"Dokter bilang apa aja?"
Iqbaal duduk bersandar di kepala kasur, menatap Lele dari belakang.
Lele menoleh, sedikit menggerakkan tubuhnya untuk menghadap Iqbaal.
"Ga boleh berhubungan badan, rahim aku lemah. Takut keguguran." kata Lele.
Mereka sudah berpakaian sejak setengah jam yang lalu ketika Lele mengatakan hal yang cukup menyebalkan untuk Iqbaal.
Iqbaal menghela nafasnya, "Tapi lo gapapa kan?"
Lele mengangguk, "Gapapa. Ini mungkin karena hamil muda."
"Lo... baik-baik ya."
"Kenapa?"
"Jaga diri lo baik-baik sama bayinya."
"Iya. Emang kenapa?"
"Ya gapapa sih. Ingetin doang. Ga boleh?"
"Boleh sih, cuma aneh aja, tumben-tumbenan."
Iqbaal membenarkan posisinya menjadi tiduran. Dia memejamkan matanya, tapi tidak lama kemudian pria itu membuka matanya karena Lele tiba-tiba saja menempel ke tubuhnya. Wajah wanita itu tepat berada di dadanya.
Iqbaal berdecak, "Jauhan lo, ah."
"Gamau. Mau bobo deket-deket aja sama kamu." Tangan Lele bergerak memeluk pinggang Iqbaal.
"Lo kok jadi genit gini sih." Iqbaal menatap Lele geli, cewe itu kenapa sih?
"Le, gue gak bisa deket-deket."
Lele mendengus, "Kenapa sih! Jijik ya sama aku?"
Iqbaal meringis, hembusan nafas Lele yang menerpa dadanya. "Anjir." gumam Iqbaal tanpa bersuara.
"Bukan. Bukan jij—"
"Terus?!"
"Gue... Astaga." tangan Iqbaal yang daritadi diam mulai bergerak. Masuk ke dalam baju Lele dan mulai mengelus punggung Lele.
Lele hanya diam.
Iqbaal membalikkan tubuh Lele, kemudian memeluk Lele dari belakang. Tangannya menelusup ke perut Lele, naik ke atas kemudian ke bawah, meraba-raba semua yang ada di balik baju Lele. Bibir Iqbaal bergerak menciumi leher wanita itu. Ketika desahan Lele terdengar, Iqbaal semakin bergairah.
Tapi, tiba-tiba saja, Iqbaal berhenti.
"Baal!" Lele protes, dia berdecak. Tidak terima ketika permainan Iqbaal berhenti begitu saja. Apalagi ketika Iqbaal mengeluarkan tangannya dari baju Lele.
"Gue udah bilang tadi, gue ga bisa deket-deket sama lo."
"Ih!"
"Malah jadi gini kan."
"Ya gapapa lah, aku kan istri kamu."
"Masalahnya, gue ga bisa ngelakuin itu sekarang! Lo sendiri yang bilang kalo itu dilarang dokter." Iqbaal mengubah posisinya menjadi miring. Dia memunggungi Lele.
"Yaudah kalau gitu, peluk aku." Lele menarik satu tangan Iqbaal, memaksa Iqbaal agar kembali menghadapnya.
"Le!" Wajah Iqbaal terlihat frustasi. "Lo ga kasihan sama gue?"
Lele berdecak kesal, dia melepaskan tangan Iqbaal, "Aku cuma minta peluk. Kesel!" Wajahnya memberenggut, dia berbalik memunggungi Iqbaal.
"Kapan check up lagi?" Iqbaal kembali menghadap punggung Lele.
"Lusa."
"Tanyain ke dokternya kapan bisa begituan lagi." kata Iqbaal. Tangannya bergerak memainkan ujung rambut Lele.
"Gak."
Iqbaal tersenyum dari belakang. "Le."
"Cium dulu baru gue pel—-"
Iqbaal belum menyelesaikan kalimatnya, tapi kecupan sudah didapatkannya di bibir, bersamaan dengan tangan Lele yang sudah menelusup melewati lehernya.
***
"Jadi gimana dok?"
"Kamu kesininya sendirian lagi ya?" Lele mengangguk sambil meringis. Karena sebelumnya dokter ini selalu menyuruhnya membawa suami. "Suami saya sibuk dok."
"Telfon suami kamu sekarang. Ada kabar buruk yang ga bisa kamu dengar sendiri."
"Kabar buruk apa dok?" nada Lele terkesan memaksa. Dokter itu menghela nafasnya, "Telfon dulu suaminya. Suruh cepat dateng kesini."
Lele menggigit bibir bawahnya bersamaan dengan tangannya yang sudah memencet handphonenya. Terus nada datar terdengar cepat karena Iqbaal sudah mengangkat dari seberang sana.
*
Iqbaal berjalan di koridor rumah sakit dengan sedikit terburu-buru. Tadi Lele menelponnya dan menyuruhnya untuk datang cepat ke rumah sakit. Iqbaal jadi panik sendiri. Dia mengarahkan langkahnya ke ruangan yang Lele katakan tadi. Mudah sekali mendapatkannya.
Karena dia sudah menemukan Lele yang lagi duduk sendirian di kursi koridor. Iqbaal mempercepat langkahnya kemudian duduk di samping Lele.
"Ada apa?" tanyanya.
Lele menggeleng, "Dokter gamau kasih tau kalau kamu ga ada."
Iqbaal menaikkan alisnya, dia berdiri, tangannya terulur untuk membantu Lele berdiri juga. "Ayo." kata Iqbaal lagi karena uluran tangannya tidak di raih oleh Lele.
Lele menggeleng lagi, "Aku ga berani." Dia mendongak untuk menatap Iqbaal, matanya berkaca-kaca.
Iqbaal mengernyit, "Ada kabar buruk?"
Lele mengangguk, tangannya menepis air matanya yang mulai turun satu persatu. Iqbaal mendadak sesak nafas. Dia kembali duduk untuk memeluk Lele dari samping. Menenggelamkan wajah Lele di dadanya.
"Seandainya ya, seandainya, kalau bayi ini ga selamat gimana?"
Iqbaal diam tidak tau harus menjawab apa.
"Baal..."
"Hm?" Mata Iqbaal terpejam menghirup wangi rambut Lele.
"Kamu bakal tinggalin aku?"
Iqbaal menggeleng.
"Terus kalau ternyata rahim aku harus diangkat?"
Iqbaal tersenyum suram dengan matanya yang masih terpejam. "Jangan ngomong yang aneh-aneh." Tangannya meraih pipi Lele, kemudian menekan pipi Lele.
"Kamu bakal tinggalin aku?"
Iqbaal menghela nafasnya, dia menggeleng.
"Kamu mau janji sama aku?" Lele mendongak, sedikit bergerak untuk melonggarkan pelukan Iqbaal, kelingkingnya naik ke atas.
Iqbaal meraih kelingking Lele dengan kelingkingnya. "Aku bakalan seneng kalau kamu ga bohong."
"Gue ga pernah bohong."
"Aku egois ya?"
"Engga."
"Aku ga ngasih kamu anak dan ga bolehin kamu ninggalin aku."
Iqbaal berdecak, dia melepaskan pelukan mereka. Memaksa Lele agar menghadapnya. "Itu cuma asumsi lo doang kan? Bayi keguguran, rahim diangkat segala macam. Stop ngomong yang aneh-aneh, Le."
Tangan Iqbaal bergerak menyentuh perut Lele, "Kamu mau ngerasain tendangannya kan? Ngga ada. Daritadi aku udah megang perut, dia ga nendang-nendang." nada nya terdengar lesu sekali.
Iqbaal kikuk, bingung harus merespon apa, "Bayinya lagi ga mood soalnya mamanya juga lagi ga mood. Kalo lo seneng, dia juga bakalan nendang-nendang kok."
"Makanya ayo ke dokter." ajak Iqbaal.
Lele menggeleng, "Aku benar-benar ga siap."
"Le, percaya kan sama gue? Gue bakalan selalu ada buat lo. Gue kan udah janji."
"Yaudah." Tapi air matanya jatuh.
Iqbaal terkekeh kecil, dia bergerak menghapus air mata Lele.
"Ayo."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
What Should I Do?
RomanceIqbaal Ghianta, pria mapan yang sebenarnya belum siap menikah diusianya yang dibilang sudah pas. Karena sebuah kesalahan, sebagai pria yang diajarkan bertanggung jawab oleh orang tuanya, dengan sungguh-sungguh, Iqbaal mengucapkan janji suci dengan l...