Iqbaal diam duduk manis di samping Lele yang sedang menangis. Di samping Lele ada Mama yang sedang mengelus punggungnya untuk menenangkan. Di kursi seberang ada Papa dan Leo yang juga sedang bingung melakukan apa.
Mereka sedang di ruang tengah sekarang.
Tadi sepulang dari rumah sakit, Iqbaal langsung menghubungi semua keluarga untuk datang ke rumah. Mama yang sedang di rumah, Papa yang sedang bekerja, dan Leo yang baru saja akan membuat kopi untuk pelanggannya.
Tidak perduli dengan alasan yang mereka berikan, Iqbaal tetap keras kepala dan menyuruh mereka semua untuk datang. Ditambah Lele yang diam-diam menangis di mobil. Iya, yang didapatkan dari dokter kabar buruk.
Iqbaal menghela nafasnya lagi, dia bersandar pada sofa. Matanya kesana kemari untuk melihat kegiatan yang Papa dan Leo lakukan. Mereka diam seperti orang bodoh. Iya, sama kayak dia juga. Bingung harus melakukan apa.
"Aku ga mau kalau dia di gugurin."
"Iya, Le. Mama ngerti." ucap Mama. Sedikit menarik nafasnya. "Tapi kamu juga harus mikirin kondisi kamu juga."
"Aku kuat kok, Ma."
Iqbaal berjengit merasakan cenat-cenut di pinggangnya, dia meringis sambil menoleh untuk melihat pelakunya. "Bujuk, Baal." kata Mama tanpa suara.
"Udahlah Le, jangan nangis terus, kita kan masih punya dua kalau satunya harus digugurin." tapi yang didapatkan Iqbaal malah cubitan lagi di pinggangnya.
"Ma." Iqbaal mendengus.
Kata dokter, Lele hamil kembar tiga. Iqbaal juga kaget tadi dengarnya. Pantes aja perut Lele di usia kandungan yang 4 bulan, bisa sebesar itu. Tapi sayang, yang satunya lagi, harus digugurin karena terlalu kecil. Kalau tetap dibiarin, kasihan sama ibu dan anaknya. Anak yang kecil itu besar kemungkinan bakalan cacat atau bahayanya mungkin di si ibu. Iya, gitu kata dokter yang Iqbaal dengar tadi. Iqbaal sampai bingung sendiri harus bilang apa ke dokter tadi.
Tapi, ibu mana sih yang mau anaknya digugurin? Walaupun iya mereka dapet tiga anak kembar.
Lele sudah bersikeras untuk mempertahankan bayinya tadi. Dia secara tidak sadar sudah membentak dokter yang menyarankan untuk menggugurkan satu bayinya. Beruntung ada Iqbaal, membantu menenangkan.
Iqbaal menghela nafasnya, dia menatap Lele yang masih terisak. "Le, kasihan di lo nya juga. Gimana kalau nanti ada apa-apa sama lo?"
"Aku kuat, Baal."
"Iya tapi kita yang ga kuat rawat 3 bayi." celetuk Iqbaal, dan dia lagi-lagi mendapatkan cubitan di pinggang dari Mama.
"Ma!" Iqbaal mendengus, dia bergeser sedikit menjauh dari jangkauan Mama. Berarti juga manjauh dari Lele.
"Coba deh pikir, Ma. Beli susu, beli baju, beli mainan, belum lagi sekolahinnya. Kalau dua aku masih gapapa, Ma. Lah ini tiga sekaligus? Jual rumah nih aku. Iya kan, Pa?" Iqbaal menghadap ke Papa, untuk mencari pembelaan.
"Ya ga gitu jugalah, Baal. Kamu itu harusnya sudah harus siap nerima resikonya. Beruntung kamu dapat anak kembar." ungkap Papa.
Iqbaal menatap sinis Papa nya, tidak setuju karena argumennya di tolak.
"Yo, temenin gue, Yo." Iqbaal berdiri.
"Kemana bang?"
"Main PS."
"Asik." Leo berdiri dengan semangat, dia pergi mengikuti Iqbaal yang baru saja akan jongkok untuk menarik PS nya.
"Iya gapapa, main aja PS. Kita cari suami baru untuk kamu ya, Le."
"Ma! Aku mau cari makan buat Lele, dia belum makan dari pagi." Iqbaal kembali berdiri dan berjalan menuju pintu keluar, tidak lupa menarik Leo untuk ikut bersamanya.
"Kita main PS nya tar-an aja ya." Iqbaal mengeluarkan kunci mobil dari saku-nya. Melempar kunci mobilnya ke Leo yang refleks ditangkap oleh Leo. Kemudian Iqbaal masuk di kursi penumpang yang di sebelah pengemudi.
"Masa diancem gitu doang lo takut, bang." Leo bersuara, terdengar menyebalkan untuk Iqbaal. Ketika didengarnya Iqbaal mendengus, Leo terkikik sambil menjalankan mobil.
"Bukan takut bego."
"Terus apa?"
"Nyokap gue kalau ngomong suka serius. Serem aja gue dengernya."
**
MAAF YA TIDAK MUNCUL BEBERAPA HARI KEMARIN. LAGI SIBUK NGURUSIN MABA SAYA TUH:')
KAMU SEDANG MEMBACA
What Should I Do?
RomanceIqbaal Ghianta, pria mapan yang sebenarnya belum siap menikah diusianya yang dibilang sudah pas. Karena sebuah kesalahan, sebagai pria yang diajarkan bertanggung jawab oleh orang tuanya, dengan sungguh-sungguh, Iqbaal mengucapkan janji suci dengan l...