Hyungwon panik. Wonho tiba tiba pingsan jelas bukan sesuatu yang bagus, dan apa itu penyakit narcolepsy? Jari jari panjang Hyungwon menepuk nepuk pelan pipi Wonho, berharap agar kesadaran segera kembali menguasai tubuh sang tuan baik hatinya.
Tidak! Tidak! ia tidak boleh panik. Sebagai pembuktian pertama, Hyungwon meletakkan jari telunjuknya di depan lubang hidung Wonho. Hyungwon bernafas lega setelahnya, ketika mengetahui masih ada nafas keluar naik turun dari sana. Si jangkung mengusap dada penuh syukur, setidaknya Wonho tidak mati.
Untuk memastikan sekali lagi, Hyungwon menempelkan telinga di dada sebelah kiri Wonho. Ritme detak jantungnya juga teratur, dan yang penting masih berdetak.
Kemudian ia berlalu mengambil selimut dari kamarnya dan memaikan pada tubuh kekar sang tuan rumah. Mungkin Wonho benar benar tertidur, pikir Hyungwon.
...
Mata bulat Hyungwon mengerjap selama beberapa detik, sebelum terkesiap karna terbangun dalam ruangan yang tak ia kenali. Sehelai selimut tersibak kasar, memperlihatkan tubuh terbalut t-shirt dan celana panjang miliknya.
“Dimana ini?” batin Hyungwon panik.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Hyungwon menepuk dahinya sendiri setelah menyadari sesuatu. Oh, benar ini rumah Wonho. Lelaki asing baik hati yang mau berbagi tempat tinggal secara sukarela. Hyungwon melirik jam dinding, pukul 10.12. Kasur nyaman ini benar benar membuatnya tidur nyenyak semalam.
Meja makan adalah tujuan utama si penghuni baru setelah mandi. Lelaki itu menemukan sebungkus rokok, serta sebuah sticky note berisi tulisan tangan Wonho.
Di sana tertulis bahwa Wonho akan pulang sebelum jam makan siang, dan untuk sarapan Hyungwon bisa makan roti gandum atau memanaskan kimchi di kulkas. Hyungwon tentu lebih memilih roti gandum, toh sebentar lagi Wonho akan pulang.
Suara pintu terbuka membuat atensi Hyungwon berpindah, si pemilik unit sudah pulang. Lelaki berparas bak kelinci itu hanya membawa ransel, dengan ujung kemeja biru muda terselip di dalam celana bahan.
Alis Hyungwon bertaut samar, mendapati penampilan Wonho. Sebenarnya dari mana dia? Dan apa pekerjaannya?
Hyungwon sama sekali tak bisa mengalihkan pandangan, irisnya terus memperhatikan gerak gerik Wonho tanpa ada niatan menyapa atau sekedar mengucapkan selamat datang.
Di sisi lain, Wonho sebenarnya sudah tau jika Hyungwon sedang menatap lekat padanya. Diam diam senyum tipis menyelip pada bibir semerah buah cherry tersebut, berbagai rencana untuk membuat Hyungwon kesal sudah tersusun dalam otaknya.
Serta merta ia sengaja mengambil tempat di sebelah Hyungwon, lalu melepas ransel dan meletakkan dibawah kakinya. Tangan Wonho terjulur ke meja untuk mendapatkan sebungkus rokok yang tadi ia tinggalkan untuk Hyungwon.
Iris mata Hyungwon sempat mencuri curi pandang ke arah Wonho, sebelum memekik panik, “Astaga! ada apa dengan bajumu?”
Bagaimana Hyungwon tidak terkejut? Kemeja biru yang Wonho kenakan ternyata terdapat beberapa gores sobekan –atau cakaran- bersamayam tepat di bagian punggung.
Hyungwon semakin dibuat penasaran oleh lelaki bernama Shin Wonho ini. Sedangkan Wonho, ia malah sibuk menghisap rokok seperti tidak terjadi apa apa.
“Aku dicakar beruang” akhirnya Wonho menjawab, setelah jeda beberapa detik akibat berjibaku bersama rokoknya.
Wonho menjawab ringan, seringan kapas. Detik berikutnya ia meniupkan kepulan asap mulut. Ia barusan menjawab seolah ia baru saja dicakar kucing alih alih beruang. Padahal lilitan perban juga sudah bertengger di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
7621 | MONSTA X hyungwonho
Fanfiction[COMPLETED] wonho si pengidap narcolepsy memutuskan untuk memungut seseorang yang sedang menangis tersedu sedu di bilik mesin ATM.