"Aku rela kecanduan asal penyakitku tidak kambuh lagi. Kau harusnya tau betapa menyedihkannya punya penyakit narcolepsy!" sambung Wonho tajam, "Aku tertidur dimana saja, aku tidak bisa terlalu senang, aku tidak bisa terlalu sedih, aku tidak bisa terlalu marah. Aku juga masih punya rasa malu karna sering tertidur di tempat umum. Masih bagus jika aku tertidur di kasur, tubuhku sudah lelah merasakan sakit karna menghantam benda benda keras. Dan berkat pain killer yang kau buang, aku merasa lebih baik, sebentar lagi aku akan sembuh dari narcolepsy sialan itu!" Emosinya meluap sudah tanpa bisa terkendali lagi.
Semua yang ia pendam selama ini akhirnya tumpah didepan Hyungwon. Wajah sepucat salju Wonho berubah memerah, menandakan seberapa marahnya lelaki kekar itu.
Narcolepsy memang kelihatan seperti penyakit sepele tapi sebenarnya cukup membahayakan jika tidur di tempat yang tidak seharusnya.
Gara gara Wonho menaikkan nada bicara, emosi Hyungwon nyaris ikut tersulut. Mengapa ia keras kepala sekali sih?
"Sadarlah Shin Wonho! Benda itu adalah narkoba bukan pain killer! Kau akan mati cepat jika terus mengkonsumsinya, belum lagi kalau kau ketauan, polisi akan menangkapmu!" Hyungwon tak menyerah semudah itu, ia melangkah mendekati sang kekasih, menggoyang lengan berotot Wonho dengan tangan kurusnya.
Layaknya Wonho yang tak bisa hidup tanpa Hyungwon, Hyungwon juga tak bisa hidup tanpa Wonho. Ia terlanjur mencintai lelaki berparas kelinci itu sedalam dalam hatinya.
Narkoba jelas membawa pengaruh buruk, siapapun tentu tau hal tersebut. Baik pengedar maupun pemakai semuanya beresiko terseret ke ranah hukum.
Wonho mungkin akan tetap hidup, tapi bayang bayang pihak berwajib pasti mengejar di belakangnya. Seperti makan buah simalakama. Hidup dan mendekam dalam penjara, atau terluka tapi aman dari kejaran polisi. Wonho punya dua pilihan, dan Hyungwon tidak ingin keduanya terjadi pada sang kekasih.
"Narcolepsy juga akan membuatku mati cepat keparat!" ini pertama kalinya juga Wonho memaki Hyungwon.
Tangan Hyungwon terlepas dari lengan Wonho, lelaki manis itu terkesiap tentu saja, ingin balas memaki tapi ia mengerti bahwa hubungan mereka adalah taruhannya.
"Tidak! Narkoba membunuhmu lebih cepat dari narcolepsy!" Hyungwon membalas cepat, "Dengarkan aku! Aku tidak mau punya kekasih seorang pecandu, mengerti? Kau bisa berhenti mengkonsumsinya mulai sekarang!" perintah Hyungwon mutlak, sifat bossynya keluar lagi. Tak apa asal demi kebaikan.
Tawa sumbang sang dominan menggema mengisi penjuru ruangan, sebelum kembali ke ekspresi marahnya.
Tubuhnya mendekat ke arah Hyungwon, "Kau pikir untuk siapa aku mengkonsumsinya? Aku menelannya untukmu!" Wonho berteriak tepat didepan muka Hyungwon.
Hyungwon ketakutan, bahkan lelaki manis itu sampai menutup mata erat erat. Detik selanjutnya ia baru tersadar, Hyungwon tak boleh kelihatan lemah sebelum Wonho sadar. Maka Hyungwon berpura tak gentar, meskipun raut kebingungan tersirat kentara setelah mendengar kalimat kekasihnya.
"Tu-tunggu apa maksudmu?" Hyungwon terbata, bingung dengan statment Wonho barusan, tangan kurusnya mendorong dada Wonho karna merasa terlalu dekat.
"Aku ingin sembuh dari penyakitku, agar kau tidak meninggalkanku" Wonho menjawab tenang, bersama luapan emosi tertahan disana.
Mengingat tujuan awal mengkonsumsi benda itu demi Hyungwon, demi keharmonisan hubungan mereka. Kata kata 'demi dirimu' memang terdengar manis dan romantis, tapi kata tersebut justru memancing emosi Hyungwon yang sejak tadi ia tahan.
"Sadarlah Shin Wonho!" teriak Hyungwon murka.
