Level 1

6.2K 639 39
                                    

Tubuh kurus seorang Chae Hyungwon tiba tiba saja terduduk lemas setelah melihat deretan angka 0 tertera pada layar mesin ATM di hadapannya. Uang tabungannya sudah habis tak bersisa, padahal ia berniat membayar sewa flat yang sudah menunggak dua bulan. Serta merta Hyungwon menekuk kedua kaki, lantas menangis tersedu sedu sembari memeluk lutut.

Tanpa peduli seorang lelaki lain berdiri di balik box mesin ATM, mengetuk ngetuk ruangan kaca tersebut tidak sabaran. Hyungwon mendengar samar samar geraman marah serta suara jari jemari beradu dengan sekat kaca, namun ia memilih cuek dan melanjutkan acara menangisi garis takdirnya yang menyedihkan. Hingga lima belas menit berlalu, Hyungwon masih tetap bertahan pada posisi semula.

Lelaki itu akhirnya habis kesabaran juga menunggu Hyungwon selesai menangis. Tidak perlu berpikir dua kali, ia langsung menerobos masuk dan bersumpah akan mengomeli lelaki lemah -Hyungwon- tersebut karna menangis di dalam box mesin ATM, beruntung tak ada antrian lagi dibelakangnya.

"Hey, carilah tempat lain untuk menangis" sergah si lelaki jengah.

Hyungwon tak bergeming, masih menyembunyikan wajah diantara kedua lutut. Si lelaki berdecak, lantas menekan tombol cancel pada mesin tersebut dan menarik kartu ATM Hyungwon keluar.

"Ini" ia segera menyerahkan ATM pada si pemilik, "Hey, ayo cepat ambil kartumu" kartu ATM diayunkan naik turun di depan kepala Hyungwon, yang akhirnya berhasil menarik atensi si lelaki kurus.

"Aku minta maaf" ujar Hyungwon merasa bersalah, ia menunduk 90 derajat pada orang yang terganggu atas tingkahnya.

Namun si lelaki berbadan kekar justru berdecak, sejurus kemudian ia merogoh kantong belakang celana ripped jeansnya dan menemukan sebuah sapu tangan. Meskipun kelihatan kesal, dengan segala kerendahan hati ia tetap menyodorkan sapu tangan untuk si lelaki -yang baginya- lemah ini.

"Kau bisa menghapus air matamu sendiri kan?" nada sarkasme terasa kental saat lelaki bersuara halus namun terdengar dominan tersebut menyerahkan lebih dekat sapu tangannya ke wajah sembab Hyungwon.

Lantas Hyungwon mengangguk, dan bergumam terima kasih. Lelaki pemilik sapu tangan itu kembali ke niatan awal, yaitu mendapatkan beberapa lembar uang dari mesin ATM.

Tubuh semampai Hyungwon berdiri bersebelahan dengan lelaki asing tersebut. Diam diam ia memperhatikan sekilas penampilannya. Lelaki itu punya kulit seputih salju, ekspresi dingin mengintimidasi dan badan kekar berotot seperti bos geng mafia.

"Ya Tuhan! Uangmu sangat banyak Tuan" pekik Hyungwon secara naluriah kala -tak sengaja - melihat saldo rekening bernominal ratusan juta kepunyaan si lelaki berbadan kekar ini.

"Hey kau membuat ku kaget!" si korban mengusap dadanya naik turun, agak heran melihat tingkah ajaib lelaki yang baru saja ia temui beberapa menit lalu.

"Ah maafkan aku" Hyungwon menggaruk belakang kepalanya salah tingkah, "Bolehkah aku meminjam uangmu sedikit saja tuan, aku tidak mau jadi gelandangan karna tidak punya uang untuk membayar sewa flat" pinta Hyungwon tak tau diri, lengkap dengan ekspresi anak anjing yang minta dipungut.

Lelaki kaya raya itu tak memberi reaksi selama beberapa detik. Ia terdiam sejenak, mungkin kaget atau terpesona pada wajah menggemaskan Hyungwon.

"Kenapa aku harus meminjamkannya padamu? kau itu orang asing" semprot si lelaki berperawakan bos gangster -menurut Hyungwon- itu setelah mendapatkan kembali kesadarannya.

"Kalau begitu perkenalkan namaku Chae Hyungwon. Aku bukan orang asing lagi sekarang" Hyungwon mengulurkan tangan kanannya, mengajak berkenalan.

Siapa tau si bos gangster benar benar mau meminjamkan beberapa lembar uang, lagi pula uang bos gangster ini sangat banyak, ia tidak mungkin jatuh miskin saat uangnya dipinjam beberapa lembar saja.

"Jadi, namamu Hyungwon?"

"Ya" Jawab Hyungwon yakin, "Dan anda?"

"Shin Wonho" si bos gangster yang baru diketahui bernama Wonho itu membalas jabatan tangan Hyungwon.

"Nama yang bagus" puji Hyungwon dengan senyuman lebar, kembali menjadi sosok ceria setelah menangis tersedu sedu beberapa menit belakangan.

'Kruyukk'

Perut Hyungwon berbunyi dengan kurang ajarnya di depan Wonho. Tawa geli sontak mengalun dari bibir kenalan barunya, memamerkan gusi dan deretan gigi rapi si pemilik tawa. Oh, jangan lupakan kedua matanya yang seolah ikut tersenyum, berbanding 180 derajat dengan Wonho beberapa menit lalu.

Hyungwon tertawa canggung, ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "Maaf, karna tidak punya uang jadi aku belum makan sejak kemarin siang" akunya.

"Mau ikut ke rumahku? aku akan memberimu makan" tawar Wonho, walau wajahnya galak tapi ia masih tau apa itu belas kasihan.

"Benarkah tuan?" Hyungwon bertanya antusias, matanya yang berbinar penuh harapan membuat Wonho ikut senang.

"Ya. Ayo sebelum aku berubah pikiran" ajak Wonho, Hyungwon mengekor saja tanpa pikir panjang.

Sekali lagi Hyungwon dibuat menganga saat mobil yang ia kendarai bersama Wonho memasuki kawasan elit. Ada mall, water park, rumah sakit dan beberapa fasilitas umum yang jelas amat mewah disini.

Sekelebat pertanyaan mengenai apa pekerjaan Wonho hinggap di pikirannya. Dari mana ia mendapatkan uang ratusan juta tersimpan apik dalam rekening, juga mobil lamborghini warna hitam metalic yang sedang ia naiki sekarang, Hyungwon tentu tau mobil ini harganya lebih dari satu miliar. Dirinya saja belum pernah sekedar menyentuh mobil berharga fantastis begini selama dua puluh dua tahun hidup di dunia.

Jangan jangan Wonho memang bos gangster. Lihat saja tubuhnya yang tinggi tegap -meskipun Hyungwon tetap beberapa centi lebih tinggi-, ekspresi kesalnya saat Hyungwon menangis tadi, tatapan tajam di mata monolidnya serta suara lembut yang terdengar sexy namun mengintimidasi. Beda sekali dengannya yang bermata lebar menggemaskan dan bertubuh kurus seperti manekin toko pakaian.

"Ayo turun" suara berat Wonho memecah lamunan Hyungwon, ia mengangguk dan berjalan mengekori kenalan barunya.

Si bos gangster -Shin Wonho- itu melangkah di lantai marmer sebuah bangunan bertingkat yang baru Hyungwon sadari bahwa bangunan itu adalah apartemen. Apartemen mewah lebih tepatnya, ia menyesal karna kebanyakan melamun tadi, lalu bagaimana nanti saat ia harus pulang ke flat?

Jemari Wonho menekan beberapa digit angka sebelum pintu apartemennya terbuka. Ia melepas sneakers lalu meletakkan di rak, mengganti dengan slipper hitam yang tersedia disana. Wonho terlihat disiplin dan rapi di mata Hyungwon, berbanding terbalik dengannya yang suka meletakkan barang sembarangan.

"Eh" Hyungwon memekik kecil saat bulu bulu lembut bergerak disekitar kakinya.

Kucing?

Seekor kucing?

Kenapa kucing?

Serius?

kucing?

Bukankah bos gangster harusnya memelihara anjing bulldog agar terlihat semakin menakutkan. Oh dan mana anak buah Wonho? Kenapa hanya ada dua ekor kucing di apartemen sebesar ini? Seorang bos gangster tentu harus punya anak buah bukan? Atau paling tidak 'tangan kanan' yang mengikutinya kemana mana.

TBC

moga moga ada yang baca.

7621 |  MONSTA X hyungwonhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang