26. Cherish

22 2 0
                                    

Akhirnya jam kuliah gue kelar juga! Gue beneran nggak fokus selama di kelas karena masalah Mr. L itu. Feeling gue ngerasa ada sesuatu yang aneh, dan hal itu sangat membuat gue terganggu. Jantung gue berdebar dari tadi entah kenapa? Seolah-olah ada yang mengganjal di hati gue.

Ngerasa sumpek di dalam kelas, gue memutuskan untuk cepet keluar dan menghirup udara segar. Kali aja pikiran gue sedikit lebih tenang.

"Erika!"

Gue noleh ke belakang dan melihat Luhan yang lagi bersandar di tembok sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

Luhan manggil gue! Ok, gue harus bisa bersikap biasa aja.

"Eh, Lu? Kenapa?" tanya gue yang diakhiri dengan senyuman.

"Lagi sibuk nggak? Gue mau ngajak lo jalan. Sekalian ada yang mau gue omongin ke lo." ajak Luhan.

Kebetulan juga ada yang mau gue tanyain. Jadi nggak ada salahnya kalau gue terima tawaran Luhan.

"Elah Lu, tinggal ngomong aja kali. Tumben pakek basa-basi ngajak gue jalan segala?"

Sebenernya gue sih yang basa-basi di sini.

"Ya lagi pengen aja. Jadi gimana,  bisa nggak?"

Gue mengangguk. "Emang lo mau ngajak gue ke mana?"

========


Komplek perumahan.

Iya, gue nggak tahu kenapa Luhan ngajak gue ke sini? Mau ngapain coba?

Luhan masih asik jalan tanpa menjelaskan maksud dan tujuan dia ngajak gue ke sini. Sampai akhirnya kita melewati taman komplek dan dia nyuruh gue untuk duduk di salah satu bangku taman yang ada di situ.

"Lo mau ngapain sih?" tanya gue ke Luhan.

"Nostalgia. Coba deh lo perhatiin di sekitar lo. Dari ujung ke ujung." jawab Luhan.

Tanpa berpikir gue menuruti perkataan Luhan. Gue melihat sekeliling gue. Bener juga, tempat ini mengingatkan gue akan sesuatu.

Jantung gue kembali berdebar. Gue baru sadar, ternyata tempat ini adalah komplek tempat gue tinggal dulu bareng nyokap. Gue inget saat gue tersesat dan jatuh sampai kaki gue berdarah. Terus gue nangis karena takut nggak bisa pulang ke rumah.

Untungnya saat itu keberuntungan berpihak ke gue. Tuhan mengirimkan Luhan untuk gue. Berkat dia gue bisa pulang ke rumah. Ya, tempat ini menyimapan banyak kenangan masa kecil gue.

Anjir! Darah gue berdesir!

"Gue inget pas umur gue tujuh tahun, gue pernah ketemu sama anak perempuan yang nggak tahu jalan pulang ke rumahnya sendiri. Kakinya berdarah, terus dia nangis sambil mohon ke gue untuk nganterin dia pulang." Luhan tiba-tiba bicara.

"Karena gue kasihan, akhirnya gue bantu dia nyari jalan pulang. Untungnya ketemu dan dia bisa pulang ke rumahnya. Moment itu nggak pernah bisa hilang dari ingatan gue." lanjut Luhan.

Kenangan kita sama, Lu. Moment itu selalu gue ingat. Moment di mana saat kita pertama kali bertemu dan moment di saat kita harus pisah.

Tanpa sadar air mata gue jatuh. Gue yakin ada yang aneh di sini! Kenapa tiba-tiba Luhan ngajak gue ke sini?

Gue menatap Luhan dengan wajah yang udah basah karena air mata. Baru gue ingin membuka mulut untuk bertanya, Luhan langsung motong duluan.

"There was a girl who made me fell in love since ten years ago. Lo masih inget sama kata-kata itu kan? Orang itu adalah lo, Rik."

D
E
G

Udah gue duga, bakal ada sesuatu terjadi!

Gue nggak nyangka lo bisa nahan perasaan lo sampai sepuluh tahun tahun?! Lo gila, Lu! Lo gila!

Buat apa lo ngelakuin hal bodoh itu?! Cuma buat nunggu gue? Tapi sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar, dan lo rela melakukannya tanpa ada kepastian?

"Gue tau apa yang ada di pikiran lo. Gue emang gila! Tapi gue bisa apa? Gue cuma cinta sama lo!"

Gue nggak tau harus ngapain? Gue cuma bisa nangis tanpa suara.

Gue nggak ngelarang lo untuk suka sama gue, tapi lo nggak harus terpaku sama gue Lu. Kalau ada yang lebih baik dari gue dan bisa buat lo bahagia, kenapa nggak?  Dengan lo kayak gini, lo membuat gue merasa bersalah. Kerena apa?  Karena gue nggak mungkin membalas cinta lo.

"Gue sunguh-sungguh dengan ucapan gue! Selama ini gue nunggu kapan waktunya tiba. Dan kesabaran gue berbuah, kita bertemu lagi."

"Akan gue perjelas. Gue suka sama lo! Gue butuh jawaban lo, tapi gue nggak maksa lo buat jawab sekarang. Gue akan menunggu lagi sampai lo siap."

Ring!! Ring!!

'Lay Smut ❤'

Luhan melirik ke layar ponsel gue.

Gue menggeser tombol merah di layar. Pikiran gue lagi kacau dan gue lagi nggak bisa bikin alasan ke Lay kalau dia nanya yang macem-macem karena denger suara gue yang sengau.

"Gue harus pulang sekarang." ujar gue terburu-buru.

"Mau gue anter?" tawar Luhan.

"Nggak usah." gue kembali menatap Luhan. "Gue akan pikirin soal itu, dan secepatnya gue akan kasih lo jawaban."






To be continue......

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang