8. Eccident

27 2 0
                                    


BRAKK!!

"LAY!" teriak gue.

Ternyata Lay yang ketabrak mobil karena udah mendorong tubuh gue ke pinggir jalan.

Bodoh!

Kenapa gue pake ngelamun segala sih? Kan jadinya kayak gini. Mana jalanan sepi lagi, dan sopir mobil itupun kabur menambah kesan dramatis malam ini.

Gue mendekati Lay yang terkapar di jalan. Pengen nangis rasanya liat Lay nggak berdaya kayak gini, sumpah!

"L..lay?" gue menggapai pipinya lembut.

ASTAGA!

Pelipis dan lengan sebelah kiri Lay berdarah! Gue sontak mundur dan terduduk di aspal. Tubuh gue lemes karena liat darah Lay yang ngalir.

Lay meraih tangan gue dengan lengan kanannya. "Tolong gue, bawa gue ke rumah sakit..." ujar Lay lirih. Gue reflek menarik tangan gue paksa.

Gue tau dia lagi nahan sakit, tapi gue nggak bisa. Lay minggigit bibirnya dan kembali meraih tangan gue. Kali ini genggamannya kenceng banget.

"Jangan tinggalin gue." hati gue sakit mendengar kalimat itu. Gue harus bantu Lay bagaimana pun caranya. Gue nggak bisa biarin Lay menanggung rasa sakit ini karena kesalahan gue.

"M.. Mobil, mobilnya di mana?" tanya gue tanpa menatap Lay.

"Di depan cafe."

Gue pun bergegas menuju mobil Lay meskipun gue jalan aja susah. Gue juga nggak ada SIM, gimana kalau ada razia? Bodo amat, yang penting Lay selamat malam ini.

Gue membawa tubuh Lay duduk di samping gue. Mukanya pucet banget dan sesekali dia meringis kesakitan. Gue nggak akan maafin diri gue sendiri kalau terjadi sesuatu sama Lay.

"Lo yang sabar, ya? Jangan tutup mata lo. Gue akan bawa lo ke rumah sakit." ujar gue gugup sambil menginjak pedal gas.

Lay mengenggam tangan gue ketika gue mau ganti gigi. Gue kaget karena tangan gue penuh sama darah Lay. Gue mencoba melepaskannya, tapi Lay mengenggam tangan gue kuat.
Keringat dingin mulai membasahi tubuh gue.

Sebenernya luka Lay nggak terlalu parah. Tapi darahnya ini loh yang buat gue katar-ketir.

Kalau nih mobil ada sayapnya, pasti udah terbang. Untung jalanan sepi, jadi gue bisa ngebut.

Lama kelamaan gue nggak denger suara rintihan Lay. Gue noleh ke samping dan melihat Lay yang udah terpejam.

"Lay! Lay bangun Lay!"

>>>>>>>

Hospital...

Gue nunggu Lay di depan pintu kaca IGD sambil nangis. Gimana keadaanya sekarang? Kenapa dokter lama banget keluarnya?

Gue mendengar suara suara langkah kaki yang mulai mendekat. Itu pasti mama sama papa.
"Erika, dimana Lay?" tanya mama cemas.

"Lay hiks... Lay di dalem, mah. Belum keluar.... Hiks..."

"Udah mah tenang. Dokter pasti bisa selamatkan Lay." hibur papa meskipun dirinya sendiri cemas sama keadaan Lay.

"Tangan kamu, nak?"

"Ini darah Lay, mah..." jawab gue dan mamah langsung menutup mulutnya setelah mendengar itu.

"Pah, Lay pah...." rengek mamah.

Ckrekk...

"Anda keluarga dari pasien Lay?" tanya dokter yang baru keluar dari ruangan.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang