.
.
.
.
.
[Budayakan meninggalkan komentar ya serta ingat juga vote PLEASE!]
Lisa terdiam dan terus menatap Rose, hingga wanita itu melepas earphone dan kembali menulis.
"Eonni" Roseana mengangkat wajahnya menatap Lisa.
"Hei, apa aku mengganggu tidurmu" tanyanya. Pergerakan tangannya terhenti dari kegiatannya menulis.
Lisa tersenyum tipis dan menggeleng.
"Tidak" Rose tersenyum.
"Syukurlah" gunamnya dan kembali sibuk dengan catatannya. Lisa mengambil ponselnya untuk melihat jam.
"Kenapa eonni tidak membangunkanku?" tanya Lisa saat dilihatnya waktu diponselnya menunjukan pukul sembilan.
"Kita sedang berlibur diluar Korea, jadi kau tidak perlu bangun pagi" ujar Rose tanpa menatap Lisa. Mungkin Rose tengah menulis partitur nadanya, tapi Lisa bisa melihat sorot bereda dimata wanita itu.
"Apa yang eonni lakukan?" ujarnya sambil bangkit berdiri dari ranjang. Kakinya melangkah pasti ke arah Rose.
"Eoh, aku merevisi lagu untuk artis baru diperusahaan" jawabnya tanpa menatap Lisa.
"Lagunya terdengar indah" Rose mendongak menatap Lisa dan tersenyum.
"Tapi liriknya menyayat" senyuman Rose perlahan luntur dan kepalanya kembali menunduk tanpa kata.
Lisa menyesal, tidak seharusnya dia terlalu jujur seperti itu. Terlebih ekspresi wanita itu benar-benar suram sekarang.
Lisa menjilat bibir bawahnya.
"Eonni aku lapar" matanya menatap Rose yang masih sibuk menulis.
"Kau mandilah lebih dulu baru makan. Makanannya aku taruh diatas meja kerja" jawabnya tanpa menatap Lisa. Lisa merasa benar-benar buruk sekarang.
"Hmm" gunam Lisa bangkit dari duduknya. Lisa tahu kalaupun memaksa melanjutkan obrolan mereka akan berakhir satu pihak karna mood wanita itu sudah rusak.
"Lisa" langkah kaki Lisa tertahan saat secara ajaib Roseana memanggilnya setelah suasana aneh tadi.
"Eoh?" Rose menatap Lisa tenang dari posisinya duduk.
"Apa kau yakin ingin menemui pria Wang itu?" Lisa rasa setelah ini mood nya yang akan hancur. Lisa enggan membicarakan hal ini, meski memang ini tujuannya pulang ke Hongkong.
"Iya" gunam Lisa pelan. Rose menatap Lisa cukup lama sebelum bersuara.
"Apa kau akan memaksanya untuk kembali padamu?" Lisa menghelah nafasnya dan berbalik menghadap lurus pada Rose.
"Tenanglah eonni, aku tidak segila itu. Tapi jika terpaksa, mungkin ya" ujar Lisa sesantai mungkin sambil mengendik. Meski Lisa bisa merasakan degupan jantungnya yang semakin meningkat.
Rose menatap tenang Lisa sambil meletakan pena ditangsnnya, lalu melipat kedua tanganya.
"Aku hanya ingin kau ingat Lisa, disaat kau memintanya memilih waktu itu ... dia sudah membuat pilihan. Dan bahkan setelah kejadian itu dia tidak berusaha mencarimu dan malah melarikan diri kesini" Lisa merasa tertohok dengan perkataan wanita itu. Memang seperti itu kebenaranya, tapi Lisa tidak suka.
Lisa menjilat bibir bawahnya dan menatap yakin wanita yang berusia dua kali usianya itu.
"Eonni, aku tidak akan merubah keputusanku. Aku tidak ingin pertunangan kami berakhir begitu saja" ujar Lisa tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON GOING]UNTITLED |21+| (NCT-BLACKPINK)
Fiksi Penggemar©📸 @watermeloff (WP) Terinspirasi dari drakor A Gentleman's Dignity Latar belakang cerita mungkin sama, tapi isi ceritanya akan berbeda