuluh dan sebelas. Festival tahun ini agak berbeda karena dibarengin sama acara perpisahan.

Festival sekolah adalah salah satu acara yang paling gue tunggu setiap tahun. Karena disetiap acara ini pasti selalu ada kejutan yang selalu jadi kenangan menyenangkan. Kenangan di sini bukan berarti tentang gue, tapi tentang di mana saat gue melihat moment-moment bahagia sahabat gue yang mulai meresmikan hubungannya di hari ini. Para siswa yang menampilkan pertunjukkan dan selalu ada guest stars yang muncul di tengah acara.

Gue membuka lembar selanjutnya di buku yang gue baca. Semangat! Besok hari terakhir lo berjuang!

Cklek!!!

Pintu kamar gue tiba-tiba kebuka dan menampakkan sosok manusia gesrek yang berdiri di ambang pintu.

"Bisa nggak sih ketok pintu dulu?" ujar gue sinis.

"Tok tok!" dia pun tersenyum dan menunjukkan dimple di pipinya yang hampir membuat wajah jutek gue luntur.

"Telat tau nggak!" gue kembali fokus ke buku.

"Lo kapan lembutnya sih? Senyum dong." Lay langsung masuk dan duduk di kasur.

"Lo mau apa ke sini? Kalau cuma mau ganggu mendingan keluar."

"Gue cuma mau ngajak lo beli eskrim di depan. Mau nggak?"

Gue membalikkan badan gue dan menatap mata Lay. Gue masih nggak yakin sama tawaran dia. Tapi gue lagi gabut banget, mana dia nawarin beli eskrim lagi.

"Gue yang traktir." lanjut dia dam membuat gue yakin. Gue pun langsung mengambil jaket gue yang di atas meja rias.

"Ayo, nanti keburu tutup." gue melangkah duluan.

========

"Thank's ya." ucap gue sambil asik makan eskrim yang gue beli sama Lay.

Sekarang kita udah jalan mau pulang. Enak juga ternyata malem-malem makan eskrim sambil jalan-jalan keliling komplek kayak gini.

"Gitu dong lembut. Kan jadi makin cantik." Lay langsung makan eskrim yang gue genggam.

Gila! Mudah banget Lay ngeluarin kalimat kayak gitu. Kalau gini caranya, gue nggak yakin bisa nganggap Lay cuma sebatas kakak.

Lay, lo bisa nggak sih mengerti keadaan?

"Diapain juga gue tetep cantik kali." kata gue dengan pedenya sambil mengibaskan rambut pangkang gue ke belakang.

"Oh ya, gue mau nanya sama lo." gue tiba-tiba inget sama cewek yang ada di mobil Lay waktu gue pergi ke cafe tempat Luhan kerja.

"Boleh." Lay mengangguk.

"Di hari saat lo kecelakaan, sebelumnya gue liat lo keluar dari cafe sama cewek dan cewek itu masuk ke mobil lo. Dia siapa? Pacar baru lo, ya?"

"Lo pasti salah paham lagi." Lay menggeleng pelan.

"Cewek itu bukan siapa-siapa gue. Dia cuma dosen yang ngajar di kampus gue. Dan saat itu gue sama dia lagi rapat soal masalah di kampus. Emang sih umurnya masih muda, tapi gue bener-bener nggak ada hubungan sama dia." jelas Lay.

Lagi dan lagi, gue selalu berburuk sangka sama Lay.

"Nggak papa, lo emang belum tau banyak tentang gue." Lay seolah mengerti apa yang gue pikirkan.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang