20

1.6K 51 0
                                    

"Iqbaal." Lele masih merengek. Masih memeluk Iqbaal dari belakang. Mengikuti kemana pun Iqbaal pergi. Iqbaal pun sama seperti tadi, dia hanya diam mengabaikan Lele.

Iqbaal bangkit berdiri. Mengambil handuknya, dia berjalan ke arah kamar mandi. Tapi sampai di dalam kamar mandi juga, Lele masih mengikuti. Tidak ada yang berbicara.

Iqbaal membuka bajunya dengan susah payah, Lele masih terus memeluknya, lalu melemparkan bajunya ke tempat pakaian kotor. Bahkan setelah membuka bajunya, Lele masih memeluk tubuh Iqbaal. Ketika akan membuka celananya, Lele berbalik ke belakang, dia berjalan ke ujung pintu tanpa Iqbaal suruh. Membuat Iqbaal terkekeh kecil.

"Keluar sana." ucap Iqbaal akhirnya. Lele hanya menggeleng, masih menatap dinding. "Aku ga mau cerai."

Terus terdengar suara air keluar dari shower. Iya, Iqbaal mandi. Tidak memperdulikan Lele yang lagi memojok di pojokan kamar mandi. Terus tercium bau sabun dan sampo. Beberapa menit kemudian, suara air tidak terdengar lagi. Iqbaal keluar dari kamar mandi dengan handuk di pinggangnya. Terus Lele tiba-tiba saja memeluk Iqbaal lagi dari belakang.

Iqbaal berjalan menyeret ke arah lemari, menarik satu bajunya lalu memakainya. Ketika Iqbaal menarik celananya, Lele segera mengalihkan pandangannya.

"Baal!" Lele mengikuti Iqbaal saat cowok itu berjalan ke kasur. Cowok itu mengambil 1 guling dan berjalan keluar kamar.

"Kamu mau kemana?" tanya Lele, dia mengikuti Iqbaal keluar kamar.

"Kamu mau tidur disini?" tanya Lele ketika Iqbaal meletakkan gulingnya di sofa. Kemudian, Iqbaal menidurkan tubuhnya di sofa. Memejamkan matanya, mengabaikan Lele.

"Baal." Lele merengek lagi, "Aku sayang loh sama kamu." kata Lele lagi, dia menggoyang-goyangkan tubuh Iqbaal. Menarik-narik kaos Iqbaal membuat cowok itu sedikit tercekik.

"Melar entar baju gue, ah." Iqbaal mendelik, menghentikan aksi tarik-menarik yang dilakukan oleh Lele.

"Ya makanya dengerin aku dulu."

"AW AH." Iqbaal meringis, dia membuka matanya. Lele duduk diatas perutnya. Astaga.

"Yaelah, ga sadar diri bat. Turun lo." ketus Iqbaal, tangannya bergerak juga menyingkirkan tubuh Lele.

"Gak mau." Lele mendengus di memegang kaki Iqbaal agar tidak jatuh.

"Le, Le! Lo mau buat gue mati?" Iqbaal meringis, Lele berat sekali. Iqbaal sesak nafas. Iqbaal menggerakkan tubuhnya untuk duduk, membuat posisi mereka jadi berubah. Iqbaal memangku Lele. Lele menoleh untuk menatap Iqbaal.

"Aku gak mau cerai."

Iqbaal menghela nafas, "Terus maunya apa?"

"Maunya kamu."

Iqbaal berdeham kecil, terus menyingkirkan tubuh Lele dari atas pahanya. Kemudian tidur lagi di sofa. Memejamkan matanya sejenak lalu terdengar suara isakan tangis yang membuat Iqbaal refleks membuka matanya. Iya, Lele lagi nangis, berdiri di dekatnya.

"Yaudah. Yaudah kalau emang maunya gitu. Yaudah kalau emang kamu mau tetap cerai. Dasar jahat!"

