23. a Secret

28 4 0
                                    

Kenapa? Apa yang salah dengan nama gue? Kenapa ayahnya Lay keliatan terkejut?

Semua tiba-tiba menjadi hening. Gue yakin bukan cuma gue yang bingung sama respon ayah yang seketika berubah, tapi Lay juga.

Ring......

Akhirnya suasana hening ini berakhir karena ponsel Lay yang berbunyi. Katanya mama yang telepon.

"Iya, Lay sama Erika langsung ke sana.  Mama tenang, ok?" 

Dari cara bicaranya pasti ada sesuatu yang buruk terjadi?! Ada apa dengan mama, sampai gue dan Lay harus pergi sekarang?

"Rik, kita ke rumah sakit sekarang!" perintah Lay sambil narik tangan gue.

Lay pun berniat membawa gue pergi namun terhenti karena ayah menahannya. "Siapa yang masuk rumah sakit?"

"Papa. Papa kecelakaan pas mau pergi meeting sama client-nya." jawab Lay dengan panik.

Gue membulatkan mata saat mendengar jawaban dari Lay. Sama seperti ayah yang keliatannya juga terkejut sama kabar ini.

"Apa ayah boleh ikut?"

Lay mengangguk sebagai jawaban dan tanpa basa-basi lagi dia kembali menarik tangan gue untuk segera pergi dari sini.

Hospital...

Gue melihat mama yang lagi berdiri di depan pintu UGD sambil nangis. Gue memeluk mama berharap bisa buatnya jadi lebih tenang. Benar, tangisan mama sedikit mereda. Tapi gue ngerasa bukan karena pelukan ini.

"Jung In?" ujar mama pada seseorang.

Jung In? Nama ayahnya Lay? Mama kenal sama dia? Ternyata dunia emang sempit.

"Hye sung?" ayah Lay perlahan berjalan mendekati kami.

"Mau apa kamu datang ke sini, uh? Pergi sana!" teriak mama.

Gue nggak ngerti sama apa yang mama lakuin? Kenapa mama tiba-tiba ngusir om Jung In yang merupakan ayahnya Lay? Bukannya mama kenal sama dia? Tapi kenapa di usir? Situasi sekarang seolah menunjukkan bahwa ada sesuatu yang pernah terjadi pada mereka berdua.

"Hye sung, maaf! Aku hanya ingin melihat Zhang. Aku khawatir dengannya." nada bicara om Jung terdengar agak gemetar.

Zhang? Berarti om Jung kenal sama papa! Jadi mereka bertiga saling mengenal?

"Jangan sok peduli kamu! Lebih baik kamu pergi dari sini, sebelum aku panggilkan satpam untuk ngusir kamu!" bentak mama.

Sekarang pikiran mama benar-benar lagi kacau! Mama nggak bisa ngontrol emosinya. Gue jadi nggak enak sama Lay karena mama ngusir ayahnya dengan kasar.

"Ma, udah dong! Jangan teriak gitu! Dia cuma mau jenguk papa." tegur gue ke mama. Tapi kayaknya sia-sia, mama masih tetap kemakan emosi.

"Yah, maafin Lay! Tapi kayaknya ayah harus pulang sekarang. Mama lagi nggak bisa kontrol emosinya saat ini." Lay mencoba memberi pengertian sama ayahnya.

Untungnya Lay berhasil, om Jung mau mengerti keadaan. Akhirnya dia mengalah untuk pergi dari rumah sakit.

"Yixing antar ayah pulang."

Om Jung menggelengkan kepalanya tanda kalau dia menolak. "Ayah bisa sendiri. Kamu di sini aja. Jagain mama sama Erika, ya. Ayah pamit."

"Apa? Kamu manggil pria itu dengan sebutan ayah?" tanya mama yang tampak heran dan terkejut.

Lay mengangguk sebagai jawaban dan sedetik kemudian mama jatuh pingsan.

======

Sekarang gue lagi nungguin mama yang belum sadar dari pingsan. Ayah udah dipindahin ke kamar pasien dan sekarang Lay lagi ngurus administrasinya.

Tatapan gue kosong, sibuk menerawang apa yang sebenarnya terjadi sama mama, papa dan om Jung In? Kenapa mama marah banget sama ayahnya Lay? Dan kenapa mama kaget pas tau kalau Lay adalah anak om Jung, sama kayak om Jung yang kaget pas tau nama gue?

