Level 4

3K 478 58
                                    

"Hyungwon, kau baik?" Tangan besar Wonho hinggap di pundak Hyungwon. Oh, ia bahkan melupakan kehadiran si tuan baik hati disini.

"Ya, aku baik baik saja" Senyum getir tercetak di bibir tebal lelaki jangkung itu, "Hanya hidupku saja yang tidak baik, aku akan jadi gelandangan dalam kurun waktu 25 menit lagi" isakan pilu mulai menggema.

Meski awalnya memang terlihat kejam, hati nurani Wonho masih berfungsi dengan baik. Mana tega ia membiarkan makhluk semenggemaskan Hyungwon jadi gelandangan?

Beberapa menit berlalu, hanya suara isak samar si calon gelandangan menggema dalam ruangan. Tubuh tegap Wonho terdiam mematung, menyaksikan bagaimana nafas Hyungwon tersengal seraya memandang pilu ke arah kasurnya.

"Ayo, aku akan bantu mengemasi barangmu" Lelaki yang lebih pendek menginterupsi, setelah membuang waktu untuk berpikiran dan berdiam diaman.

Mata lebar Hyungwon membulat tak percaya mendengar perkataan tuan baik hatinya, seolah lelaki itu memang berkeinginan agar si gelandangan cepat cepat berada di tempat semestinya.

Kolong jembatan.

"Kau ingin aku benar benar jadi gelandangan ya?" tuduh Hyungwon, bahkan tubuhnya sudah berdiri tegak. Berhadapan satu lawan satu dengan Wonho lengkap dengan tatapan nyalang berderai air mata.

Ia tak tau saja, kalau Wonho menyimpan maksud baik pada kalimatnya barusan.

Hela nafas panjang mengalun melewati bibir si kaya raya, "Kau bisa tinggal di apartemenku setelah ini, Tuan Chae Hyungwon" lanjutnya seraya balas menatap Hyungwon datar.

Bukannya senang, Hyungwon malah mengerjapkan matanya bingung. Wonho ini sebenarnya manusia atau malaikat? Mengapa ia baik sekali?

"Kenapa diam saja? tidak mau? kau ingin jadi gelandangan saja?" tanya Wonho sarkas.

Kepala Hyungwon mengangguk antusias, "Iya aku mau"

Syukurlah, Ia tidak perlu tidur dikolong jembatan malam ini.

...

Buku buku literatur tentang ilmu arsitek dan sebuah laptop sudah tersusun rapi didalam ransel, juga beberapa lembar perkamen sudah terkemas apik dalam tabung pipa. Wonho sedang menata baju dalam koper. Lelaki pecinta kucing itu dibuat heran karna baju baju Hyungwon semuanya bermerk seperti baju yang ia pakai.

Begitu juga sepatunya, ia sempat menata sepatu sepatu si pemilik flat dalam kardus dan menemukan beberapa pasang sepatu bermerk. Wonho bertanya tanya dalam hati, jika baju dan sepatunya berlabel merk merk terkenal, lantas kenapa Hyungwon tidak mampu membayar sewa flat?

Padahal harga dua sepatu milik Hyungwon sebenarnya bisa membiayai sewa flat sebulan. Tapi Wonho memilih untuk menyimpan pertanyaan dalam hati, ia akan menginterogasinya nanti, saat pikiran Hyungwon lebih tenang.

Pukul 19.38 dua lelaki tampan itu sudah sampai di apartemen. Barang barang Hyungwon masih tergeletak di ruang tamu. Wonho menyuruh agar mandi dulu, sementara ia memesan ayam goreng di restoran cepat saji.

Suara meongan dibawah kakinya membuat Wonho ingat kalau dua kucing lucunya juga perlu makan. Maka ia menyeret kaki ke dapur untuk mendapatkan makanan kucing serta susu untuk Dongju dan Dodo.

Hyungwon selesai mandi, bertepatan dengan pesanan ayam goreng mereka datang. Sekotak Ayam goreng tertata diatas meja makan, mereka akan memakannya nanti setelah membereskan kamar tamu yang akhirnya berpenghuni. Apartemen Wonho memang bertype studio, tapi di dalamnya terdapat dua kamar tidur.

Satunya kamar Wonho dan satunya difungsikan sebagai kamar tamu, jika temannya datang menginap maka sang tuan rumah akan menawarkan kamar itu untuk di tiduri. Dodo dan Dongju duduk manis di lantai kamar, menyaksikan dua manusia yang mulai menata ruangan, ekornya bergoyang goyang seakan memberi ucapan selamat datang untuk penghuni baru unit ini.

7621 |  MONSTA X hyungwonhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang