Dan benar saja, firasat Hyungwon terjawab tepat didetik berikutnya. Wonho memagut semena mena bibir tebal sang kekasih, tanpa ada pemanasan seperti ciuman ciuman mereka sebelumnya.
Amarah telah menuntun pasti untuk langsung menuju inti. Si dominan meraup kasar bibir atas dan bawah Hyungwon bergantian, seiring dengan merapatnya tubuh mereka berdua, tak meninggalkan celah barang sejengkal.
Sang submisif meronta tak terima, jemari panjangnya mencengkeram lengan kekar Wonho, berusaha mendorong menjauh karna rasa sesak mulai merasuki sekujur tubuh.
“Wonho—Maaf—Won—Uhh“ gumam Hyungwon terputus putus, kewalahan meladeni bibir sialan Wonho.
Puas mempermainkan kedua belah bibir tebal Hyungwon, Wonho melepaskan ciumannya. Gurat kemarahan masih tersirat jelas lewat tatapan tajam yang ia lemparkan. Lantas arah pandang Wonho beralih ke bagian bibir, warnanya jadi lebih merah dan bengkak.
Hyungwon kira Wonho akan berhenti sampai disini, tapi ternyata lelaki dominan itu justru beralih menyerang area leher.
“Wonho!” pekik Hyungwon terkejut saat merasakan ujung lidah mulai menjilat tidak sopan lehernya.
Bukan berhenti setelah mendengar pekikan korbannya, Wonho malah semakin gencar. Seusai menjilat dia memberi kecupan kecupan kecil. Baiklah, Hyungwon bisa terima jika kecupan kecupan itu tidak meninggalkan bekas, sayangnya Wonho kelihatan sedang ingin meninggalkan bekas.
“Wonho! Astaga! Uhh— Won—berhenti—aku harus—uhh—bertemu dosen hari ini—“ Hyungwon berusaha menjelaskan, siapa tau lelaki yang dikuasai amarah ini berubah pikiran.
Tangan kurusnya juga berusaha mendorong bahu lebar Wonho, tapi usahanya sia sia saja. Urusan tenaga sudah jelas ia kalah telak.
“Ho—sayang—baiklah—ahh—jangan disana—“ mohon Hyungwon bercampur desahan.
Lelaki yang dianggap Wonho cantik itu sekarang sedang membuka dua kancing teratas piyamanya, meraih tangan Wonho disisi kepalanya agar membantu menurunkan piyama yang ia kenakan sebatas ketiak, “Sa—sayang—cium disini saja—kumohon—“ Hyungwon menginstruksikan Wonho untuk mencium sekitar collar bonenya, persis seperti pelacur.
Eh, bukankah Hyungwon dulu memang pelacur?
Sebenarnya bukan tanpa alasan Hyungwon menyuruh Wonho mencium disekitar sana. Ia hanya tidak ingin Wonho meninggalkan bekas kemerahan di tempat tempat yang mudah terlihat. Lagi pula sebentar lagi ia harus bertemu dosen untuk membicarakan tugas akhir. Hyungwon sudah muak dengan suasana kampus dan ingin cepat cepat lulus dari sana.
Wonho menurut, bibirnya turun menjelajah di bawah collar bone kekasihnya. Benar benar memberikan jejak kemerahan pada beberapa titik. Hyungwon menahan desahannya mati matian, menurut pengalamannya bersama majikan lama, desahan justru akan membuat pasanganmu tidak mau berhenti. Makanya Hyungwon lebih memilih menggigit bibir bawahnya dari pada Wonho semakin menjadi jadi.
Sampai Hyungwon melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 08.40.
“Wonho—aku minta maaf—aku menyesal—ahh—kumohon lepaskan—aku harus ke kampus—20 menit lagi uhh—“ pinta Hyungwon, nafasnya sudah mulai tersengal.
Mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah pilihan terbaik menurutnya, meskipun Wonho bertingkah seakan menulikan pendengaran atas permintaan Hyungwon.
“Lepaskan aku breng—“ emosi lelaki cantik itu mulai memuncak, namun memaki Wonho pun tidak akan membuatnya luluh, “Sayang— aku harus ke—kampus—“ ia mengganti kata makiannya dengan kata sayang, “Demi masa depanku uhh—“ Hyungwon tiba tiba menangis saat menyadari bahwa ia tidak punya waktu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
7621 | MONSTA X hyungwonho
Fanfiction[COMPLETED] wonho si pengidap narcolepsy memutuskan untuk memungut seseorang yang sedang menangis tersedu sedu di bilik mesin ATM.