.
.
.
.
.
[Mohon dibaca dengan pelan dan jangan loncat-loncat kayak kutu loncat ye? Masih panjang ternyata untuk sampai ke konflik Jennie. Sabar ya]
Kim Doyoung terdiam didepan ruangan bertuliskan ICU pada bagian atas pintunya. Tangannya menekan tombol pada ponselnya mengakhiri panggilan dengan seseorang dari antara staf keluarganya, atau lebih tepatnya asisten ayahnya.
Pikirannya bergejolak memikirkan banyak hal, yang semua porosnya berpusat pada adiknya Lisa. Kakinya melangkah ke salah satu sisi lorong itu, lalu bersender disana sambil memejamkan matanya.
Semuanya tidak benar-benar terkendali. Doyoung sadar hal itu. Termasuk kondisi Lisa yang entah kapan saja bisa ...
"Semua sudah siap?" kedua matanya terbuka, menatap sosok pria berumur didepannya. Kepalanya menganguk kecil sambil menegakan posisinya berdiri, tidak lagi bersender pada dinding itu.
"Hmm, tinggal menunggu tim dokter dari sana tiba dan mereka langsung berangkat" Mr. Kim menatap tenang Doyoung.
"Apa ada lagi yang bisa kita lakukan?" tanya pria tua itu tenang. Doyoung menatap ayahnya dalam diam dan kembali menggeleng.
"Sejauh ini, hanya ini. Selanjutnya kita menunggu dari Jaehyun. Sekarang Lisa adalah tanggung jawabnya, semua keputusan atas Lisa ada padanya. Kita tetap harus menghormati itu" pria tua itu menganguk.
"Aku mengerti nak"
Keduanya lantas terdiam tanpa suara. Meski berdiri bersama-sama, keadaan yang berlaku membuat pemikiran keduanya membawa jiwa dan fokus mereka ke arah yang berbeda.
Mr. Kim tidak berfokus pada Doyoung dan sebaliknya. Doyoung tidak tahu apa yang dipikirkan Mr. Kim dan sebaliknya.
"Lalu, bagaimana dengan nona Park?" lamunan Doyoung terpecah. Atensinya berpusat pada ayahnya sapam kebisuan yang panjang.
Mr.Kim tidak lantas mengakhiri suasana bisu itu dengan terburu-buru, memberi waktu lebih banyak pada Kim Doyoung untuk bisa menjawab pertanyaannya.
"Tentang apa?" benar saja, karna setelah itu suara Kim Doyoung kembali terdengar.
Kening Mr. Kim mengerut, sedikit bingung dengan jawaban Kim Doyoung yang justru melempar balik pertanyaan padanya.
"Appa ingin aku menjawab apa tentang Park Chaeyoung?" tanya Doyoung dengan suara tenang dan pelan. Kepalanya menoleh, tidak lagi menatap ayahnya melainkan menatap pintu ruang ICU disisi kanannya.
Mr. Kim menatap tenang Doyoung. Meski respon yang didapatkannya tidak persis seperti yang diinginkannya, tapi Mr. Kim tahu Doyoung mengerti kemana arah pembicaraan ini berujung. Seperti sebelum-sebelumnya.
Kepala pria tua itu menunduk.
"Aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang letak kekeliruanku. Aku mengaku aku sangat salah dalam menilainya. Aku harap kau juga bisa segera melangsungkan pernikahanmu dengannya" Mr. Kim mengangkat kepalanya, sudah menduga respon Kim Doyoung untuknya.
Tentu saja, Kim Doyoung menoleh menatap Mr. Kim sesuai dugaan pria tua itu.
"Maksud appa?" Mr. Kim tersenyum tipis, sangat tipis dengan tenang. Kedua tangannya saling bertaut dibelakang tubuhnya, dan bola mata kelamnya terpaku menatap wajah Kim Doyoung.
"Usiamu tidak selamanya muda. Dan nona Park adalah wanita yang sangat cantik, tangguh dan pasti banyak yang mengejar-ngejarnya"
Keadaan tidak cukup tenang untuk pembicaraan seperti ini. Tapi kondisi Lalisa dan semua yang baru saja terjadi pada gadis itu, membuat mata Mr. Kim terbuka untuk memahami banyak hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON GOING]UNTITLED |21+| (NCT-BLACKPINK)
Fanfic©📸 @watermeloff (WP) Terinspirasi dari drakor A Gentleman's Dignity Latar belakang cerita mungkin sama, tapi isi ceritanya akan berbeda