Pasti om Jung pernah melakukan kesalahan sampai membuat mama marah banget kayak tadi?!

Gue tersadar dari lamunan melihat mama bagun.

"Gimana keadaan papa kamu?"

Gue menarik nafas panjang. Hal pertama yang mama tanyakan adalah keadaan papa meskipun keadaannya sendiri juga kurang baik.

"Papa baik-baik aja kok, ma. Jangan khawatir, mama istirahan aja di sini. Ada Lay yang nemenin papa di sana." jelas gue.

Mama mengubah posisinya dari tiduran menjadi duduk.

"Mama baik-baik aja. Ayo kita ke ruangan papa." ujar mama yang langsung berjalan mendahului gue.

=========

Huh! Gue menghempaskan badan ke atas kasur. Jam menunjukkan pukul 05.10 pm dan Lay belum juga pulang dari nganterin baju ganti ke rumah sakit. Padahal masih banyak yang mau gue tanya sama dia soal kecelakaan yang berbarengan sama hilangnya berkas penting punya perusahaan papa. Menurut gue itu aneh.

Surat-surat penting di dalam tas yang mama dan papa bawa pas mau berangkat meeting kok bisa hilang gitu aja setelah kecelakaan terjadi?

Ok, anggap aja ada maling atau perampok yang masuk ke mobil waktu  papa di bawa ke dalam ambulance. Tapi kenapa cuma tas sederhana yang isinya cuma beberapa lembar kertas? Padahal di dalam mobil bayak barang berharga kayak laptop, dompet bahkan kunci mobil. Kalau semuanya bisa diambil dengan mudah, kenapa cuma tas yang diambil? Kecuali kalau orang itu tahu isi di dalam tas tersebut.

Semua pemikiran itu membuat gue yakin kalau ada unsur drama di balik kecelakaan ini yang menyebabkan tangan papa patah.

Gue geram sekaligus penasaran sama siapa dalang dari semua ini!

Tok

Tok

Tok

Gue tahu kalau yang ngetok pintu itu Lay, makanya gue bergegas membuka pintu karena rasa penasaran gue yang membuncah.

Setelah pintu terbuka, gue melihat Lay bersama anak kecil yang kira-kira berusia tiga tahun di gendongannya.
Gue memperhatikan anak tersebut karena gue nggak pernah lihat sebelumnya. Anak laki-laki yang pipinya kayak balon dan gemesin, gue belum pernah lihat di komplek ini.

"Anak siapa?" tanya gue.

"Maaf! Mungkin udah waktunya lo harus tau semua tentang gue."

DEG!

Darah gue berdesir seketika. Maaf? Gue mencoba menerka kemana arah pembicaraan Lay.

"Dia anak gue, namanya Zio. Maaf, gue baru siap kasih tahu semuanya sekarang." lanjut Lay.

Gue terpaku mendengar jawaban Lay. Anak? Anak dia sama siapa? Katanya Cinta pertamanya Hani dan Lay nggak pernah pacaran sama siapapun sebelum Hani. Jangan bilang kalau Zio itu.....

Berarti Lay sama Hani udah...

"Gue harap lo bisa nerima kehadiran dia di dunia gue. Semoga lo bisa sayang sama dia sama seperti lo sayang sama gue." ujar Lay.

Air mata gue jatuh. Gue bener-bener shock dan nggak tau harus ngapain? Apa cuma gue yang nggak tahu kalau Lay sebenarnya udah punya anak?

"Si..siapa ibunya?" tanya gue memastikan kalau Hani adalah ibunya Zio.

"Jadi ini lumah papa? Wah...lebih besal dali lumah Jio!" Zio terlihat takjub memperhatikan setiap sisi rumah ini.

Awalnya gue masih berharap kalau ini cuma rencana Lay yang mau nge-prank gue. Tapi setelah denger Zio yang manggil Lay dengan sebutan papa....

"Zio suka? Mulai sekarang Zio tinggal di sini bareng papa."

Gue cuma bisa menyaksikan percakapan antara Lay dan Zio dengan dada yang sesak.

"Ini mama Jio ya, pa?" tanya Zio sambil memberi senyuman ke gue dan dibalas anggukan oleh Lay.

"Lo siap kan kalau Zio manggil lo dengan sebutan mama?"



To be continue....

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang