SELAMAT MALAM TEMAN-TEMAN. SELAMAT MEMBACA. MAAFKAN JIKA MAKIN GARING🙃🙃🙃...
***
Iqbaal menghela nafasnya. Menatap satu persatu teman-temannya yang sedang sibuk di ruang tamu dari bar dapur. Ga banyak. Hanya 4 orang. Mereka semua cowo. Temen kompaknya Iqbaal, ketemu di kuliah, sampai sekarang masih berteman baik.
Iqbaal tidak bodoh untuk mengetahui alasan mereka datang kesini. Bukan mau main lihat dia, bukan. Tapi, mau mengenal Lele lebih jauh. Karena, teman-teman Iqbaal, gila cewek semua. Iqbaal ga mau kenalin Lele sama cowok lain. Cuma dia aja yang boleh kenal Lele. Gawat kan kalau orang-orang tau sifat baik Lele, bisa-bisa langsung jatuh cinta mereka. Eh, kok kesannya gue posesif amat sih.
Tak lama punggungnya ditepuk, "Kamu kok ga gabung sama temen kamu?"
Iqbaal menggeleng, dia berdeham karna sedikit kaget. Tanpa menoleh, dia merasa Lele duduk disebelahnya. "Males."Jawabnya.
"Kok gitu sih?"
Iqbaal menoleh, menatap Lele yang juga sedang menatapnya, Lele apa tidak pernah merasa terintimidasi dengan tatapannya? Omong-omong tadi gadis itu izin mandi setelah berkenalan dengan semua temen-temen Iqbaal. Sekarang sudah rapi dengan baju yang lebih rapi dari pada yang tadi.
Iqbaal turun dari tempat duduknya. "Kok pergi sih. Aku baru juga duduk."Lele mengikuti Iqbaal.
Iqbaal duduk di sofa, "Pada ngapain sih kesini."Tanya Iqbaal.
"Syukuran."Jawab salah satu nya, dia Fadel. Mulutnya ember, pedas lagi, kayak pabrik seblak. Jawaban Fadel membuat Iqbaal memutar bola matanya. Iqbaal celingak-celinguk mencari Lele, lagi duduk di seberang ternyata. Lagi ngomong sama Terry, ada tuh temen Iqbaal yang lebih kalem, tapi kalau tentang cewe cepet banget udah kayak lintah. Semua cewe ditempelin.
"Ter, gue tabok lo sumpah."Iqbaal memberi peringatan, Terry menoleh, kemudian tertawa ngakak, "Tau ga sih ternyata Lele ini dulu adik kelas gue di SMP."
"Pantes tadi kayak ga asing."Kata Terry lagi. Iqbaal berdiri, meraih tangan Lele lalu mendudukkan Lele disampingnya. "Ngomong dari sini aja."
"Posesif amat lo, kayak anak SMA baru pacaran aja."Ungkap Fadel, dia melempar kulit kacang yang isinya sudah dimakan. "Tau. Kenapa sih!"Raka ikut-ikutan. Padahal sebelumnya, Iqbaal lihat dia lagi tidur di karpet bawah.
"Lah itu muka si Terry kelihatan berbunga-bunga begitu ngomong sama istri gue."Kata Iqbaal, dia menunjuk wajah Terry dengan dagunya. Semua teman-temannya menoleh melihat Terry kemudian kembali menatap Iqbaal yang mungkin terlihat sedikit emosi.
"Pale lu berbunga. Sejak kapan juga bunga bisa numbuh di muka."Ucap Fadel. "Au. Ga jelas banget si Iqbaal, kenapa dah?!"Terry menanggapi sambil tertawa.
"Iya kan, Len?"Tanya Fadel sambil tersenyum manis sekali. Iqbaal sampai muak melihatnya.
Lele hanya mengangguk sambil tersenyum juga. Padahal dia ga ngerti mereka bahas apa, iya-iya aja.
Kurang ajar banget kan mereka.
"Btw, kita punya kejutan nih buat lo."Alwi berdiri dari tempatnya. "Rak rak, bangun lo buruan."Kata Alwi lagi sambil menendang kaki Raka.
"Apaan sih bego."Raka mendengus, Dia berdiri tapi.
"Kejutan apaan?"
"Eh Ter, mana tadi hadiahnya?"Tanya Alwi pada Terry. "Bukan sama gue, sama Fadel tadi."
"Ketinggalan di mobil."Fadel berdiri malas, dia berjalan menuju mobilnya.
"Kejutan apaan sih."Tanya Iqbaal lagi. Lele daritadi masih diam. Duduk anteng disamping Iqbaal. Memperhatikan teman-teman Iqbaal yang kadang suka lupa namanya. Cuma Terry saja yang jelas-jelas diingatnya. Karena Terry emang pernah berjaya pada masa SMP nya, mungkin wajah gantengnya itu mendukung.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Should I Do?
RomanceIqbaal Ghianta, pria mapan yang sebenarnya belum siap menikah diusianya yang dibilang sudah pas. Karena sebuah kesalahan, sebagai pria yang diajarkan bertanggung jawab oleh orang tuanya, dengan sungguh-sungguh, Iqbaal mengucapkan janji suci dengan l...