Lele selalu berjaga-jaga setiap saat karena cowok gila itu. Dia selalu saja datang ke cafe-nya. Memesan kopi, duduk sambil menikmati kopi, dan diam menatap Lele yang sedang berada di meja barista secara terang-terangan. Dan tidak lupa mengingatkan jika sebentar lagi mereka benar benar akan menikah. Tatapannya yang mematikan seakan akan mengingatkan jika dia benar benar akan menjadi suaminya.
Hari ini Lele kecapekan. Dia tidak sanggup menjaga cafe dan membiarkan Leo menjaga cafe seorang diri. Bersyukur karna dia tidak akan bertemu cowo gila itu lagi.
Lele keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih menempel dikepala. Baju kebesaran membuat celana pendeknya tidak terlihat.
Merasa haus, Lele keluar dari kamarnya, namun sangat terkejut ketika melihat ada seseorang yang sangat dikenalinya sedang duduk di sofa ruang tamunya.
"KAMU?!"
Iqbaal mengangguk. Kemudian merubah posisi tidurnya jadi duduk. "Lo mandi tiga jam?"
"Ngapain kamu kesini?"
"Bukan bukan, maksudnya kenapa bisa disini?"
"Bukan!!!! Maksud aku kenapa bisa tau apartemen aku, kenapa bisa tau kunci apartemen aku?"
"Kamu psikopat?"
Iqbaal hanya diam menatapnya, "Siap-siap. Pergi sama gue malam ini!"
"Gak mau!"Lele berjalan kearah Iqbaal. Memberanikan diri untuk mendorong Iqbaal ke arah pintu keluar. Tapi dirinya kurang kuat untuk melakukan itu. "Keluar!"
Iqbaal tertawa kecil, tangannya menarik tangan Lele yang dari tadi memukulnya dengan pelan. Mendudukkan Lele di kursi dan mengurung Lele.
"Gue udah 3 jam disini. Kata adek lo, lo lagi gak enak badan. Itu alasan lo biar ga ketemu gue? Gak bisa, Alena. Kalo lo ga mau didatangin sama gue, harusnya lo kerja sama dulu sama adek lo. Kenapa dia mau mau aja ngasih tau apartemen lo sama passwordnya?"
"Ganti baju! Gue tunggu 10 menit. Kalo ga keluar, gue dobrak kamar lo."Iqbaal menjauh, membiarkan Lele pergi kemudian duduk di tempat itu ketika mendengar suara pintu kamar Lele tertutup dengan bunyi yang kencang.
Belum sampai 5 menit, Lele sudah keluar dengan dress selututnya. Tas selempang dan make up seadanya. Hanya lipstik dan bedak.
Iqbaal menarik tangan Lele, mereka berjalan seirama hingga sampai di parkiran. Iqbaal bahkan membuka pintu mobil untuk Lele.
Keadaan mobil hening. Hanya musik musik slow terdengar. Lele ga banyak bicara. Iqbaal pun sama. Semua tenggelam dalam keheningan, hingga mobil Iqbaal tiba di perkarangan rumah besar.
"Orang tua gue mau ketemu sama lo. Kalo ditanya, berapa lama kalian pacaran, bilang 2 tahun. Ngerti?"Iqbaal memaksa Lele untuk mengangguk.
"Ingat! Jangan menjawab pertanyaan kalau ga gue kodein."Lele mengangguk lagi.
Iqbaal mengacungkan jempolnya kemudian berganti dengan telunjuknya. Tanda sebuah ancaman.
Iqbaal turun kemudian sedikit berlari untuk membuka pintu mobil Lele. Iqbaal membuka pintu rumahnya, kemudian berjalan mencari Mama dan Papanya
"Hallo."Mama Iqbaal tersenyum menyambut kedatangan putranya bersama calon menantunya. Lele disambut dengan baik. Cipika cipiki dan pelukan hangat didapatkan oleh Lele.
"Ini yang namanya Alena? Cantik."Mama Iqbaal tersenyum manis. Kemudian menuntun Lele ke meja makan. "Mama udah penasaran sama calon menantu mama dari kemarin kemarin. Berapa minggu yang lalu, Iqbaal tiba tiba aja bilang mau nikah. Mama sampai kaget."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Should I Do?
RomanceIqbaal Ghianta, pria mapan yang sebenarnya belum siap menikah diusianya yang dibilang sudah pas. Karena sebuah kesalahan, sebagai pria yang diajarkan bertanggung jawab oleh orang tuanya, dengan sungguh-sungguh, Iqbaal mengucapkan janji suci dengan l...