Iqbaal berkali-kali mendengus melihat gambar yang dikirim Lele. Apa sih maksudnya? SIAPA SIH YANG BEGO?
"Kok kesel ya."
Tadi dia sangat excited menge-chat Lele, tapi bingung mengawali dengan apa, dan memang tujuannya juga ga ada, jadinya dia hanya iseng nge-spam Lele. Terus chat mereka berlanjut, Lele se-fast respon itu. Ketika Lele cuma read doang, Iqbaal jadi kesal.
Sekarang, Iqbaal yang tidak punya niatan sama sekali untuk balas chat Lele. Dia mendengus berkali-kali, kemudian keluar dari kantornya. Membiarkan handphonenya yang masih bergetar.
"Udah pada makan siang?" tanya Iqbaal ketika dia sudah berada di luar, berhadapan dengan karyawan-kartawannya.
"Udah bang." Iqbaal tidak suka dipanggil bapak. Lagian karyawannya juga masih pada muda-muda, anak-anak kuliahan semua.
Iqbaal hanya mengangguk, "Gue keluar bentar ya, tolong jagain toko."
Kerja dengan Iqbaal itu enak. Pakaian bebas yang penting sopan aja, lihat Iqbaal, cuma pakai kaos sama celana jeans doang. Terus, ngomongnya juga santai banget. Selow.
Iqbaal mengendarai mobil keluar dari area parkir mobilnya. Mengendarai mobil dengan santai hingga sampai di depan cafe Lele. Setelah memarkir mobilnya, Iqbaal masuk ke cafe, disambut dengan senyuman hangat Lele di meja barista. Iqbaal berjalan menghampiri Lele, menepuk kepala Lele pelan saat cewek itu sedang melepas apron nya.
"Tunggu sebentar ya." Iqbaal hanya mengangguk kecil, matanya mengikuti Lele hingga punggung cewek itu tertelan pintu. Tidak lama kemudian Lele keluar dengan tas kecilnya. Lele itu imut ya. Perutnya sudah membesar, dia pakai floral dress saat ini. Terlihat seperti anak kecil yang sedang mengandung.
*
Lele diam duduk di sebuah kursi tunggu. Matanya terus menghela nafas sangking capeknya berjalan daritadi. Bayi di dalam perutnya terasa berat sekali saat mereka mengelilingi mall hari ini. Selesai makan, Iqbaal menariknya ke tempat ini. Salah satu toko baju. Kemudian menyuruh Lele memilih beberapa baju untuk ibu hamil.
Tak lama kemudian, Iqbaal datang dengan paper bag berisi baju ditangannya. Lele sedang menunggu Iqbaal membayar. Tangan Lele terangkat ke arah Iqbaal saat Iqbaal sudah sampai dihadapannya, minta bantuan untuk berdiri. Iqbaal membantu, kemudian mereka berdua berjalan keluar dari toko.
"Mumpung di mall, boleh ke gramedia bentar ga?" Iqbaal mengernyit, tapi mengangguk.
"Mau ngapain?"
"Cari buku referensi, sebelum melahirkan aku mau sidang, biar cepet."
Iqbaal mengangguk.
Mereka memasuki toko buku dan berpencar, Lele mencari buku untuk kampusnya, Iqbaal entah kemana.
Iqbaal berdiri mengambil sebuah buku, membaca sinopsisnya lalu mengembalikan buku itu. Terus seperti itu sampai dirasanya menarik. Buku yang dipegangnya saat ini membuat Iqbaal terkekeh geli. Dan secara bersamaan, bahunya ditepuk dari belakang.
Iqbaal menoleh menatap Lele yang sedang memegang tiga buku. "Mau beli ini."
Iqbaal mengambil buku-buku ditangan Lele dengan tangan kirinya. Menatap buku ditangan kanannya kemudian memberikan kepada Lele sambil melangkah ke kasir.
Lele mengernyit, dia membaca judulnya. Buku ini, kenapa mendadak membuat wajah Lele panas.
Setelah itu, Lele memilih melanjutkan langkahnya ke kasir menyusul Iqbaal. Dia memberi buku itu kepada Iqbaal yang masih mengantri.
"Aku beli buku ini."
Iqbaal menaikkan alisnya, dia mengambil buku di tangan Lele, menggabungkan ke buku-buku yang akan dibayarnya.
***Lele duduk di halaman belakang sambil membaca buku yang dibelinya tadi. Buku pilihan Iqbaal. Laptop disampingnya menyala menunjukkan ketikan untuk skripsinya. Dia baru saja membuka buku itu setelah menyelesaikan ketikan skripsinya sekitar 5 menit yang lalu. Karena besok rencananya dia akan konsultasi ke dosen pembimbingnya.
Wanita itu dengan rambut di cepol asal sedang menguap besar-besar. Menggaruk kepalanya sendiri kemudian meletakkan buku yang dipegangnya di meja, beralih mengambil laptopnya. Kembali melanjutkan dengan merevisi revisi kecil. Tapi dia berhenti, tersenyum kecil, "Iqbaal." gumamnya.
Lele kembali menatap laptopnya dengan fokus. Mengecek satu persatu halaman di laptopnya, sesekali menggaruk kepalanya, bingung. Beberapa menit kemudian, dia menutup laptopnya. "Selesai."
"Makasih mau nemenin mama ngerjain skirpsi." katanya sambil mengelus perut buncitnya itu. "Menurut kamu, papa kamu serius ga nikah sama mama?" Dia sedikit membungkuk untuk menempelkan telinganya diperut walaupun tidak akan bisa.
"Ah masa sih? Tapi mama juga mikirnya gitu sih."
"Kemarin papa kamu cium mama." kata Lele, dia terkikik sendiri sambil memegang bibirnya.
"Itu ciuman teromantis mama tau."
"Terus tadi pagi juga papa kamu nyium mama." Kali ini Lele terkekeh geli.
"Kamu tau apa yang buat mama makin yakin? Papa kamu ternyata sepeduli itu sama mama, dia beliin mama baju hamil."
Lele tergelak, dia mengelus perutnya. "Papa kamu akhir-akhir ini beneren bikin mama berbunga-bunga."
"Udah ganteng, baik, sopan, peduli, aduh pokoknya banyak banget deh plus plus nya."
Setelah itu, Lele mengangkat wajahnya dan terkejut. Melihat Iqbaal berdiri di hadapannya dengan wajah yang tanpa ekspresi.
"Bikin kaget aja." Lele mendengus. Dia memegang jantungnya yang berdebar karena kaget barusan.
"Sejak kapan disini?"
"Barusan." ucap Iqbaal.
"Oh." Lele mengerjap.
"Ngomongin siapa lo?" tanya Iqbaal.
"Ganteng, sopan, banyak plus-plus nya?" Kepalanya masih menunduk untuk melihat Lele yang sekarang juga masih mendongak menatapnya.
"Kamu."
Sepolos itu Lele. Membuat Iqbaal hampir kejang-kejang.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Should I Do?
RomanceIqbaal Ghianta, pria mapan yang sebenarnya belum siap menikah diusianya yang dibilang sudah pas. Karena sebuah kesalahan, sebagai pria yang diajarkan bertanggung jawab oleh orang tuanya, dengan sungguh-sungguh, Iqbaal mengucapkan janji suci dengan l...