Iqbaal bangkit, kakinya refleks mengejar Lele yang sudah berlari jauh. Wanita itu cepat juga larinya.

"Le."

"Yaelah!" Iqbaal menggaruk kepalanya sendiri, wajahnya terlihat suram, kenapa jadi Lele yang ngambek sih? Iqbaal kan cuma mau bercanda.

"Le." Iqbaal berusaha membuka pintu kamar yang baru saja Lele tutup, wanita itu menahan pintunya dari dalam.

"Le, buka ga? Jangan sampai gue dorong nih pintu." Tenaga Iqbaal itu lebih kuat dari Lele, sekali sentakan juga ini pintunya terbuka, tapi dia takut kalau Lele malah jadi jatuh.

"Iya iya, kita ga jadi cerai, Le."

Terus pintu terbuka dengan mudahnya. Lele memberengut, tangisannya sudah berhenti tapi masih sesegukan. "Kasihan bayi nya ga punya papa nanti."

Iqbaal tertawa kecil, memegang pipi Lele lalu menghadapkan ke atas. Dia menghapus air mata Lele dengan jarinya. Setelah itu menekan pipi Lele membuat bibirnya maju.

Lele lucu ya kalau kayak gini. Pipinya tembem, bibirnya merah bat minta dicium, malah lagi monyong dianya. Tapi ga boleh, bisa khilaf kalau nyium Lele.

"Udah makan?" tanya Iqbaal. Tapi tiba-tiba Iqbaal terkejut. Lele memeluknya.

"Aku udah mulai sayang sama kamu."

Iqbaal menegang. Ini serius? Apa yang sudah dilakukan Iqbaal untuk Lele? Tidak ada kan.

"Baal!"

Iqbaal berdeham.

"Kamu mau ga sayang sama aku juga?"

Iqbaal diam.

Lele mendongak untuk melihat Iqbaal. Menunggu jawaban dari Iqbaal sebenarnya. Lele menghela nafas karena Iqbaal hanya diam.

Lele mengalungkan tangannya di leher Iqbaal. Dia berjinjit, kemudian mengecup bibir Iqbaal. Lele menarik kepalanya, kembali menatap Iqbaal.

"Baal! Ih, kesel!" Lele memberengut kesal melihat Iqbaal yang hanya diam saja, tatapannya kosong, ekspresinya datar.

Lele menarik tangannya yang mengalung di leher Iqbaal. Dia mendengus. Akan mundur menjauhi Iqbaal, tapi sebelum dia lebih jauh, Iqbaal sudah menarik pinggangnya untuk mendekat. Mencium Lele. Membuat Lele refleks mengalungkan tangannya di leher Iqbaal.

Iqbaal suka gitu ya, giliran udah menjauh baru dicium. Kenapa sih? Mesti tarik-ulur sama Iqbaal. Capek.

Lele tersentak, dia melepaskan ciumannya, tubuhnya diangkat sama Iqbaal. Lele melirik ke belakang, kemudian meringis geli ketika Iqbaal mengecup lehernya.

Dan tubuh Lele sudah tertidur di tempat tidur. Ketika Iqbaal membuka bajunya, Lele menahan, "Mau ngapain?"

Iqbaal bingung menjawab apa.

"Plis, Le." Iqbaal malah jadi memohon. Bajunya sudah terlepas.

"Gue ga tahan."

Iqbaal menyingkap baju Lele, mengecup perut Lele sampai ke atas. Mengelus paha Lele membuat Lele menggeliat.

"Baal."

"A.. Aku..." Lele tidak kuat melanjutkan ucapannya karena ciuman Iqbaal di tubuhnya.

Ketika Iqbaal naik untuk mencium bibir Lele, wanita itu menahan tangannya.

"Aku ga dibolehin sama dokter."

Iqbaal refleks mengangkat tubuhnya yang sudah menimpa Lele. Dia berdiri, menatap Lele. "Apa?" tanya nya tidak percaya.

"Kata dokter rahim aku lemah."

***

What Should I Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang