13

1.6K 60 0
                                    

"Ma, pamit ya."

Mama mengangguk ketika Lele dan Iqbaal izin pulang. "Hati-hati." kata Mama sebelum mobil yang dikendarai Iqbaal melaju meninggalkan perkarangan rumah.

"Baal." Lele menggumam. Iqbaal menoleh sekilas, "Apa?"

"Ga jadi."

Iqbaal menoleh lagi melihat Lele yang sekarang sibuk memandangi jalanan sepi yang gelap. Karena sekarang sudah menunjukkan pukul 23.15.

Iqbaal kembali mengarahkan pandangannya ke depan, fokus menyetir, "Baal."

Iqbaal berdeham, "Kenapa?"

Lele sudah menoleh menatap Iqbaal, "Ga jadi deh." kata Lele kembali mengalihkan pandangannya ke jalanan.

Iqbaal berdecak, dia meminggirkan mobilnya dengan cepat. Menarik pelan tubuh Lele agar menghadap ke arahnya. "Kenapa?"

Lele menarik nafasnya, menggigit bibirnya sendiri, penuh keraguan, "Kamu sayang sama aku gak?" tanyanya pelan. Dia sedikit meringis ketika melihat wajah datar Iqbaal.

Tentang ucapan terakhir Iqbaal di kamar Mama tadi, yang secara tidak langsung meng-iya-kan ucapan Lele tadi, sebenarnya sedikit mengganggu hati Lele. Sedikit banyak.

Setelah itu yang Lele rasakan mobil sudah jalan tanpa jawaban dari Iqbaal. Bahu Lele meringsut. Lele bahkan sudah tahu kalau Iqbaal hanya acting pura-pura peduli di depan Mama. Benar kan ternyata, Iqbaal itu sudah gila. Apa sih yang diharapkan dari Iqbaal sekarang? Berubah jadi cinta sama Lele? Berubah jadi sayang sama Lele?

Kenapa Lele kecewa tidak mendapatkan jawaban dari Iqbaal?

Pikiran Lele sudah terlalu jauh, terlalu jauh berharap agar Iqbaal mencintainya. Terlalu jauh berpikir kalau hatinya ternyata sudah jatuh pada Iqbaal.

Sampai Iqbaal sudah berhenti di depan gerbang rumah. Biasanya Iqbaal akan turun untuk membuka gerbang, tapi ternyata Iqbaal masih sibuk dengan handphonenya ketika Lele menoleh sekilas.

Lele melepaskan seatbelt nya, baru akan membuka pintu mobil, Iqbaal menarik lengannya agar tetap duduk lagi.

Dan tanpa sempat melihat Iqbaal lebih lama lagi, cowok itu sudah maju mencium bibir Lele pelan. Ketika Iqbaal sudah menjauhkan wajahnya, Lele menggigit bibir bawahnya, tidak bisa menahan senyumnya. Membuat Iqbaal tertawa. Itu lucu.

Tapi sedetik kemudian, bibir Lele sudah diserang lagi oleh Iqbaal.

**

"Makasih."

Iqbaal mengangguk kecil sambil memperhatikan Lele yang sekarang sedang membuka pintu mobil. Hari ini, seperti biasanya, Iqbaal mengantar Lele ke cafe untuk bekerja. Setiap Lele bilang makasih, dia akan langsung keluar tanpa senyum malu-malu seperti ini.

Lima detik kemudian, Lele belum juga turun dari mobil. Entah ada apa dengan wanita satu ini. Iqbaal masih menatap punggung Lele sekarang. Masih bertanya-tanya dalam hati.

Dan tiba-tiba, sangat tiba-tiba, bibir Iqbaal dicium. Hanya kecupan kecil, karena sebelum Iqbaal sadar dan akan menahan Lele untuk tetap tinggal menciumnya, wanita itu sudah keluar dari mobilnya. Sudah berada juga di depan pintu cafe. Selama apa Iqbaal kaget? Cukup lama.

Iqbaal tersenyum. Dia bahkan memukul setir mobilnya sangking senangnya. Apa-apaan ini? Balasan karena sudah menciumnya kemarin?

Tadi malam, Iqbaal dikejutkan oleh pertanyaan Lele yang tiba-tiba. Saat ingin menjawab, saat ingin bilang iya, Iqbaal seperti tidak bisa mengeluarkan suaranya, pada akhirnya, mobil itu berjalan tanpa Iqbaal sadari.

Kemarin mereka bahkan hampir kecelakaan nabrak trotoar karena Iqbaal selalu mencuri pandang ke arah Lele yang sepertinya sedang melamun. Sampai di depan rumah pun, Lele masih tidak sadar. Menyempatkan Iqbaal untuk searching di google. Bagaimana mengungkapkan cinta ke orang tanpa berbicara.

Apa yang bisa diharapkan dari seorang Iqbaal yang kaku dan tidak romantis ini?

Berharap Iqbaal akan memberikan kejutan romantis dengan menghias taman? Atau menari-nari didepan umum sambil mengungkapkan perasaannya? Jangankan semua itu, ngomong 'aku sayang kamu' saja, lidah Iqbaal seperti sudah putus.

Hah, Iqbaal meringis geli.

Sekarang apa Lele sudah mengerti dengan hatinya? Apa Lele bisa menerimanya yang kaku ini? Apa mereka bisa mengulang waktu? Bertemu, berkenalan, jatuh cinta, kencan, menikah, bikin anak, punya anak, dan hidup bahagia selamanya? Itu kedengaran lebih bagus kan. Daripada bertemu, bikin anak, menikah, punya anak, bahagia/tidak? Entahlah.

Siapa yang tahu takdir? Iqbaal yang bertemu dengan Lele tanpa sengaja. Iqbaal yang merenggut kebahagiaan Lele tanpa sengaja. Iqbaal yang sebentar lagi punya anak dari ketidaksengajaan itu, dan Iqbaal yang bahagia dari ketidaksengajaan itu.

"Baal, ga kerja?"

Iqbaal tersadar ketika pintu mobil terbuka. Ada Lele disana. "Kamu kenapa? Kok melamun?"

Iqbaal hanya menggeleng, dia menarik tangan Lele untuk masuk ke dalam mobilnya lagi. "Cium gue lagi dong."

"Hah?"

"Cium." Iqbaal memajukan wajahnya.

Ketika Lele meraih wajah Iqbaal, Iqbaal tersenyum sekilas dan Lele benar-benar mencium bibirnya. Gadis polos.

Saat Lele ingin melepaskan ciumannya, Iqbaal meraih pinggang Lele agar mereka lebih dekat. Saling memejamkan matanya masing-masing.

Tok tok tok.

Atap mobil diketok membuat mereka melepaskan pagutannya. Ada seorang laki-laki disana, berseragam polisi, membuat Iqbaal meringis sebelum dia keluar dari mobil. Setelah melihat kaca mobilnya Iqbaal lebih meringis lagi. Kaca mobilnya ga terang, tapi ga gelap juga. Masih bisa di terawang dari luar.

"Pagi pak." kata Iqbaal ketika sudah berhadapan dengan polisi itu.

"Suami-istri?" tanya polisi. Dia sempat melihat perut Lele, yang sekarang sudah berdiri di samping Iqbaal. Iqbaal mengangguk.

"Baru nikah ya?" Iqbaal mengangguk lagi.

"Pantesan. Kalau mau begitu, dirumah kan bisa." Iqbaal meringis.

"Bukannya mau ganggu. Tapi mobil Mas-nya ngalangin mobil saya itu."

***

What Should I Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang