17. Give Me a Chance

23 4 0
                                    

"Sampai kapan sih lo diemin gue kayak gini? Kan gue jadi ngerasa nggak nyaman."

"Kalau nggak nyaman kenapa masih ngikutin gue? Cari asisten lo sono yang bisa bikin lo nyaman!" kata gue ketus.

Sampai pagi ini pun gue masih kesel sama Lay. Seharusnya gue nggak kaget sama sikapnya kemarin yang asik-asik aja berduaan sama si nenek sihir. Seharusnya! Karena image bad boy dia yang udah gue ketahui sejak awal. Tapi sekarang keadaannya udah berbeda, Lay berstatus pacar gue. Nggak salah dong kalau gue cemburu sama pacar sendiri?

"Sayang, kan aku udah bilang. Nggak ada yang lebih dari hubungan aku sama dia. Sowon emang suka sama aku, tapi aku-nya nggak. Yang kemarin itu udah biasa, dia emang suka caper sama aku."

Mode aku kamu-nya kambuh setiap lagi ngebujuk gue.

"Mulai sekarang kamu mungkin lebih sering liat pemandangan kayak gitu. Tapi percaya sama aku! Aku nggak akan kegoda sama rayuan dia. Please, jangan marah lagi, ya?"

Gue masih diem. Ok, gue luluh sama ekspresi melasnya dia. Nggak tega juga gue liatnya mohon-mohon gitu.

"Hai, Lay! Kebetulan lo ada di sini. Ini buat lo, gue baru aja beli." tokoh utama pembicaraan gue pagi ini muncul sambil membawa dua kaleng minuman dingin.

"Sorry, gue cuma beli dua." kata Sowon ketika menyadari ada gue di sini.

"Sorry juga, tapi gue barusan dari kantin bareng dia." Lay menolak minuman itu.

"Ya udah nggak papa, lo bawa aja. Gue udah terlanjur beli soalnya." Sowon masih berusaha memberikan minuman itu.

"Gimana, ya? Gue takut mubazir. Lo simpen aja deh, sapa tau nanti kurang."

Gue melihat ekspresi bengongnya Sowon, mungkin dia merasa usahanya sia-sia hari ini. Itu membuat gue sedikit senang. Setidaknya Lay membuktikan perkataanya barusan.

"Ayo, sayang! Nanti kamu telat masuk kelas." Lay mengenggam tangan gue hendak pergi.

"Tunggu! Sayang? Kalian berdua....?" Sowon menggantung pertanyaanya.

"Iya, dia pacar gue." sambung Lay yang diiringi dengan smirk-nya lalu kembali menarik gue meninggalkan tempat itu.

Danm!!

Sowon terdiam mendengar pernyataan dari Lay. Pasti dia kecewa banget. Cowok yang dia sukai ternyata udah jadi milik orang lain. Gue jadi sedikit kasihan liat dia. Tapi maaf, kalau soal ini gue nggak bisa kompromi. Lay udah jadi milik gue. Nggak boleh ada yang ngerebut dia dari gue. Iya, gue egois. Tapi apa yang harus gue perbuat? Gue nggak mau kehilangan dia.

Lay's pov

Gue seneng bisa buat di tersenyum. Entah sejak kapan gue jadi serakah sama senyumannya? Gue sedikit nggak rela kalau dia tersenyum karena orang lain. Iya, gue nggak bisa berbuat banyak. Meskipun bukan gue satu-satunya alasan yang membuat dia tersenyum, gue tetap senang karena bisa melihat senyumannya setiap hari.

Gue menyukai senyuman itu sejak dulu. Dan kasih gue kesempatan untuk memperbaiki segala kekurangan gue yang bisa membuat senyuman itu menghilang.

"Jangan diemin gue kayak tadi lagi, ya? Nggak enak tau!"

"Iya, maaf! Gue yang terlalu childish." jawab dia pelan.

"Lo nggak childish kok. Gue ngerti kenapa lo kayak gitu. Tapi lain kali kalau lo marah jangan diemin gue kayak gitu. Lo bisa hukum gue dengan cara lain."

"Iya, maaf sayanngg!!" dia mencubit gemas pipi kanan gue.

Gue harap kita bisa kayak gini terus. Gue nggak mau lagi kehilangan orang yang gue cintai. Udah cukup gue kehilangan kedua orang tua gue. Jangan sampai rasa kehilangan itu kembali lagi dan mengambil lo dari hidup gue.

Gue sayang sama lo. Jadilah bagian dari hidup gue untuk selamanya, Rik.

=======

Erika's pov

Sekarang udah jam makan siang. Gue berencana untuk pergi ke kantin. Berhubung mood gue udah balik normal sekarang, gue mau traktir Luhan makan. Kayaknya gue ketularan sama virusnya Suho. Seneng dikit, traktir makan.

Mood gue yang lagi cerah berbanding terbalik sama moodnya Luhan. Dari tadi dia cuma diem dan keliatan gelisah. Ada apa dengan dia? Apa dia lagi ada masalah?

"Lu, kok nggak di makan sih?" tanya gue yang memperhatikan Luhan hanya mengaduk-aduk makanannya.

"Lo nggak suka sama makanannya, ya? Kalau gitu lo pesen lagi aja yang lain, gue yang bayar kok." tawar gue.

"Nggak usah, Rik." Luhan keliatan nggak bersemangat gitu.

"Ya udah, makan dong makanannya. Lo lagi ada masalah, ya?" tanya gue lagi. Gue masih penasaran sama penyabab Luhan murung gini.

"Hehehe...keliatan banget ya, Rik?" Luhan tertawa ringan menanggapi pertanyaan gue itu.

"Ya abisnya lo dari tadi cuma diem sambil ngaduk-aduk makanan. Gue ngerasa makan sama hantu tau nggak?"

"Ok, lo bisa cerita kapan aja lo siap. Sekarang lo harus ma....." gue belum sempat menyelesaikan ucapan gue, Luhan udah motong duluan.

"Lo masih inget sama anak laki-laki yang bantuin lo cari jalan pulang ke rumah?"

Kenapa Luhan tiba-tiba nanya itu ke gue? Siapa yang dia maksud dengan anak laki-laki itu? Dia tau dari mana soal itu? Sedangkan gue nggak pernah sekalipun cerita sama siapapun.

Apa anak laki-laki yang Luhan maksud itu.....

To be continue...

Ya ampun, gue nulis ini sambil dengerin lagunya Baekhyun yang Take You Home. Sumpah, lagunya tuh enak banget. Bikin orang senyum-senyum sendiri. Maaf ya suamiku, mazz Lay. Aku ngebucin dulu sama Baekhyun. Nggak papa kali muji pacar sendiri^^ ups, brarti gue selingkuh dong?!

Peace!! ✌

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang