12

1.7K 51 0
                                    

Selamat membaca guys...

***

"MAMAAAAA."

Hari ini Lele berniat memberitahukan tentang kehamilannya kepada Mama Iqbaal. Untunglah, cafe di jaga oleh Leo dan Mbak Cindy tadi. Jadi tidak terlalu membutuhkan tenaga Lele yang sekarang sangat mudah capek.

"Lele!" Mama memekik senang. "Tumben dateng." kata Mama sambil memeluk Lele. Dia mengajak Lele ke masuk. "Mama lagi masak loh."

"Ohya? Masak apa?"

"Sup ayam doang sih." jawab Mama diikuti dengan cengiran.

"Papa mana?" Mama menoleh lagi untuk melihat Lele, "Kan kerja," jawabnya.

"Ohiya aku lupa."

"Aku punya sesuatu buat mama." ucap Lele setelah mereka duduk di dapur. Lele mengambil buah apel di atas meja, "Ini udah dicuci kan ma?"

Mama menoleh sambil mengaduk sup di atas kompornya. "Udah kok."

Setelah mencuci tangannya, Mama duduk didepan Lele. "Ada apa?"

Mata Lele membulat antusias. "Jangan teriak tapi yaaa, ga boleh senyum senyum jugaaa."

Mama penasaran, jadi dengan cepat mengangguk. "Ihh janji dulu." rengek Lele. Mama sebal, "Lele ih, jangan gitu, buru atuh, Mama penasaran ini."

Lele tergelak, kemudian mengeluarkan testpack dari tas nya dengan cepat. "Mama bakalan punya cucu." teriaknya sambil merentangkan tangan dengan tawaan kecil.

"HAAAAAAA?"

"Mama janji ga boleh ketawa sama senyum." kata Lele dengan suara yang lantang, dasar Lele jahil.

Mama meneteskan air matanya, air mata haru, membuat Lele panik. Tidak lama Mama pingsan. Lele berusaha sekuat tenaga menahan Mama. Dan Lele semakin panik.

*

"Mamaaa." Lele merengek kecil sambil memegang tangan Mama yang dingin di sisi kasur, Mama masih belum sadarkan diri sejak pingsan tadi. Karna Lele tidak sanggup menggotong Mama ke kamar, Lele dengan sangat takut menelfon Iqbaal untuk datang. Dari kantor Iqbaal ke rumah Mama kira-kira 30 menit kalau tidak macet. Tau sendirikan Jakarta bagaimana. Bayangkan Lele harus menahan tubuh Mama selama 30 menit lebih.

Lele menghapus air matanya yang terus keluar. Di sofa kamar ada Iqbaal yang sedang duduk memperhatikan mereka, memperhatikan Lele lebih tepatnya.

Lele melirik ke arah Iqbaal dengan cucuran air mata, kemudian kembali menghadap ke Mama karena sejak dia duduk disana, raut wajah cowok itu tidak berubah. Tanpa ekspresi dan menakutkan. Cowok itu bahkan tidak pernah mengalihkan tatapannya dari Lele sejak duduk di sofa itu.

Omong-omong, Iqbaal sempat marah tadi sama Lele. Pengen tabok Lele pake bibir. Eh.

"Aku minta maaf." kata Lele pelan, tapi dapat didengar oleh Iqbaal. Lele sudah berjalan ke arah Iqbaal. Dia berdiri di depan Iqbaal sekarang.

"Aku kira Mama bakal excited denger aku hamil. Tapi ternyata engga. Mungkin Mama ga suka."

Iqbaal menaikkan alisnya, Lele belum menatapnya, hanya fokus memperhatikan jari-jari kakinya.

"Siapa bilang ga suka?" tanya Iqbaal. Ini sudah seperti bapak yang mengintogerasi anaknya.

"Buktinya Mama pingsan."

"Makanya jangan sembarangan. Kenapa gak ajak gue sih tadi?!"

"Kamunya kan kerja."

"Tunggu gue pulang kan bisa." jawab Iqbaal dengan penuh penekanan.

"Kan aku mau girls time." elak Lele, padahal dia emang ga mau ngerepotin Iqbaal. Lele itu ga enakan orangnya.

"Girls time girls time." cibir Iqbaal. "Angkat tangan." Lele refleks mengangkat tangannya mendengar suruhan Iqbaal.

"Gitu terus sampai Mama sadar."

"IQBAAL!"

Keduanya menoleh menatap Mama yang sudah duduk dengan kepala disandarkan di kepala kasur. "Sama istri kok jahat."

"Sini, Le." Lele berjalan ke arah Mama. Tangannya sudah diturunkan. "Capek?" tanya Mama sambil memijit pelan lengan Lele. Lele mengangguk, "Pegel kakinya."Katanya setelah duduk didekat Mama sambil memeluk Mama dari samping.

"Iqbaal sini."

Iqbaal bangkit, pergi dari sofa menuju pintu, "Keluar aja gapapa, biar Mama suruh Lele nikah sama orang lain."

Iqbaal mendengus lalu duduk dibawah kasur, memijat pelan kaki Lele. Membuat Mama tersenyum. "Iqbaal kalo macem-macem, kamu cari aja suami baru."

"Mah!"Iqbaal mendengus, "Apaan sih." katanya ga suka.

"Gimana keadaan bayi kamu?" tanya Mama sambil mengelus pelan perut Lele. "Mama gapapa kan?" Lele bertanya balik. "Mama ga suka ya aku hamil?"

Mama membelalak, "Siapa yang bilang?"

"Kenapa Mama pingsan?"

Mama terkekeh sambil memeluk Lele dari samping, "Mama seneng banget malah sampai pingsan. Ga nyangka bakalan dikasih cucu secepat ini."

Lele tersenyum senang mendengar respon Mama, "Kalau ada apa-apa tanyain sama Mama ya."

Lele mengangguk, "Iqbaal, kalau Lele mau minta sesuatu, kamu harus kabulin." kata Mama.

"Hm." Iqbaal berdeham malas, tangannya masih memijat kaki Lele dibawah sana.

"Kalau kamu ga mau turutin, anak kamu ileran nanti, Baal." ujar Mama.

"Hm."

"Kamu itu loh, kayak ga ada sayang-sayangnya sama Lele, heran."

"Ga sayang gimana sih, Ma?" Iqbaal sudah jengah, dia menarik nafasnya karena ucapan Mama.

"Istri dateng kesini ga dianterin. Istri lagi hamil malah dimarahin. Istri capek bukannya dipijit malah dihukum. Kamu itu sebenarnya niat nikah gak sih? Kamu hati-hati loh kalau Lele minta cerai gara-gara kamu ga care sama dia. Jang—-"

"Maaaa." Iqbaal mendesah kesal, lebih kesal lagi karena Lele tidak membelanya, hanya melihat dirinya yang sedang duduk lesehan dibawah sana.

"Ma, Iqbaal sayang kok sama aku." kata Lele akhirnya. Wanita itu tersenyum menatap Mama disampingnya, seperti meyakinkan ucapannya barusan. Tapi Mama masih menatap Iqbaal dengan tajam.

Iqbaal berdiri, keluar dari kamar. Tapi sebelum itu dia sempat berbicara sesuatu,

"Tuh udah dijawab sama Lele."

***

What Should I Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang