***
Iqbaal tiba dirumah kira-kira pukul 8 malam. Masuk kerumah kemudian memilih duduk di sofa. Hari ini terlalu banyak pekerjaan. Terlalu lelah rasanya. Pria itu menyandarkan punggungnya di sofa, kepalanya menengadah menatap ke langit-langit rumah. Tak lama, matanya terpejam.
Ketika mendengar suara langkah kaki dari tangga, Iqbaal menoleh dengan cepat. Ada Lele, lagi turun sambil megang buku ditangannya. Iqbaal mengernyit ketika Lele tidak menyadari keberadaannya, karena wanita itu seenaknya langsung pergi menuju dapur. Iqbaal bangkut berdiri, berjalan mengikuti Lele ke dapur. Entah ngapain.
Lele duduk di kursi bar. Sudah ada laptop ternyata disana. Berarti mungkin, Lele sudah lama disini. Mengerjakan skripsi pasti.
Karena bosan di belakang Lele terus menunggu kesadaran wanita itu. Iqbaal mengacak-acak rambut Lele dari belakang.
"Anjir."
Iqbaal memberhentikan kegiatannya ketika mendengar umpatan Lele. Berjalan ke samping untuk melihat Lele. "Ngomong apa tadi?" tanya Iqbaal, tapi matanya memicing.
"Eh, Baal. Hehe." Lele memilih kembali melihat laptopnya. Tapi tidak dibiarkan begitu saja oleh Iqbaal karena ketika Lele akan bergerak untuk mengubah posisinya Iqbaal kembali menahan lengan Lele membuat wanita itu kembali melihat Iqbaal.
"Udah pulang kamu ya? Kok ga ada suara sih." kata Lele lagi, senyumannya tampak canggung.
"Ngomong apa lo tadi?"
"Ha?"
Iqbaal menjepit bibir Lele dengan tangannya, Menarik bibir Lele membuat wanita itu memukul pelan tangan Iqbaal agar pria itu melepaskan tangannya.
Saat Iqbaal melepaskan tangannya dari bibir Lele, Iqbaal menyentil bibir Lele pelan. "Dasar jelek." kata Iqbaal sebelum pergi dari hadapan Lele.
"Apa?!" Mata Lele sudah memicing ke arah Iqbaal.
"Jelek." jawab Iqbaal, dia menoleh hanya untuk melihat Lele dari tangga.
"Berani kamu ngatain aku?"
"Jelek!"
"Emang."
Lele mendengus kencang ketika tau Iqbaal mengabaikannya. Mengumpat Iqbaal berkali-kali sambil mengetik sesuatu dilaptopnya. Matanya memicing sekali kali ke arah tangga, mewanti-wanti ketika Iqbaal akan datang lagi.
"Mama doain kamu ga mirip sama papa kamu ya. Papa kamu jelek banget soalnya." kata Lele sambil menunduk untuk melihat perutnya sendiri.
"Mama ralat yang kemarin ya. Papa kamu itu jelek, banyak gaya, sok ganteng. Benci mama tuh sama papa kamu."
*
"Le!"
"Le!"
Iqbaal turun ke bawah dari kamarnya karena setelah Iqbaal mandi, dia tidak menemukan Lele di kamar. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Tidak ada sahutan dari Lele.
Iqbaal melangkah ke tempat dia meninggalkan Lele terakhir kali, lah tidak ada juga. Hanya ada laptop dan buku-bukunya saja.
Iqbaal panik.
Dia mencari Lele ke segala arah. Dapur tidak ada, ruang tengah tidak ada, halaman belakang tidak ada, bahkan Iqbaal sampai naik ke atas untuk memastikan sekali lagi. Tidak ada juga.
Iqbaal kembali turun ke bawah, "Le!"
"Apa?" ada Lele disana, di dekat pintu membawa beberapa kantong makanan entah dari mana. Ekspresinya yang watados itu benar-benar membuat Iqbaal ingin menabok Lele sekarang.
"Dari mana aja sih."
"Ambil makanan buat kamu." Lele menutup pintu karena tadi sempat tertunda untuk bertatapan dengan Iqbaal. Kemudian melangkah maju mendekat. Memberikan dua kantong plastik berisikan paper bag-nya mcd. Yang diambil oleh Iqbaal
"Gue ga minta."
Lele berdecak, menoleh ke arah Iqbaal, "Yauda sini." dia akan mengambil lagi makanannya tapi diangkat tinggi oleh Iqbaal membuat Lele sedikit loncat-loncat untuk meraih paper bag di tangannya itu.
"Sini nggak."
Kali ini Iqbaal yang berdecak, "Apaan sih. Ga malu sama anak? Liat tuh anaknya." tapi tangan Iqbaal masih terangkat di atas.
"Ya makanya sini." Lele sudah berhenti loncat-loncat. Dia hanya mengangkat wajahnya untuk melihat Iqbaal yang tinggi itu.
Iqbaal menurunkan tangannya, menunduk sedikit agar wajahnya berhadapan dengan wajah Lele. Dekat sekali.
"Apa?" tanya Lele.
Kok jadi berubah gugup gini, sih!
"Jelek." ucap Iqbaal kemudian pergi meninggalkan Lele. Wanita itu memberenggut kesal. Kakinya menyentak-nyentak di lantai. Iqbaal benar benar kurang ajar. Lele mengangkat tangannya untuk menyentuh wajahya. Emang dia sejelek itu? Emang dia jelek? Ih.
Lele berjalan menghampiri Iqbaal ke dapur dan langsung duduk di kursi, masih dengan wajah kesalnya tadi. Matanya melihat Iqbaal yang sedang berjalan ke arahnya meletakkan dua piring. Kemudian melangkah lagi ke kulkas, dan kembali ke meja dengan air putih di tangannya. Duduk di samping Lele.
Iqbaal mengeluarkan semua isi di paper bag. "Ini kebanyakan, bego!" matanya menatap Lele malas.
"Siapa yang mau makan burger sebanyak ini?"
Lele menunjuk dirinya sendiri sebelum membuka bungkus burger. Setelah menggigit satu gigitan, Lele mengambil satu plastik yang dibuka Iqbaal. "Kamu makan ini." Lele mengeluarkan paketan nasi dari paper bag itu.
"Lo beli berapa burgernya?"
Lele mengangkat kesepuluh jarinya.
"Eh buset."
"Ih, bayinya ini yang laper bukan aku."
"Alesan." jawab Iqbaal sambil membuka saos menggunakan giginya.
"Kamu kalau mau makan ya makan aja satu." Lele menyeret satu burger ke depan Iqbaal
Kemudian hening. Keduanya sibuk dengan makanannya masing-masing.
"Jel..." Tidak ada sahutan.
"Jel..." Tidak ada sahutan juga. Iqbaal iseng banget sih.
"Jel..."
"APAAN?! MAU BILANG JELEK, IYA?!EMANG!"
Iqbaal menoleh menatap Lele yang mukanya sudah memerah karena barusan berteriak ditelinga Iqbaal.
Terpaksa Iqbaal mengusap telinganya menggunakan lengannya. Seandainya tangannya ga jorok, dia sudah menarik bibir Lele mungkin.
"Enggak. Jelita."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
What Should I Do?
RomanceIqbaal Ghianta, pria mapan yang sebenarnya belum siap menikah diusianya yang dibilang sudah pas. Karena sebuah kesalahan, sebagai pria yang diajarkan bertanggung jawab oleh orang tuanya, dengan sungguh-sungguh, Iqbaal mengucapkan janji suci dengan l...