BUGH!
kaki jenjangnya baru saja menendang perut Wonho hingga lelaki itu jatuh terlentang di lantai, "Aku tidak pernah menyuruhmu untuk mengkonsumsi benda itu!" Pantat Hyungwon sudah mendarat diatas perut Wonho, mendudukinya. Lantas memukul rahang kiri Wonho menggunakan kepalan tangannya, "Seperti apapun keadaanmu aku tidak akan meninggalkanmu! Bukankah aku sudah bilang berulang kali?"
BUGH!
Pukulan kedua melayang lagi di titik yang sama, membuat darah segar mengucur dari ujung bibir Wonho. Mata sayu Hyungwon sudah berkilat penuh amarah, ia tampak dua kali lipat lebih menyeramkan dari pada Wonho.
"Bohong! Kau pasti pernah berpikir untuk meninggalkanku bukan?" Wonho ikut terpancing saat menatap kilatan mata Hyungwon yang berada di atasnya.
Berikutnya, ia membalik keadaan dengan mudah, mau bagaimanapun Wonho itu tetap lebih kuat dari pada Hyungwon.
Sekarang Hyungwon sudah terlentang dilantai dengan Wonho diatasnya, menumpukan beban tubuh pada lutut, "Mengaku saja atau aku akan memukulmu!" ancam Wonho.
Tangan kanan sudah mengepal di udara, siap meluncur meninju rahang Hyungwon kapan saja. Mereka berdua benar benar kehilangan kontrol, keduanya sudah sama sama tersulut.
"Aku tidak takut pukul saja aku!" balas Hyungwon tajam, demi apapun ia enggan mengakui sesuatu yang tidak pernah dilakukan.
BUGH!
Permintaan Hyungwon terkabul, Wonho benar benar memukul rahang kekasihnya. Hyungwon berpaling, kemudian tertawa remeh, irisnya mengunci telak wajah Wonho yang tak berkutik. Entahlah, sepertinya ia juga kaget karna sudah berani memukul Hyungwon.
"Coba ingat ingat, apa ada detik yang ku lewatkan tanpamu?" Hyungwon bertanya lirih, bahkan terdengar seperti bisikan.
Rahangnya memang sakit, terbukti dengan cucuran darah yang mengalir melewati pipi tirusnya. Tapi percayalah, hatinya jauh terasa lebih sakit, "Jawab aku Shin Wonho bajingan!" Hyungwon berteriak sekuat yang ia bisa, menyalurkan perasaan sedih, marah dan kecewa selama pertengkaran ini berlangsung.
Matanya berkaca kaca, ia sudah lelah. Lelah karna Wonho yang selalu saja tidak percaya bahwa ia tak akan meninggalkannya.
"Bagaimana? Kau tidak bisa menjawab kan? Karna aku selalu setia disisimu" senyuman getir tercetak di bibir tipis Hyungwon, air mata juga sudah bercucuran tanpa bisa di perintah.
Kalimat terakhir Hyungwon seolah menghantam telak ulu hati Wonho. Hyungwon benar, tidak ada detik yang ia lalui tanpa Hyungwon di sisinya.
Wonho tertegun. Rasa bersalah langsung menyergap di sekujur tubuhnya. Hyungwon menangis dan terluka seperti ini karna dirinya, "Maafkan aku" ucap Wonho, ia merasa bergetar disekujur tubuh.
Wonho bangkit dari atas tubuh Hyungwon, mengangkat perlahan tubuh lelaki itu untuk duduk, lantas menariknya ke dalam pelukannya, menenggelamkan tubuh kurus Hyungwon ke dalam dada bidangnya.
Hyungwon tersenyum tipis dipelukan Wonho, kedua lengannya sudah melingkar di tubuh bergetar sang kekasih. Tangan besar Wonho yang juga gemetaran mengusap belakang kepalanya seraya bergumam kata maaf berulang kali.
"Berjanjilah satu hal, jangan pernah menyentuh benda benda itu lagi" pinta Hyungwon, meskipun wajahnya masih tenggelam di dada bidang Wonho.
Beberapa detik terlewat setelah pertanyaan Hyungwon keluar dari bibirnya, namun Wonho tak kunjung memberi jawaban. Hyungwon menepuk nepuk lembut punggung Wonho, seolah berkata lewat tepukan tersebut, menyadarkannya.
"Kenapa? Tidak sanggup? Masih belum sadar juga? Mau ku pukul lagi?" tanya Hyungwon sarkas. Tenaganya masih belum habis, ia sudah siap jika harus memukul Wonho sekali lagi.
TBC
dikit lagi tamat guise, yeay!
Oiya, trus jangan lupa streaming cool love juga! Udah saya taroh di mulmed yak, makasih ° ͜ʖ ͡ – ✧
KAMU SEDANG MEMBACA
7621 | MONSTA X hyungwonho
Fanfiction[COMPLETED] wonho si pengidap narcolepsy memutuskan untuk memungut seseorang yang sedang menangis tersedu sedu di bilik mesin ATM.